Kamis, 05 September 2013

Nokia Dibeli Microsoft, BlackBerry Paling Merana



VIVAnews - BlackBerry dan Nokia dalam beberapa tahun terakhir mengalami penderitaan yang sama sebagai perusahaan yang berbasis teknologi. Keduanya harus berjuang untuk beradaptasi dengan perubahan dunia ponsel.

Namun kini, dengan dibelinya divisi ponsel Nokia oleh Microsoft, maka BlackBerry pun jadi kehilangan "teman dalam deritanya" selama ini.

Seperti diberitakan laman New York Times, Kamis 5 September 2013, beberapa analis mengatakan bahwa agaknya saat ini menjadi masa yang lebih sulit bagi BlackBerry, untuk sendirian menemukan penyelamatan atas masalah mendasar yang dihadapi perusahaan yang berbasis di Kanada itu.

"BlackBerry selalu tampak seperti ikan kecil. Sekarang mereka terlihat lebih kecil lagi. Mereka melawan tiga perusahaan besar di dunia," ujar Nick Spencer, analis dari ABI Research di London.

Setelah sempat sejenak mendominasi pasar smartphone, BlackBerry menghabiskan beberapa tahun terakhir untuk bersaing dengan produk sistem operasi Windows Phone Microsoft. BlackBerry awalnya mengincar posisi ketiga di pasar yang sudah lebih dulu dikuasai oleh iPhone yang merupakan produk Apple dan ponsel dengan sistem operasi Android yang dikembangkan Google.

Pasar tidak tertarik dengan produk baru BlackBerry yang diperkenalkan tahun ini, meski digembar-gemborkan mengadopsi sistem operasi BlackBerry yang lebih canggih dan terbaru. Kondisi ini membuat para pemimpin perusahaan ini harus "menjajaki pilihan strategis", termasuk penjualan.

Menurut desas desus yang tidak pernah dikonfirmasi, Microsoft telah mendorong BlackBerry ke beberapa poin kesepakatan, namun akhirnya memutuskan untuk tidak mengajukan tawaran bagi perusahaan. Tetapi, Microsoft justru membeli Nokia, yang sudah mengadopsi Windows Phone untuk perangkat ponselnya.
Situasi ini menghilangkan harapan bahwa kekayaan Microsoft dan sumber daya lain di dalamnya, semestinya dapat memberikan solusi untuk masalah BlackBerry.

Kekuatan keuangan Microsoft yang dibawa ke Nokia juga dapat membuat BlackBerry lebih sulit untuk go private. Beberapa media Kanada melaporkan bahwa Fairfax Financial Holdings di Toronto, yang merupakan pemegang saham terbesar BlackBerry, sedang mencoba membentuk konsorsium untuk membeli perusahaan itu.

BlackBerry ditengarai akan bernasib sama seperti Chrysler setelah diambil oleh grup swasta yang dipimpin oleh Cerberus Capital. Kekurangan modal, Chrysler akhirnya bangkrut dan pemerintah mem-bailout setelah pasar mobil merosot pada 2008.

"Tambahan sumber daya Microsoft ditempatkan dalam bisnis ini, mungkin menjadi masalah yang lebih besar bagi BlackBerry. Kesepakatan (Microsoft dan Nokia) ini tentu dianggap sebagai sesuatu yang negatif untuk BlackBerry," kata Brian Colello, analis di Morningstar.

Sejak BlackBerry memberikan pengumuman bulan lalu, beberapa analis keuangan telah menyatakan bisnis handset perusahaan ini menjadi tidak berharga di mata pembeli potensial. Meski ada spekulasi bahwa sistem keamanan nirkabelnya, jaringan data global yang unik, dan software yang digunakan oleh perusahaan untuk mengelola ponsel bisa menjadi bisnis yang layak.

"Microsoft masih cukup lemah dalam pengelolaan perangkat, terutama di luar perangkat Windows Phone dan akuisisi Nokia tidak membantu banyak di sana. Jadi, BlackBerry masih memiliki keuntungan di sana," ujar Jan Dawson, analis dari Ovum.

Namun, hingga kini belum ada komentar dari BlackBerry mengenai kesepakatan Microsoft dan Nokia ini.

0 komentar:

Posting Komentar