AXA Tower Kuningan City

COMODITY

Sesuatu benda nyata yang relatif mudah di perdagangkan, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh Investor melalui bursa berjangka

PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 18 Kuningan Setia Budi, Jakarta 12940 Telp : (021)30056300, Fax : (021)30056200

Transaksi anda kami jamin aman dari virus, hacker atau gangguan sejenisnya. Karena trading platfoen kami telah terproteksi sangat baik

Tampilkan postingan dengan label minyak mentah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label minyak mentah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 09 Juni 2016

Dolar Lanjutkan Penurunan di Asia; Keuntungan Minyak Angkat Saham Energi

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Asian terkait komoditas dan mata uang pasar negara berkembang didominasi oleh dolar di tengah meningkatnya spekulasi Federal Reserve yang akan menunda kenaikan suku bunga sampai akhir tahun. Sebuah rally dalam minyak mendorong saham energi, sementara saham Jepang menurun karena penguatan yen.
Dolar Australia menguat dengan mata uang di Malaysia dan Korea Selatan seiring keuntungan pada harga minyak mentah dan logam industri diperpanjang. Dolar Selandia Baru naik ke hampir satu tahun tertinggi setelah bank sentral menunda tingkat kenaikan suku bunga dan mengatakan mereka mengharapkan inflasi untuk dipercepat. Dengan pasar di China dan Taiwan ditutup, ekuitas Asia melemah, dengan produsen komoditas mengalami keuntungan di Australia, sementara Indeks Topix Jepang turun untuk pertama kalinya dalam tiga hari terakhir.


Yen naik 0,2 % ke level 106,80 per dolar setelah menguat 0,5 % selama dua sesi sebelumnya. Mata uang Jepang diuntungkan dari menurunnya spekulasi kenaikan suku bunga dari The Fed pada musim panas nanti, dengan kemungkinan peningkatan bulan ini dengan tidak adanya peluang dan di bulan Juli kurang dari 20 %. Indeks Spot Dollar Bloomberg, yang mengukur greenback terhadap 10 mata uang utama, melemah 0,1 % pada hari ketiga hingga Kamis pagi.
Mata uang kiwi naik sebanyak 1,8 % ke level 71,39 sen AS, level terkuat sejak 11 Juni tahun lalu, setelah RBNZ menahan diri untuk pangkas suku bunga acuan dan mengatakan mereka mengharapkan inflasi untuk dipercepat. Aussie menguat 0,4 % ke level 74,99 sen AS, sedangkan Won Korea lebih tinggi 0,5 % dengan ekonom memprediksi tingkat pembelian kembali 7 hari akan diadakan di 1,5 %. Ringgit Malaysia melonjak 0,7 %. (knc)



Sumber: http://www.rfbnews.com/

Kamis, 02 Juni 2016

Minyak Mentah Berakhir Diatas $ 49 Terkait Pembicaraan Output OPEC

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Minyak berjangka menetap sempit lebih rendah pada hari Rabu, menutup sebagian penurunan sebelumnya setelah laporan berita mengatakan bahwa anggota OPEC dapat mempertimbangkan menempatkan batas tertinggi pada produksi minyak mentah.
Berita ini muncul menjelang pertemuan OPEC dua tahunan pada Kamis. Pasar juga menunggu data mingguan pemerintah AS terkait persediaan minyak bumi, juga pada hari Kamis.
Minyak mentah West Texas Intermediate menetap di $ 49,01 per barel, turun 9 sen, atau 0,2%, di New York Mercantile Exchange, penutupan perdagangan sesi terendah dari $ 47,75. Harga turun 0,5% pada hari Selasa, tetapi berakhir bulan Mei dengan gain sebesar 6,9%.
Minyak mentah Brent Agustus di bursa ICE Futures London turun 17 sen, atau 0,3%, ke level $ 49,72 per barel.(yds)


Sumber:http://www.rfbnews.com/

Senin, 07 September 2015

Cadangan Minyak Indonesia Tinggal 3,7 Miliar Barrel

wti oil
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Cadangan minyak nasional saat ini tinggal 3,7 miliar barrel dari sekitar 27 miliar barel cadangan minyak yang terbukti ada atau "proven reserve".

"Negara kita dulu punya cadangan minyak yang terbukti ada hingga 27 miliar-an barrel, tapi itu sudah diproduksi sekitar 22,9 miliar barrel. Sisanya, tinggal 3,7 miliar barrel," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro saat memberi edukasi media bersama Total E&P Indonesie di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (5/9/2015).

Diperkirakan, cadangan tersebut akan bertahan sekitar 10 tahunan lagi. Meski demikian, Indonesia sebenarnya masih punya 43,7 miliar barrel cadangan minyak, namun dibutuhkan eksplorasi berbiaya dan berteknologi sangat tinggi.

"Cadangan potensial ini lebih sulit dicari karena letaknya lebih dalam makanya investasi hulu migas harus didorong dengan mempermudah perizinan eksplorasi. Jadikan perizinan satu pintu, negara harus hadir di sini," katanya.

Dengan minimnya cadangan yang ada, Elan mengaku heran jika Indonesia masih mau bergabung dengan negara-negara pengeskpor minyak atau OPEC. Konsumsi migas Indonesia selalu mengalami kenaikan sejak tahun 2003, sekitar delapan persen per tahun sedangkan produksi selalu menurun 15-20 persen per tahun.

"Harusnya kita ikut OPIC saja, Organization of the Petroleum Importing Countries. Saat ini produksi minyak kita tak sampai 800.000 barrel per hari, sehingga harus impor sekitar 800.000 barrel per hari karena konsumsi 1,6 juta barrel per hari," katanya.

Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/

Rabu, 02 September 2015

Harga Minyak Turun Tertekan Data Ekonomi China

1450467shutterstock-92642941780x390
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak dunia jatuh karena data manufaktur di China mengecewakan, konsumen energi terbesar di dunia, memukul prospek permintaan dan mengguncang kepercayaan pasar.
Seperti dilansir AFP, Rabu (2/9/2015), patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, kehilangan USD3,79 atau 7,7 persen menjadi ditutup pada USD45,41 per barel di New York Mercantile Exchange.
Aksi jual menghentikan kenaikan kuat WTI selama tiga hari berturut-turut yang telah mendorong kontrak berjangka naik lebih dari 27 persen, berbalik naik (rebound) dari tingkat terendah enam setengah tahun.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober berakhir di USD49,56  per barel, menukik USD4,59 atau 8,5 persen, dari penutupan sebelumnya.
Kesulitan ekonomi Tiongkok sekali lagi memukul pasar di seluruh dunia. Data resmi yang dirilis pada pagi hari menunjukkan sektor manufaktur kunci negara itu terhenti pada Agustus. Indeks pembelian manajer (PMI) merosot ke terendah dalam tiga tahun di 49,7 pada Agustus dari 50,0 pada Juli. Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Raksasa keuangan AS Citigroup mengatakan bahwa Tiongkok mendorong harga komoditas-komoditas, termasuk minyak, lebih rendah "yang belum pernah sebelumnya."
"Kami perkirakan Tiongkok akan terus menekan turun harga komoditas dalam beberapa bulan mendatang," katanya.
Pertumbuhan manufaktur juga tampak terhenti di ekonomi utama dunia Amerika Serikat. Indeks pembelian manajer (PMI) sektor manufaktur dari Institute for Supply Management (ISM) meluncur lebih dekat dengan kontraksi pada Agustus, jatuh menjadi 51,1, terendah tahun ini, dari 52,7 pada Juli.
Para analis mengatakan kelebihan pasokan minyak mentah global tetap menjadi hambatan pada harga, meskipun berbalik naik tajam dalam tiga hari terakhir.
"Meskipun produksi AS telah mulai turun, produksi Juni masih naik 7,1 persen dibanding setahun lalu," kata Nicholas Teo, analis pasar di CMC Markets.
"Dalam waktu dekat, ada kemungkinan akan sedikit atau tidak ada bantuan baik pada sisi pasokan atau permintaan," kata konsultan bisnis IHS.
"Secara khusus, masalah kelebihan pasokan bisa memakan waktu yang lama untuk terkoreksi."

Sumber: http://economy.okezone.com/

Selasa, 01 September 2015

Harga Minyak Mentah Naik untuk Tiga Sesi Berturut-turut

277618_ladang-minyak_663_382
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak melonjak naik pada perdagangan Senin (31/8/2015) waktu setempat (Selasa pagi WIB). Kenaikan harga emas hitam ini didorong oleh data bahwa produksi minyak AS turun  serta adanya pernyataan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC0 yang siap berbicara kepada para produsen mengenai rendahnya harga minyak.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman Oktober, menguat 3,98 dollar AS (8,8 persen) ditutup pada 49,20 dollar AS per barrel di New York Mercantile Exchange. Ini merupakan kenaikan sesi ketiga berturut-turut.
Di London, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober berakhir pada 54,15 dollar AS per barrel, naik 4,10 dollar AS (8,2 persen) dari tingkat penutupan Jumat lalu.
Selama kenaikan tiga sesi terakhir WTI telah membukukan keuntungan 27,5 persen dan Brent 25,52 persen.
Harga minyak dibuka lebih rendah, tetapi kemudian menanjak ke zona hijau setelah Departemen Energi AS mengatakan bahwa produksi dalam negeri pada Juni mencapai 9,3 juta barrel per hari, sekitar 100.000 barel lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Perkiraan bulanan untuk periode Januari hingga Mei direvisi lebih rendah sebanyak 130.000 barrel per hari.
Sementara OPEC menyatakan bahwa berlanjutnya tekanan pada harga tetap menjadi kekhawatiran bagi kartel minyak tersebut. OPEC yang menghasilkan sekitar 40 persen dari produksi minyak mentah global, mengaitkan tekanan harga terhadap produksi yang lebih tinggi dan spekulasi pasar.
"Tak perlu dikatakan, OPEC, seperti biasa, akan terus melakukan semua dalam kekuasaannya untuk menciptakan lingkungan kondusif yang tepat untuk pasar minyak guna mencapai keseimbangan dengan harga yang adil dan wajar," kata OPEC dalam laporan bulanannya.
"Sebagai organisasi telah menekankan pada banyak kesempatan, siap berdiri untuk berbicara dengan semua produsen-produsen lain. Tetapi ini harus pada tingkat pemain lapangan. OPEC akan melindungi kepentingannya sendiri," tambahnya.
Para analis sendiri meragukan kesediaan OPEC untuk mengurangi produksinya. "Pedagang minyak tampak membaca ini sebagai janji untuk mengendalikan produksi, atau setidaknya, untuk menghindari membiarkan produksi lebih tinggi. Yang akan menopang harga -- jika berjalan," kata Paul Ausick dari 24/7 Wall St.
Produksi minyak mentah OPEC naik sebesar 108.000 barrel menjadi 32,32 juta barrel per hari pada Agustus, Bloomberg News melaporkan pada Senin, mencatat bahwa itu jauh di atas batas resmi kartel 30 juta barrel per hari.
Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/

Rabu, 04 Maret 2015

Harga Minyak Mentah Kembali ke Bawah USD50

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Para pengelola keuangan mengangkat taruhan bearish mereka terhadap harga minyak tertinggi sepanjang masa. Mereka berspekulasi bahwa minyak mentah akan terkoreksi lebih lanjut karena pasokan yang terus meningkat.
Data Commodity Futures Trading Commission di Amerika Serikat (AS) menunjukkan posisi net-long meluncur ke level terendah dalam tujuh minggu. Sementara itu, stok minyak mentah di Amerika naik selama tujuh minggu berturut-turut ke rekor 434,1 juta barel.

Produksi dalam negeri terus mencatatkan kenaikan mingguan mencapai 9,29 juta barel per hari. Meski demikian, ada penurunan yang belum pernah terjadi sebelumnya di rig pengeboran minyak, dan menunjukkan tanda-tanda melambat.
"Gelombang pasang minyak mentah terlalu besar. Kita belum bisa melihat akhirnya," tutur analis di Again Capital LLC, John Kilduff, seperti dilansir dari Bloomberg, Rabu (4/3/2015).
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) anjlok USD4,25 ke USD49,28 per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak telah kehilangan lebih dari setengah nilainya sejak mencapai level tertinggi pada Juni. Sedangkan minyak mentah Brent turun 17 sen atau 0,3 persen dan menetap di USD49,59 per barel.
Persediaan minyak mentah AS naik 7,72 juta barel dan melompat lagi 8,43 juta minggu berikutnya dan mencapai 434,1 juta barel.

Sumber: http://economy.okezone.com/

Kamis, 12 Februari 2015

Harga Minyak Merosot Setelah Persediaan di AS Capai Rekor


Jakarta, Rifan Financindo Berjangka -Harga minyak mentah kembali turun sebesar 3 persen pada Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta) setelah rilis data mengenai persediaan minyak mentah di Amerika Serikat (AS) mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.

Mengutip Reuters, Kamis (12/2/2015), harga minyak Brent turun ke bawah US$ 55  per barel. Harga minyak mentah Brent merosot US$ 1,77 atau 3 persen ke level US$ 54,66 per barel.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Departemen Energi AS, persediaan minyak mentah di AS naik hampir 5 juta barel pada pekan lalu sehingga mencapai 418 juta barel. Level tersebut merupakan level tertinggi sejak pencacatan dimulai pada 1982.

Rekor yang dicetak tersebut menandakan bahwa saat ini produser minyak mentah sedang berusaha untuk mencari pasar yang pasti untuk minyak mentah yang telah mereka produksi. Setidaknya sekitar 2 juta barel minyak yang diproduksi di AS tersebut belum memiliki pembeli.

"Ini seperti terjadi pertarungan prediksi pasokan dan harga minyak di dunia. Laporan Departemen Energi AS merupakan pengingat yang bagus bahwa masih akan banyak pasokan minyak yang membanjiri pasar global khususnya bagi para analis yang mengatakan harga minyak akan segera naik," ujar analis energi di Again Capital LLC John Kilduff.

Saat selisih supply-demand pada minyak diprediksi menipis, Departemen Energi AS justru mengingatkan, tekanan penurunan pasar minyak masih belum berakhir. IEA juga memperkirakan, permintaan minyak dari Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) akan bertahan di level 29,4 juta barel per hari tahun ini. (Gdn)

Sumber: http://bisnis.liputan6.com/

Kamis, 08 Januari 2015

Harga Minyak Akhirnya Naik Meski Masih di Bawah 50 Dollar AS

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak mentah dunia "rebound" atau berbalik naik pada Rabu (7/1/2015) waktu setempat (Kamis pagi WIB), karena para pedagang mulai membeli setelah penurunan tajam baru-baru ini.

Minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Februari naik 0,72 dollar AS menjadi menetap di 48,65 dlolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari naik lima sen menjadi ditutup pada 51,15 dollar AS per barel.

Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan pada Rabu bahwa stok minyak mentah AS turun 3,1 juta barel menjadi 382,4 juta barel pada pekan yang berakhir 2 Januari. Penurunan tak terduga ini mendukung harga minyak.

Produksi minyak mentah AS naik 11.000 barel per hari menjadi 9,13 juta barel pada pekan lalu, terbesa dalam data mingguan yang dimulai pada Januari 1983.

Harga minyak anjlok sekitar 10 persen dalam tiga hari perdagangan 2015, karena pasar memperkirakan pasokan global melampaui permintaan.

Tidak ada tanda-tanda bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan memangkas produksi mereka untuk menangani kemerosotan harga.

Juru bicara Kementerian Perminyakan Irak Asim Jihad, Minggu, mengatakan negaranya berencana untuk meningkatkan ekspor minyak mentah menjadi 3,3 juta barel per hari bulan ini. Negara itu mengekspor 2,94 juta barel per hari pada Desember, terbesar sejak tahun 1980-an.

Produksi OPEC turun sebesar 122.000 barel per hari dari November menjadi 30,24 juta barel pada bulan lalu, menurut  survei Bloomberg.

Harga minyak mentah telah jatuh lebih dari 50 persen dari puncak pada Juni 2014.


Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/

Selasa, 09 Desember 2014

Sentuh 63 Dollar AS, Harga Minyak Mentah Jatuh ke Terendah 5 Tahun


NEW YORK, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak dunia anjlok lebih dari empat persen pada Senin (8/12/2014) waktu setempat (Selasa pagi WIB) ke posisi terendah baru dalam lima tahun terakhir, di tengah meningkatnya kekhawatiran kelebihan pasokan karena pertumbuhan ekonomi global melambat.
Kontrak berjangka utama AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, merosot 2,79 dollar AS menjadi 63,05 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Posisi ini  merupakan harga penutupan terendah sejak akhir Juli 2009.
Sementara patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari ditutup pada 66,19 dollar AS per barel di perdagangan London, yang merupakan penutupan terendah sejak September 2009, atau berkurang 2,88 dollar AS.
"Pasar minyak global memperpanjang tren penurunan harga mereka karena meluasnya pengakuan bahwa tidak akan ada penyesuaian kembali dengan cepat dari pasar fisik," kata Tim Evans dari Citi Futures.
Harga minyak telah turun drastis dari posisi tertingginya 2014 pada Juni karena perlambatan pertumbuhan di Tiongkok dan negara-negara berkembang, resesi di Jepang dan hampir terhentinya pertumbuhan ekonomi di zona euro. Keputusan OPEC baru-baru ini untuk mempertahankan produksi ikut membebani pasar.
Pada Senin, para pedagang tertekan data ekonomi dari Tiongkok (konsumen energi terbesar di dunia dan ekonomi terbesar kedua) serta Jepang, yang mengecewakan.
Pertumbuhan ekspor Tiongkok melambat tajam pada November dan impor secara mengejutkan mengalami kontraksi
"Data ekspor yang lemah memperkuat ekspektasi pasar untuk pelonggaran kebijakan oleh Beijing," kata analis Central China Securities Zhang Gang.
Resesi Jepang yang lebih dalam dari perkiraan sebelumnya, karena pemerintah merevisi kontraksi kuartal ketiga menjadi 0,5 persen dari 0,4 persen.
Analis Commerzbank dalam sebuah catatan pasar menyebutkan kelebihan pasokan minyak yang besar sulit dapat terserap dalam kuartal pertama dan kedua tahun depan.
Bank investasi Morgan Stanley, dalam sebuah catatan penelitian tentang prospek minyak mentahnya memproyeksikan bahwa situasi kelebihan pasokan pasar akan mencapai puncaknya pada kuartal kedua 2015 jika OPEC tidak melakukan intervensi untuk mengencangkan produksinya.
Morgan Stanley memprediksi harga emas hitam tersebut masih akan jatuh hingga paruh pertama tahun depan.


Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/

Jumat, 28 November 2014

Emas Hentikan Kenaikan Untuk Hari Ketiganya

Rifan Financindo Berjangka, Emas jatuh untuk hari ketiga untuk menuju penurunan mingguan pertama dalam sebulan terkahir seiring minyak mentah berada di level terendah dalam empat tahun meningkatkan prospek harga konsumen, mengurangi permintaan untuk nilai lindung inflasi.
Bullion untuk pengiriman segera turun sebanyak 0,4% menjadi $ 1,187.40 per ons, dan diperdagangkan di level $ 1,187.70 pada 08:38 pagi di Singapura setelah jatuh ke terendah sepekan dari level $ 1,185.82 kemari. Logam ini 1,1% lebih rendah pada minggu ini, memperpanjang penurunan dari level tertinggi tiga minggu menjadi $ 1,207.93 pada 21 November, jelang voting emas di Swiss.
Emas menuju penurunan tahunan kedua dikarenakan Federal Reserve bergerak untuk meningkatkan biaya pinjaman pada saat bank sentral di seluruh dunia menambah stimulusnya. Harga minyak mentah merosot ke level terendah sejak 2010 karena OPEC tidak mengambil tindakan untuk menurunkan kelebihan pasokan. Swiss memegang referendum nasional pada 30 November yang akan diperlukan bank sentral untuk menahan sebagian aset tetap pada bullion.


Sumber: Bloomberg

Rabu, 26 November 2014

Minyak Mentah Perpanjang Kemerosotan Jelang Rapat OPEC

Rifan Financindo Berjangka, Minyak mentah turun hari ketiga, memperpanjang penurunan dari level terendah empat tahun ditengah kekhawatiran anggota OPEC mungkin gagal untuk menyepakati penurunan produksi ketika mereka bertemu di Austria pekan ini. Saham Jepang turun karena mata uang Asia, termasuk yen, menguat terhadap dolar.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tergelincir 0,3% menjadi $ 73,87 per barel pada 09:28 pagi di Tokyo, setelah jatuh 2,2 % di sesi terakhir untuk harga terendah sejak September 2010. Indeks Topix Jepang turun 0,1% dari level tertinggi enam tahun, seiring Indeks MSCI Asia Pacific naik 0,1% ditengah rebound dalam ekuitas Australia. Yen menguat hari kedua, sedangkan won Korea dan ringgit Malaysia menambahkan setidaknya 0,2%. Indeks berjangka Standard & Poor 500 stagnan setelah Indeks tersebut jatuh dari rekornya setelah gain tiga harinya.
Semetara OPEC akan melakukan pertemuandi Wina besok, setelah pembicaraan antara Venezuela, Arab Saudi, Meksiko dan Rusia gagal menghasilkan kesepakatan mengenai pemangkasan pasokan ditengah turunya harga minyak. Jepang melaporkan terkait kepercayaan bisnis kecil saat ini, dan data terbaru Inggris pada GDP. Barang tahan lama AS membukukan penurunan tak terduga dalam kepercayaan konsumen mengimbangi data yang menunjukkan ekonomi mencatat enam bulan terkuat dalam satu dekade pada kuartal terakhir.


Sumber: Bloomberg

Rabu, 05 November 2014

Harga Emas Dunia Turun untuk LIma Sesi Berturut-turut


NEW YORK,Rifan Financindo Berjangka - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange turun untuk sesi kelima berturut-turut pada Selasa (4/11/2014) waktu setempat (Rabu pagi WIB), di bawah tekanan penurunan harga minyak.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember kehilangan 2,1 dollar AS, atau 0,18 persen, menjadi menetap di 1.167,7 dollar AS per ounce.
Harga minyak mentah jatuh pada Selasa dan penurunan harga terbaru dipicu laporan bahwa Arab Saudi memotong harga minyaknya yang ia pasok ke Amerika Serikat dalam upaya untuk mempertahankan pangsa pasarnya karena "booming" produksi minyak shale gas AS.
Sementara perak untuk pengiriman Desember kehilangan 24,8 sen, atau 1,53 persen, menjadi ditutup pada 15,953 dollar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari kehilangan 18,1 dollar AS, atau 1,46 persen, menjadi ditutup pada 1.224,7 dollar AS per ounce.


Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/