AXA Tower Kuningan City

COMODITY

Sesuatu benda nyata yang relatif mudah di perdagangkan, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh Investor melalui bursa berjangka

PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 18 Kuningan Setia Budi, Jakarta 12940 Telp : (021)30056300, Fax : (021)30056200

Transaksi anda kami jamin aman dari virus, hacker atau gangguan sejenisnya. Karena trading platfoen kami telah terproteksi sangat baik

Tampilkan postingan dengan label harga minyak dunia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label harga minyak dunia. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Juli 2017

Harga Minyak Naik di Tengah Kecemasan Pasokan | PT Rifan FInancindo

Jakarta, Rifan Financindo -  Harga minyak meningkat pada hari Senin (10/7) waktu Amerika Serikat. Namun, ketidakpastian soal produksi Libya dan Nigeria dan meningkatnya aktivitas pengeboran minyak AS membuat perkiraan suplai di masa depan jadi tak tentu.

Dikutip dari Reuters, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat US$0,17 ke angka US$44,4 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent juga meningkat US$0,17 ke angka US$46,88 per barel.

Meski harga minyak menguat, pelaku pasar masih bertanya-tanya dengan prediksi suplai di masa depan. Salah satu indikasinya adalah kegagalan organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) untuk mengurangi persediaan minyak meski kumpulan kartel itu setuju untuk melanjutkan pembatasan produksi hingga Maret 2018 mendatang. 

Untuk itu, rencananya beberapa negara OPEC akan bertemu dengan anggota non-OPEC, Rusia tanggal 24 Juli mendatang di Saint Petersburg demi membicarakan kondisi pasar minyak saat ini. 

Pemerintah Kuwait menyatakan, Nigeria dan Libya juga diundang ke dalam pertemuan tersebut dan produksinya juga bisa dipotong lebih cepat dibanding bulan November mendatang.

Sayang, Menteri Perminyakan Nigeria tidak bisa hadir karena ada janji lain. Sementara itu, Libya mengatakan siap untuk melakukan pertemuan, tapi pemangkasan produksi itu juga harus mempertimbangkan situasi sosial, ekonomi, dan politik di negara Afrika tersebut.


Di sisi lain, data menunjukkan bahwa produksi minyak AS terus bertambah. Perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan, produsen minyak AS menambah tujuh pengeboran pada pekan lalu ke angka 763 pengeboran.

Akibatnya, beberapa bank dan analis memangkas prediksi harga minyak di masa mendatang. BNP Paribas, contohnya, telah menurunkan ekspektasi harga minyak WTI dari US$57 per barel ke US$49 per barel dan Brent dari US$60 per barel ke angka US$51 per barel.

Tetapi, pada hari Senin, Chief Executive Officer Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan bahwa saat ini dunia tengah menuju kekurangan suplai minyak. 

"Jumlah minyak konvensional yang ditemukan di seluruh dunia selama empat tahun terakhir setengah kali lebih rendah dibanding empat tahun sebelumnya," tuturnya. 




Kamis, 16 Juni 2016

Minyak Turun Untuk hari Ke-6 Terkait Menurunnya Gangguan Pasokan AS

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Minyak jatuh hari keenam, menuju jangka terpanjang penurunan sejak Februari, di tengah tanda-tanda bahwa gangguan pasokan global memudar, sehingga mengimbangi penurunan persediaan minyak mentah AS.

Minyak berjangka turun sebanyak 1,4% di New York setelah turun 6,3% dalam lima sesi sebelumnya. Output di Kanada diharapkan naik di bulan ini pasca kebakaran hutan memangkas produksi sementara militan Nigeria mencoba pembicaraan damai dengan pemerintah. Pasokan AS turun untuk pekan keempat menjadi 531.5 juta barel dan tetap sekitar 33% di atas lima tahun rata-rata musiman, Administrasi Informasi Energi AS mengatakan Rabu.

Minyak WTI untuk pengiriman Juli turun sebanyak 66 sen menjadi $ 47,35 per barel di New York Mercantile Exchange dan berada di $ 47,41 pada pukul 9:15 pagi waktu pagi Tokyo. Total volume yang diperdagangkan adalah 6% di atas 100-hari rata-rata. Kontrak tergelincir 48 sen untuk menetap di level $ 48,01 pada hari Rabu.(yds)


Sumber: Bloomberg

Senin, 13 Juni 2016

Minyak Lanjutkan Koreksi Ditengah Meningkatnya Rig Pengeboran AS


Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Minyak mentah jatuh hari ketiga setelah jumlah rig pengeboran minyak di AS naik untuk pekan keduanya.

Minyak berjangka turun sebanyak 1,8% di New York setelah turun 4,2% dalam dua sesi sebelumnya. Rig AS menargetkan minyak mentah naik 3 hingga 328 pekan lalu, mencatat  gain mingguan jangka sejak Agustus, Baker Hughes Inc mengatakan Jumat. Iran berusaha untuk meningkatkan output sebanyak 600.000 hingga 700.000 barel per hari selama lima tahun dari bidang di daerah barat Sungai Karoun di sepanjang perbatasan Irak, ungkap Menteri Perminyakan Bijan Namdar Zanganeh.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Juli turun sebanyak 86 sen menjadi $ 48,21 per barel di New York Mercantile Exchange dan berada di $ 48,40 pada 10:06 pagi waktu Singapura. Total volume yang diperdagangkan adalah 7% di atas 100-hari rata-rata. Kontrak tergelincir $ 1,49 untuk menetap di $ 49,07 pada hari Jumat.

Jenis Brent untuk pengiriman Agustus turun sebanyak 74 sen menjadi $ 49,80 di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Harga menurun $ 1,41 menjadi ditutup pada $ 50,54 pada hari Jumat. Acuan minyak mentah global diperdagangkan lebih tinggi sebesar 90 sen dibanding WTI untuk pengiriman Agustus.(yds)



Sumber: Bloomberg

Jumat, 03 Juni 2016

Minyak Menguat Terkait Investor Yang Mengabaikan Keputusan OPEC

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Minyak mentah Brent menahan kenaikannya mendekati US $ 50 per barel karena investor yang mengabaikan keputusan OPEC untuk tetap pada kebijakan produksinya di tengah spekulasi pasar global mulai pulih.
Minyak berjangka sedikit berubah di London setelah penutupan di atas $ 50 untuk pertama kalinya dalam hampir tujuh bulan terakhir. Sementara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak menolak usulan untuk mengadopsi harga maksimum produksi, para menteri bersatu dalam optimisme mereka bahwa pasar minyak global sedang membaik. Produksi minyak AS jatuh untuk pekan ke-12 dan cadangan minyak mentah turun 1,37 juta barel, menurut laporan dari Energy Information Administration pada hari Kamis kemarin.
Brent untuk pengiriman Agustus naik 9 sen menjadi $ 50,13 per barel di London-based ICE Futures Europe exchange pada 09:29 pagi di Hong Kong. Harga pada hari Kamis ditutup diatas $ 50 untuk pertama kalinya sejak 3 November. Minyak mentah acuan global diperdagangkan pada premium dari 43 sen untuk West Texas Intermediate.
WTI untuk pengiriman Juli berada di $ 49,21 per barel di New York Mercantile Exchange, naik 4 sen. Kontrak naik 16 sen menjadi ditutup pada $ 49,17 di hari Kamis, kenaikan pertama dalam lima sesi. Total volume perdagangan sekitar 28 persen di bawah rata-rata 100-hari.(mrv)


Sumber: http://www.rfbnews.com/

Senin, 09 Mei 2016

Harga Minyak Lompat 2%, Ini Penyebabnya

Harga Minyak Lompat 2%, Ini Penyebabnya
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak di pasar Asia pada awal pekan ini naik 2%. Penyebabnya adalah, kekhawatiran menurunnya pasokan dunia karena kebakaran hutan di Provinsi Alberta, Kanada.

Di Alberta terdapat kota Fort McMurray, yang merupakan penghasil minyak terbesar di Kanada. Kota ini disebut-sebut memiliki cadangan minyak terbesar ketiga di dunia.

Selain kebakaran hutan ini, pergantian Menteri Perminyakan di Arab Saudi juga menimbulkan spekulasi akan adanya perubahan kebijakan untuk menaikkan kembali harga minyak. Arab Saudi merupakan eksportir minyak terbesar dunia.

Pada hari ini, harga kontrak minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,05/barel (2,3%) menjadi US$ 45,71/barel.

Kemudian harga kontrak minyak jenis Brent naik 85 sen/barel (1,9%) menjadi US$ 46,22/barel.

"Saya pikir kebakaran hutan akan menghambat ekspor minyak Kanada ke Amerika Serikat (AS), yang biasanya sebanyak 3,5 juta barel per hari," kata Analis, Carl Larry, dilansir dari Reuters, Senin (9/5/2016).

"Saya tidak yakin harga minyak bisa kembali ke US$ 80/barel, namun bisa ke US$ 50 dan di atasnya," imbuh Larry.

Harga minyak di kuartal I-2016 ini sudah naik 75% setelah sempat menyentuh tingkat tertinggi dalam 12 tahun di sekitar US$ 27/barel.

Pasokan minyak dunia masih terus berlebih, jumlah kelebihan pasokan ini mencapai sekitar 1,5 juta barel per hari.


Sumber: http://finance.detik.com/

Rabu, 27 April 2016

Harga Minyak Lompat ke Tingkat Tertinggi

Harga Minyak Lompat ke Tingkat Tertinggi
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak dunia lompat ke tingkat tertingginya di tahun ini, pada perdagangan di pasar New York malam tadi. Kenaikan ini terjadi setelah muncul data turunnya stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS).

Minyak jenis Brent dan West Texas Intermediate (WTI) harga kontrak berjangkanya naik 3%. American Petroleum Institute melaporkan stok minyak mentah AS turun 1,1 juta barel.

"Ada kemungkinan kita melihat harga terus naik karena data ini" kata Analis, John Kilduf, dilansir dari Reuters, Rabu (27/4/2016).

Harga kontrak berjangka minyak jenis Brent naik US$ 1,26 per barel menjadi US$ 45,74 per barel. Setelah sebelumnya sempat naik US$ 2,01 per barel menjadi US$ 46,49 per barel, atau tingkat tertinggi di 2016.

Untuk WTI, harga kontrak berjangkanya naik US$ 1,4 per barel menjadi US$ 44,04 per barel. Setelah sebelumnya sempat naik US$ 2,19 per barel ke tingkat tertinggi di tahun ini, yaitu US$ 44,83 per barel.

Sementara itu, di pasar Asia pada pagi ini, harga minyak juga naik.

Harga kontrak berjangka minyak jenis Brent diperdagangkan naik 52 sen (1,1%) menjadi US$ 46,26 per barel.

Untuk harga kontrak berjangka minyak jenis WTI naik 52 sen (1,2%) menjadi US$ 44,56 per barel.


Sumber: http://finance.detik.com/

Kamis, 25 Februari 2016

Wall Street Positif, Ikuti Kenaikan Harga Minyak

Wall Street Positif, Ikuti Kenaikan Harga Minyak
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka -Bursa saham Wall Street di Amerika Serikat (AS) bergerak naik di akhir-akhir sesi perdagangan Rabu. Ini dibantu oleh kenaikan harga minyak, yang sedikit mengurangi kekhawatiran investor, soal dampak harga minyak ke sektor perbankan.

Seperti diketahui, investor khawatir, harga minyak yang jatuh, membuat perusahaan energi kesulitan membayar utang-utangnya ke bank.

Harga minyak yang jatuh ke tingkat terendah, memukul perusahaan-perusahaan energi di AS, dan menjadi sentimen negatif di pasar saham. Belum lagi ada kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia.

"Telah terjadi penurunan kinerja di komunitas hedge fund," kata Analis, Ian Winer, dilansir dari Reuters, Kamis (25/2/2016).

Pada perdagangan Rabu, indeks Dow Jones naik 0,32% ke 16.484,99. Indeks S&P 500 naik 0,44% ke 1.929,8. Sementara indeks Nasdaq naik 0,87% ke 4.542,61.

Ada sekitar 8,1 miliar lembar saham yang ditransaksikan. Di bawah transaksi rata-rata harian, sebenyak 9 miliar lembar saham dalam 20 hari terakhir.


Sumber: http://finance.detik.com/

Rabu, 24 Februari 2016

Bursa Eropa Tertekan Jatuhnya Harga Minyak

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Pada penutupan perdagangan saham di Eropa, Selasa (23/02/2016) atau Rabu dini hari (WIB), harga saham di Eropa merosot akibat turunnya harga minyak serta kekecewaan pasar atas kinerja Standard Chartered dan BHP Billiton yang turun.

Saham Standard Chartered tercatat turun 6,7 persen setelah bank yang fokus ke pasar negara berkembang ini melaporkan penurunan laba hingga 84 persen, yang mendorong pelemahan pasar keuangan global akibat turunnya harga komoditas dan lemahnya pinjaman.

Sementara saham BHP Billiton turun 6,1 persen setelah perusahaan tambang terbesar dunia tersebut memotong dividennya hingga 75 persen dan melaporkan kerugian pertama dalam 16 tahun terakhir.

Indeks FTSEurofirst 300 turun 1,3 persen di level 1.289,04.

"Megikuti reli dari level oversold, kami perkirakan pasar saham akan tetap dalam range untuk rebound, menunggu pertemuan di ECB, BoJ dan Fed, yang bisa jadi katalis terbesar di 2016," kata Emanuele Rigamonti, analis di JCI Capital di London, Inggris.

Di sisi lain, pembicaraan merger antara Deutsche Boerse dan the London Stock Exchange untuk menciptakan perdagangan bursa yang kuat di Eropa membuat saham mereka naik 3,2 dan 13 persen, serta mendorong kenaikan operator saham lain seperti Euronext dan MBE Spanyol.

"Kita akan menuju arah konsolidasi, walaupun belum ada kepastian kapan merger akan terjadi," kata kepala analis Activrades, Carlo Alberto De Casa.

Sementara itu, indeks STOXX Europe 600 Basic Resources merupakan indeks sektoral dengan penurunan tertajam 3,2 persen, disebabkan oleh penurunan saham BHP Billiton serta turunnya harga logam.

Sementara indeks sektoral STOXX Europe 600 Oil and Gas juga turun 3,2 persen akibat turunnya harga minyak sebesar 4 persen pasca pernyataan Menteri Perminyakan Saudi Al-Naimi yang mengesampingkan penahanan produksi. 

Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/

Rabu, 13 Januari 2016

Kalau Dolar Makin Kuat, Minyak Bisa Anjlok ke US$ 20/Barel

Kalau Dolar Makin Kuat, Minyak Bisa Anjlok ke US$ 20/Barel
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Penguatan dolar AS bisa membuat harga minyak dunia makin tertekan, bahkan hingga US$ 20/barel.

Analisa Morgan Stanley, yang dilansir dari CNN, Rabu (13/1/2016), setiap dolar AS menguat 5%, maka harga minyak bisa tertekan 10%-25%. Artinya penurunannya bisa mencapai US$ 8/barel.

Saat ini, harga minyak diperdagangkan di sekitar US$ 31/barel, atau tingkat terendahnya dalam 12 tahun terakhir. Penurunan harga minyak sudah hampir 20% sejak awal tahun ini. Sementara sejak tingkat teringginya di atas US$ 100/barel pada Juni 2014, harga minyak dunia saat ini sudah turun sekitar 70%.

Para analis menyebut, penurunan ini disebabkan oleh melimpahnya pasokan minyak dunia, sementara permintaan lesu akibat pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat.

Namun, laporan dari Morgan Stanley menyebutkan, penguatan dolar yang terjadi di 2015 juga menjadi pemicu jatuhnya harga minyak.

International Energy Agency memperkirakan pasokan minyak dunia masih tetap akan melimpah tahun ini. Bila dolar AS ikut menguat, maka harga minyak bisa makin tertekan.

"Penguatan lanjutan dolar AS bisa membuat minyak berada di US$ 20-US$ 25/barel," demikian bunyi analisa Morgan Stanley.

Jadi, penguatan dolar bisa membuat harga minyak makin mahal untuk negara di luar AS. Ini akan mempengaruhi permintaan dan harga. Penguatan dolar AS juga erat kaitannya dengan langkah China yang dengan sengaja melemahkan mata uang yuan. Sejak Agustus 2015, yuan telah jatuh 6%.


Sumber: http://finance.detik.com/

Selasa, 08 Desember 2015

Harga Minyak Jatuh Lagi, Wall Street 'Merah'

Harga Minyak Jatuh Lagi, Wall Street Merah
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Pasar saham Wall Street terkena koreksi tajam akibat jatuhnya harga saham-saham energi. Aksi jual ini dipicu turunnya harga minyak dunia ke titik terendah dalam 7 tahun terakhir.

Harga minyak jenis WTI dan Brent masing-masing jatuh hingga 6% dan 5,3% setelah pertemuan OPEC akhir pekan lalu gagal mengatur pertumbuhan jumlah pasokan.

Indeks sektor energi pun terkena imbasnya dengan terpangkas hingga 3,7% dalam sehari, bahkan sempat 5% di tengah-tengah perdagangan.

"Banyak aksi jual yang terjadi sejak pembukaan perdagangan, hampir semua saham bergerak menuju zona merah," kata Stephen Massocca, kepala investasi pasar dari Wedbush Equity Management LLC di San Francisco, seperti dikutip Reuters, Selasa (8/12/15).

Pada penutupan perdagangan Senin waktu setempat, Indeks Dow Jones melemah 117,12 poin (0,66%) ke level 17.730,51, Indeks S&P 500 kejilangan 14,62 poin (0,7%) ke level 2.077,07 dan Indeks Komposit Nasdaq turun 40,46 poin (0,79%) ke level 5.101,81.

Sumber: http://finance.detik.com/

Kamis, 05 November 2015

Harga Minyak Turun, Wall Street Ikut Melemah

Harga Minyak Turun, Wall Street Ikut Melemah
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Pasar saham Wall Street melemah tipis pada perdagangan Rabu sejalan dengan aksi jual di saham-saham energi. Pernyataan Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen membuat investor berhati-hati.

Yellen memberi sinyal suku bunga Amerika Serikat (AS) akan naik di Desember ini. Indeks sektor energi turun hingga satu persen setelah melihat koreksi 3,3% di harga minyak dunia.

Menurut Yellen, ekonomi AS sudah mulai membaik dalam beberapa bulan terakhir ini. Bahkan sebentar lagi sudah mencapai target yang ditentukan bank sentral.

"Jika situasinya mendukung, ada kemungkinan Desember bunga naik," kata Yellen kepada kongres AS seperti dikutip Reuters, Kamis (5/11/2015).

Pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat, Indeks Dow Jones turun 50,57 poin (0,28%) ke level 17.867,58, Indeks S&P 500 melemah 7,48 poin (0,35%) ke level 2.102,31 dan Indeks Komposit Nasdaq berkurang 2,65 poin (0,05%) ke level 5.142,48.

Sumber: http://finance.detik.com/

Selasa, 03 November 2015

Produksi Minyak Rusia Cetak Rekor, Harga Kembali Tertekan

minyak dunia
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak dunia turun setelah data menunjukkan produksi manufaktur Tiongkok terus mengalami kontraksi dan produksi minyak Rusia mencapai rekor tertinggi baru.
Seperti dilansir AFP, Selasa (3/11/2015), prospek melemahnya permintaan di Tiongkok, konsumen energi terbesar di dunia, dan peningkatan produksi Rusia menambah kekhawatiran tentang kelebihan pasokan minyak global yang telah mendorong harga lebih rendah lebih dari 50 persen sejak pertengahan 2014.
Setelah tiga sesi berturut-turut naik pekan lalu, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember ditutup pada 46,14 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, turun 45 sen dari penutupan Jumat lalu.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, patokan minyak dunia, jatuh 77 sen menjadi 48,79 dolar AS di perdagangan London.
"Ini secara keseluruhan hanya sebuah pasar yang kelebihan pasokan dengan permintaan yang tidak benar-benar cukup untuk membuat orang bersemangat," kata Kyle Cooper di IAF Advisors.
Indeks pembelian manajer (PMI) resmi Tiongkok untuk sektor manufaktur menunjukkan aktivitas menyusut pada Oktober untuk bulan ketiga berturut-turut.
"PMI Tiongkok hanya sedikit mengecewakan, tapi itu cukup untuk memperbaharui sentimen 'bearish' di seluruh pasar minyak," kata John Kilduff dari Again Capital.
Tim Evans dari Citi Futures mengatakan "tidak ada urgensi" untuk melakukan penjualan pada Senin meskipun ada berita Tiongkok dan Rusia atau Iran bergerak lebih dekat dengan pencabutan sanksi internasional, yang telah membuat ekspornya tertatih-tatih.
"Sebuah pelambatan ekonomi di Tiongkok dan perkembangan nuklir Iran rupanya tidak membuat berita lebih panjang, setidaknya sejauh pasar minyak yang bersangkutan," kata Evans.
"Kami melihat kepuasan berisiko mengenai kelebihan fisik yang sedang berlangsung." Produksi minyak Rusia memecahkan rekor pasca-Soviet pada Oktober, naik menjadi 10,78 juta barel per hari, menurut Bloomberg News.
Meskipun produksi Arab Saudi berkurang pada bulan lalu, sekitar 10,1 juta barel per hari, kerajaan ini tetap eksportir minyak mentah terbesar di dunia.

Sumber: http://economy.okezone.com

Selasa, 06 Oktober 2015

Wall Street Positif Didorong Naiknya Harga Minyak

Wall Street Positif Didorong Naiknya Harga Minyak
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Pasar saham Wall Street melonjak tinggi, dengan Indeks S&P 500 positif lima hari berturut-turut, didorong oleh naiknya saham-saham energi berkat harga minyak dunia. Investor pun sudah yakin The Federal Reserve (The Fed) tidak akan menaikkan tingkat suku bunga acuannya tahun ini.

Sektor lain yang juga menguat adalah telekomunikasi, industrial, dan material. Pekan lalu bursa Paman Sam juga sudah melonjak setelah ada laporan perlambatan jumlah tenaga kerja September.

Hal ini menjadi tanda bahwa The Fed tidak akan naikkan suku bunga dalam watu dekat. Selama lima hari terakhir, Indeks S&P sudah naik 5,6%.

"Jumlah tenaga kerja yang meleset dari prediksi akan membuat The Fed menahan suku bunga lebih lama lagi," kata Stephen Massocca, kepala investasi pasar dari Wedbush Equity Management LLC di San Francisco, seperti dikutip Reuters, Selasa (6/10/2015).

Bank sentral AS itu sudah menahan suku bunga sejak Juni 2006. September kemarin, Gubernur The Fed Janet Yellen, yang diprediksi akan naikkan bunga, ternyata malah kembali menahan suku bunga.

Pada penutupan perdagangan Senin waktu setempat, Indeks Dow Jones melonjak 304,06 poin (1,85%) ke level 16.776,43, Indeks S&P 500 bertambah 35,69 poin (1,83%) ke level 1.987,05 dan Indeks Komposit Nasdaq melesat 73,49 poin (1,56%) ke level 4.781,26.

Sumber: http://finance.detik.com/

Jumat, 18 September 2015

Tak Hanya Rupiah, Harga Minyak Dunia Juga Anjlok

ilustrasi-SPBU-aji-140822-5
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Sama halnya nilai tukar rupiah, harga minyak dunia juga terus merosot, bahkan sulit diprediksi kapan bisa naik kembali.

Kepala Eksekutif Royal Dutch Shell, Ben van Beurden mengatakan, harga minyak dunia terus merosot dan pemulihannya sulit untuk diramalkan.

"Ini adalah bisnis yang sangat fluktuatif dalam hal pasokan dan permintaan. Pasokan dan permintaan tidak seimbang," katanya kepada BBC, seperti dikutip detikFinance, Jumat (18/9/2015).

Saat ini, harga minyak dunia merosot tajam hingga di bawah US$ 50 per barel. Angka ini merupakan separuh lebih rendah dari harga minyak dunia di tahun lalu.

Bahkan, Goldman Sachs memprediksi awal bulan ini bisa jatuh lebih rendah hingga US$ 20 per barel. Akankah harga minyak dunia naik kembali di kemudian hari?

"Jujur saya tidak tahu," ucap dia.

Meski demikian, Royal Dutch Shell menyebutkan komitmennya untuk tetap melakukan pengeboran minyak di Kutub Utara, 70 mil di lepas pantai Alaska.

Meskipun harga minyak dunia sedang lesu, Ben mengatakan, perburuan minyak tetap dilakukan karena merupakan sebuah kebutuhan.

Arctic, merupakan salah satu tempat perburuan minyak dan gas dan telah lama menjadi sumber produksi minyak dan gas. Keamanan lingkungan akan menjadi prioritas.

Shale Gas AS

Harga minyak telah menciut hingga separuh harga. Ini karena pasokan minyak melimpah sehingga harganya menjadi sangat murah.

Meskipun harganya sangat murah, namun tidak serta-merta para konsumen membelinya melebihi kapasitas.

Produksi minyak di Amerika Utara, kebijakan OPEC dan biaya industri akan menentukan harga minyak dunia ke depan.

Produsen OPEC, terutama Arab Saudi, telah mempertahankan tingkat produksi yang tinggi dalam upaya untuk melawan AS menjual minyak dengan harga yang lebih murah.

Organisasi ini mengelola rasio utang yang rendah, yaitu 12% dari total modal. Pada bulan Juni 2015, Shell telah memberhentikan 6.500 pekerja sebagai bagian dari efisiensi biaya akibat terus merosotnya harga minyak.

Ben mengatakan, saat harga minyak dunia merosot, tenaga surya bisa muncul sebagai kontributor jauh lebih besar untuk kebutuhan energi dunia.

"Saya tidak ragu-ragu untuk memprediksi bahwa dalam tahun-tahun mendatang surya akan menjadi tulang punggung dominan sistem energi kita, tentu dari sistem listrik," katanya.

Namun, selama periode itu, permintaan energi akan berlipat ganda, kata dia, yang mengarah ke "multi-dekade transisi," dari bahan bakar fosil menjadi pasokan dominan untuk energi.

Sumber: http://finance.detik.com/

Rabu, 02 September 2015

Harga Minyak Turun Tertekan Data Ekonomi China

1450467shutterstock-92642941780x390
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak dunia jatuh karena data manufaktur di China mengecewakan, konsumen energi terbesar di dunia, memukul prospek permintaan dan mengguncang kepercayaan pasar.
Seperti dilansir AFP, Rabu (2/9/2015), patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, kehilangan USD3,79 atau 7,7 persen menjadi ditutup pada USD45,41 per barel di New York Mercantile Exchange.
Aksi jual menghentikan kenaikan kuat WTI selama tiga hari berturut-turut yang telah mendorong kontrak berjangka naik lebih dari 27 persen, berbalik naik (rebound) dari tingkat terendah enam setengah tahun.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober berakhir di USD49,56  per barel, menukik USD4,59 atau 8,5 persen, dari penutupan sebelumnya.
Kesulitan ekonomi Tiongkok sekali lagi memukul pasar di seluruh dunia. Data resmi yang dirilis pada pagi hari menunjukkan sektor manufaktur kunci negara itu terhenti pada Agustus. Indeks pembelian manajer (PMI) merosot ke terendah dalam tiga tahun di 49,7 pada Agustus dari 50,0 pada Juli. Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Raksasa keuangan AS Citigroup mengatakan bahwa Tiongkok mendorong harga komoditas-komoditas, termasuk minyak, lebih rendah "yang belum pernah sebelumnya."
"Kami perkirakan Tiongkok akan terus menekan turun harga komoditas dalam beberapa bulan mendatang," katanya.
Pertumbuhan manufaktur juga tampak terhenti di ekonomi utama dunia Amerika Serikat. Indeks pembelian manajer (PMI) sektor manufaktur dari Institute for Supply Management (ISM) meluncur lebih dekat dengan kontraksi pada Agustus, jatuh menjadi 51,1, terendah tahun ini, dari 52,7 pada Juli.
Para analis mengatakan kelebihan pasokan minyak mentah global tetap menjadi hambatan pada harga, meskipun berbalik naik tajam dalam tiga hari terakhir.
"Meskipun produksi AS telah mulai turun, produksi Juni masih naik 7,1 persen dibanding setahun lalu," kata Nicholas Teo, analis pasar di CMC Markets.
"Dalam waktu dekat, ada kemungkinan akan sedikit atau tidak ada bantuan baik pada sisi pasokan atau permintaan," kata konsultan bisnis IHS.
"Secara khusus, masalah kelebihan pasokan bisa memakan waktu yang lama untuk terkoreksi."

Sumber: http://economy.okezone.com/

Selasa, 01 September 2015

Harga Minyak Mentah Naik untuk Tiga Sesi Berturut-turut

277618_ladang-minyak_663_382
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak melonjak naik pada perdagangan Senin (31/8/2015) waktu setempat (Selasa pagi WIB). Kenaikan harga emas hitam ini didorong oleh data bahwa produksi minyak AS turun  serta adanya pernyataan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC0 yang siap berbicara kepada para produsen mengenai rendahnya harga minyak.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman Oktober, menguat 3,98 dollar AS (8,8 persen) ditutup pada 49,20 dollar AS per barrel di New York Mercantile Exchange. Ini merupakan kenaikan sesi ketiga berturut-turut.
Di London, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober berakhir pada 54,15 dollar AS per barrel, naik 4,10 dollar AS (8,2 persen) dari tingkat penutupan Jumat lalu.
Selama kenaikan tiga sesi terakhir WTI telah membukukan keuntungan 27,5 persen dan Brent 25,52 persen.
Harga minyak dibuka lebih rendah, tetapi kemudian menanjak ke zona hijau setelah Departemen Energi AS mengatakan bahwa produksi dalam negeri pada Juni mencapai 9,3 juta barrel per hari, sekitar 100.000 barel lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Perkiraan bulanan untuk periode Januari hingga Mei direvisi lebih rendah sebanyak 130.000 barrel per hari.
Sementara OPEC menyatakan bahwa berlanjutnya tekanan pada harga tetap menjadi kekhawatiran bagi kartel minyak tersebut. OPEC yang menghasilkan sekitar 40 persen dari produksi minyak mentah global, mengaitkan tekanan harga terhadap produksi yang lebih tinggi dan spekulasi pasar.
"Tak perlu dikatakan, OPEC, seperti biasa, akan terus melakukan semua dalam kekuasaannya untuk menciptakan lingkungan kondusif yang tepat untuk pasar minyak guna mencapai keseimbangan dengan harga yang adil dan wajar," kata OPEC dalam laporan bulanannya.
"Sebagai organisasi telah menekankan pada banyak kesempatan, siap berdiri untuk berbicara dengan semua produsen-produsen lain. Tetapi ini harus pada tingkat pemain lapangan. OPEC akan melindungi kepentingannya sendiri," tambahnya.
Para analis sendiri meragukan kesediaan OPEC untuk mengurangi produksinya. "Pedagang minyak tampak membaca ini sebagai janji untuk mengendalikan produksi, atau setidaknya, untuk menghindari membiarkan produksi lebih tinggi. Yang akan menopang harga -- jika berjalan," kata Paul Ausick dari 24/7 Wall St.
Produksi minyak mentah OPEC naik sebesar 108.000 barrel menjadi 32,32 juta barrel per hari pada Agustus, Bloomberg News melaporkan pada Senin, mencatat bahwa itu jauh di atas batas resmi kartel 30 juta barrel per hari.
Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/

Jumat, 28 Agustus 2015

Harga Minyak Melonjak Setelah Data Ekonomi AS Membaik

minyak turun
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak dunia melonjak lebih dari 10 persen setelah data pertumbuhan Amerika Serikat (AS) yang kuat mengangkat kepercayaan tentang ekonomi dan pengguna bahan bakar minyak terbesar di dunia itu.
Sperti dilansir AFP, Jumat (28/8/2015), patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober melompat 3,96 dolar AS menjadi berakhir pada 42,56 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober naik 4,42 dolar AS menjadi menetap di 47,56 dolar AS per barel di perdagangan London. Kedua kontrak WTI and Brent ditutup naik 10,3 persen dari penyelesaian Rabu.
Harga minyak AS telah berada pada atau dekat tingkat terendah enam setengah tahun sepanjang pekan, dengan WTI ditutup di bawah 40 dolar AS pada Senin lalu untuk pertama kalinya sejak 2009 dan tinggal di posisi tersebut hingga Rabu.
Reli terjadi setelah Departemen Perdagangan melaporkan ekonomi AS tumbuh pada tingkat tahunan 3,7 persen pada kuartal kedua, jauh di atas estimasi awal naik 2,3 persen.
Pertumbuhan periode April-Juni terutama didorong investasi, belanja pemerintah pusat dan daerah serta belanja konsumen yang lebih tinggi daripada yang dilaporkan dalam estimasi awal.
"Data benar-benar membangunkan orang tentang fakta bahwa negara itu (AS) sedang meningkat dan permintaan akan menjadi lebih baik," kata Carl Larry dari Frost & Sullivan.
"Kami sedang melihat banyak permintaan di sana, pertumbuhan ekonomi telah menguat. Kami sedang melihat banyak angka yang menunjukkan tanda-tanda reaksi positif." Angka ekonomi AS yang kuat juga menambah momentum terhadap reli pasar saham global, mengangkat bursa-bursa yang telah mengalami kerugian triliunan dolar dalam sebuah gejolak selama pekan lalu.
Para analis mengatakan kontrak minyak juga diuntungkan dari faktor-faktor teknikal setelah perdagangan baru-baru ini membuat komoditas dalam keadaan "oversold" dan lama bertahan di bawah tingkat psikologis penting 40 dolar AS per barel.
"Para pembeli yang telah mundur dari mencoba menangkap penurunan dinamis sebelumnya, sekarang melangkah kembali masuk," kata Tim Evans, analis pada Citi Futures.

Sumber: http://economy.okezone.com/

Jumat, 14 Agustus 2015

Harga Minyak Turun, Saham Asia Dibuka Bervariasi

IHSG
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Bursa Asia Pasifik, Jumat 14 Agustus 2015, dibuka bervariasi menyusul penutupan bursa Wall Street, Amerika Serikat (AS). Bursa Asia dan global masih dipengaruhi oleh devaluasi mata uang China, yuan, dan rendahnya harga minyak mentah dunia. 
Dilansir CNBC, Indeks Nikkei turun 77,5 poin atau 0,38 persen ke posisi 20.518. Sementara Indeks Korea Selatan Kospi naik 7,99 poin atau 0,4 persen ke 1.983,46. Indeks Australia turun 0,1 persen ke 5.382.
Indeks Jepang dibuka rendah karena pasar masih mengawasi perusahaan-perusahaan yang terkenda dampak devaluasi yuan. Perusahaan-perusahaan yang bisnisnya bergantung pada China, seperti Komatsu dan Hitachi Construction Machinery turun 1,2 persen, pada Kamis.
Sementara saham Nisshin Steel turun lebih dari dua persen. 
Indeks Kospi berhasil naik, setelah sehari sebelumnya turun selama lima hari. Namun, penguatan indeks Kospi masih kecil. 
Saham Samsung Electronics jatuh 1,2 persen, sedangkan Hyundai Motor melemah satu persen, dan Kia Motors turun 0,3 persen. 
Sementara saham LG Household & Healthcare naik 2,6 persen. Saham manufaktur CJ Cheiljedang naik 1,7 persen. (ren)

Sumber: http://bisnis.news.viva.co.id/

Rabu, 05 Agustus 2015

Minyak Mentah Berhasil Ambil Sedikit Keuntungan

minyak dunia
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak mentah patokan Eropa, Brent, naik tipis di atas level support USD50 dari posisi terendah multi-bulan. Investor nampaknya menunggu data persediaan minyak untuk mengukur pasokan.
Pasar minyak mengambil jeda setelah harga anjlok sekira 20 persen karena banjir pasokan. Pasalnya, produksi OPEC mencapai rekor pada Juli dan produksi minyak tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, setelah pengebor menambahkan rig lebih dalam dua minggu terakhir.
Di sisi lain, kesepakatan nuklir yang dicapai antara Teheran dan negara-negara Barat telah memicu kekhawatiran minyak lebih Iran kembali ke pasar global dan kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan bahan bakar terseret harga minyak.
"Pasar masih mencerna berita Iran datang kembali dengan pasokan yang lebih besar. Ada ketidakpastian dalam hal pertumbuhan permintaan bisa mengambil kendur disebabkan oleh banjir pasokan," kata analis pasar di OptionsXpress, Ben Le Brun, seperti dilansir dari Reuters, Rabu (5/8/2015).
Minyak mentah Brent untuk pengiriman September naik 20 sen menjadi USD50,19 per barel. Sedangkan minyak mentah AS untuk pengiriman September naik 20 ke USD45,94 per barel.
Persediaan minyak mentah AS turun 2,4 juta barel pekan lalu menjadi 459,7 juta. American Petroleum Institute mengatakan, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan ekspektasi analis sebesar 1,5 juta barel. Stok minyak mentah di Cushing, Oklahoma, pengiriman hub turun 504.000 barel.

Sumber: http://economy.okezone.com/

Rabu, 08 Juli 2015

Harga Minyak Rebound, Wall Street Menguat

harga-minyak-rebound-wall-street-menguat-p7VzHH5ZTd
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Saham AS ditutup menguat setelah mengalami fluktuasi pada Selasa. Hal ini dikarenakan rebound harga minyak AS mengimbangi sentimen negatid dari kekhawatiran perlambatan di China dan krisis utang Yunani.
Mengutip laman Reuters, New York, Rabu (8/7/2015), S&P di sektor energi berbalik arah naik 0,9 persen karena AS CLc1 minyak mentah naik 0,7 persen setelah diperdagangkan sebanyak 3,7 persen lebih rendah pada hari sebelumnya.
Stok minyak mentah komersial kemungkinan tergelincir di pekan yang berakhir 3 Juli setelah naik untuk pertama kalinya sejak April di minggu sebelumnya, survei Reuters diperluas menunjukkan Selasa.
"Penurunan minyak berakhir," kata Chief Investment Officer di Wedbush Management LLC Ekuitas di San Francisco, Stephen Massocca.
"Saham energi melambung, dan ketika itu terjadi itu membantu indeks bergerak lebih tinggi," lanjutnya.
Para pemimpin zona euro mengadakan pertemuan darurat di Brussels pada hari Selasa dan berencana lain pada hari Minggu untuk menyetujui rencana untuk membantu Yunani jika lembaga kreditur untuk sementara puas dengan Yunani aplikasi pinjaman dan reformasi komitmen.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan dia berharap permintaan pinjaman resmi dari Athena pada Rabu dan lebih detail tentang bagaimana Yunani akan bekerja sama untuk membuat ekonomi lebih kompetitif pada hari Kamis, dalam rangka mencari persetujuan parlemen Jerman untuk memulai negosiasi.
Dow Jones Industrial Average naik 93,33 poin atau 0,53 persen menjadi 17.776,91, S&P 500 naik 12,58 poin atau 0,61 persen ke 2.081,34 setelah jatuh secara singkat di bawah 200-hari rata-rata bergerak. Nasdaq Composite menambahkan 5,52 poin atau 0,11 persen ke 4.997,46.
Sembilan dari 10 sektor terbesar S&P 500 ditutup menguat. Dengan indeks utilitas melonjak 2,48 persen.

Sumber: http://economy.okezone.com/