AXA Tower Kuningan City

COMODITY

Sesuatu benda nyata yang relatif mudah di perdagangkan, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh Investor melalui bursa berjangka

PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 18 Kuningan Setia Budi, Jakarta 12940 Telp : (021)30056300, Fax : (021)30056200

Transaksi anda kami jamin aman dari virus, hacker atau gangguan sejenisnya. Karena trading platfoen kami telah terproteksi sangat baik

Tampilkan postingan dengan label Minyak mentah AS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Minyak mentah AS. Tampilkan semua postingan

Jumat, 07 Oktober 2016

Minyak di atas Level $ 50 terkait Stok Minyak AS | PT Rifan Financindo Berjangka


Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Minyak diperdagangkan di atas level $ 50 per barel setelah stok AS turun untuk minggu kelima berturut-turut dan OPEC berjanji untuk mengurangi stok sehingga memicu optimisme berkurangnya surplus global.

Futures sedikit berubah di New York setelah naik 1,2 persen pada hari Kamis dan ditutup di atas $ 50 per barel untuk pertama kalinya sejak Juni. Stok minyak mentah AS turun ke bawah 500 juta barel pekan lalu untuk pertama kalinya sejak Januari, data pemerintah menunjukkan Rabu. OPEC berjanji di Aljazair pekan lalu untuk mengurangi output kelompok menjadi sekitar 32.5 juta -33 juta  barel per hari dalam upaya untuk mengurangi surplus stok minyak mentah dunia dan meningkatkan harga.

Minyak telah naik sekitar 13 persen sejak Organisasi Negara Pengekspor Minyak setuju untuk memotong produksi untuk pertama kalinya dalam delapan tahun pada 28 September lalu. OPEC, yang memompa minyak pada rekor tertingginya bulan September, akan memutuskan kuota pada pertemuan resmi kelompok di Wina pada 30 November. Sementara itu, Hurricane Matthew sedang menuju Tenggara AS dan dapat mengganggu pengiriman bahan bakar East Coast.

West Texas Intermediate untuk pengiriman November di level $ 50,52 per barel di New York Mercantile Exchange, naik 8 sen, pada pukul 09:50 pagi waktu Sydney. Kontrak naik 61 sen ke level $ 50,44 pada hari Kamis. Total volume perdagangan yakni sekitar 69 persen di bawah rata-rata 100-hari.

Brent untuk pengiriman Desember naik 65 sen, atau 1,3 persen, ke level $ 52,51 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London, Kamis. Minyak mentah acuan global mengakhiri sesi pada premium $ 1,53 untuk WTI Desember. 

Kamis, 16 Juni 2016

Minyak Turun Untuk hari Ke-6 Terkait Menurunnya Gangguan Pasokan AS

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Minyak jatuh hari keenam, menuju jangka terpanjang penurunan sejak Februari, di tengah tanda-tanda bahwa gangguan pasokan global memudar, sehingga mengimbangi penurunan persediaan minyak mentah AS.

Minyak berjangka turun sebanyak 1,4% di New York setelah turun 6,3% dalam lima sesi sebelumnya. Output di Kanada diharapkan naik di bulan ini pasca kebakaran hutan memangkas produksi sementara militan Nigeria mencoba pembicaraan damai dengan pemerintah. Pasokan AS turun untuk pekan keempat menjadi 531.5 juta barel dan tetap sekitar 33% di atas lima tahun rata-rata musiman, Administrasi Informasi Energi AS mengatakan Rabu.

Minyak WTI untuk pengiriman Juli turun sebanyak 66 sen menjadi $ 47,35 per barel di New York Mercantile Exchange dan berada di $ 47,41 pada pukul 9:15 pagi waktu pagi Tokyo. Total volume yang diperdagangkan adalah 6% di atas 100-hari rata-rata. Kontrak tergelincir 48 sen untuk menetap di level $ 48,01 pada hari Rabu.(yds)


Sumber: Bloomberg

Senin, 13 Juni 2016

Minyak Lanjutkan Koreksi Ditengah Meningkatnya Rig Pengeboran AS


Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Minyak mentah jatuh hari ketiga setelah jumlah rig pengeboran minyak di AS naik untuk pekan keduanya.

Minyak berjangka turun sebanyak 1,8% di New York setelah turun 4,2% dalam dua sesi sebelumnya. Rig AS menargetkan minyak mentah naik 3 hingga 328 pekan lalu, mencatat  gain mingguan jangka sejak Agustus, Baker Hughes Inc mengatakan Jumat. Iran berusaha untuk meningkatkan output sebanyak 600.000 hingga 700.000 barel per hari selama lima tahun dari bidang di daerah barat Sungai Karoun di sepanjang perbatasan Irak, ungkap Menteri Perminyakan Bijan Namdar Zanganeh.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Juli turun sebanyak 86 sen menjadi $ 48,21 per barel di New York Mercantile Exchange dan berada di $ 48,40 pada 10:06 pagi waktu Singapura. Total volume yang diperdagangkan adalah 7% di atas 100-hari rata-rata. Kontrak tergelincir $ 1,49 untuk menetap di $ 49,07 pada hari Jumat.

Jenis Brent untuk pengiriman Agustus turun sebanyak 74 sen menjadi $ 49,80 di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Harga menurun $ 1,41 menjadi ditutup pada $ 50,54 pada hari Jumat. Acuan minyak mentah global diperdagangkan lebih tinggi sebesar 90 sen dibanding WTI untuk pengiriman Agustus.(yds)



Sumber: Bloomberg

Selasa, 07 Juni 2016

Stok AS Menurun Jadikan Minyak Diperdagangkan Dekati 10 Bulan Tertinggi

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Minyak diperdagangkan mendekati penutupan tertinggi dalam lebih dari 10 bulan terakhir sebelum rilis data pemerintah AS yang diperkirakan akan menunjukkan stok minyak mentah menurun untuk minggu ketiga, mengurangi kelebihan pasokan.
Kontrak berjangka sedikit berubah di New York setelah menguat 2,2 % pada hari Senin, kenaikan terbesar dalam tiga minggu terakhir. Persediaan menurun sebanyak 3 juta hingga 3 Juni lalu, menurut survei Bloomberg sebelum data dari Administrasi Informasi Energi pada hari Rabu. Eni SpA mengatakan sebanyak 65.000 barel per hari pasokan dihentikan pada hari Jumat setelah terjadi serangan militan di Nigeria.
Harga minyak mentah telah melonjak hampir 90 % dari level 12-tahun terendah pada awal tahun ini di tengah gangguan tak terduga dan kemerosotan terus menerus dalam output AS, yang berada di bawah tekanan dari kebijakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak 'memompa tanpa batas. Arab Saudi akan mempertahankan tingkat yang sama dari kapasitas produksi hingga tahun 2020 di bawah rencana reformasi ekonomi baru yang disetujui oleh pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada minyak.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun 9 sen ke level $ 49,60 per barel di New York Mercantile Exchange, pada pukul 01:34 sore waktu Hong Kong. Kontrak naik $ 1,07 ke level $ 49,69 pada hari Senin, penutupan tertinggi sejak 21 Juli lalu. Jumlah volume perdagangan sekitar 50 % di bawah 100-hari rata-rata.
Brent untuk pengiriman Agustus merosot 8 sen ke level $ 50,47 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Harga Brent pada hari Senin ditutup di level tertinggi sejak 9 Oktober. Minyak mentah acuan global diperdagangkan pada premium dari 38 sen dibandingkan WTI untuk bulan Agustus. (knc)


Sumber: http://www.rfbnews.com/

Senin, 06 Juni 2016

Memetik Hikmah dari Turunnya Harga Minyak Dunia

Memetik Hikmah dari Turunnya Harga Minyak Dunia
 
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) mengalami masa-masa sulit dalam dua tahun terakhir. Harga minyak dunia yang relatif stabil di atas US$100 per barel selama tiga setengah tahun terakhir menurun tajam di awal 2014 akibat kelebihan pasokan. Kontraksi ekonomi di berbagai belahan dunia mengakibatkan harga minyak semakin tertekan.
Kondisi ini tentu menekan gerak industri hulu migas di seluruh dunia. Perusahaan migas baik yang multinasional maupun pelat merah mengalami penurunan investasi. Menurut kajian Wood Mackenzie, secara global di tahun 2015 terjadi penurunan investasi untuk eksplorasi dan produksi migas sebesar sekitar 20 persen dibanding tahun 2014. Industri hulu migas Indonesia mengalami hal yang sama.

Data dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menunjukkan investasi kontraktor yang berada pada tahap produksi mencapai US$15,1 miliar di 2015 atau turun 22% dibandingkan dengan realisasi investasi di tahun 2014. Tren yang sama juga ditemukan pada kontraktor migas yang berada pada tahapan eksplorasi. Nilai investasi mereka pada tahun 2015 hanya sebesar US$0,52 miliar atau turun 53% dibandingkan dengan realisasi investasi tahun 2014.

Rendahnya harga minyak dan lesunya investasi tentu memiliki dampak ke berbagai aspek. Mengutip data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2016, dana bagi hasil untuk wilayah produsen minyak pun anjlok dari Rp 42,91 triliun pada 2014 menjadi Rp 14,09 triliun pada tahun 2015.

Selain menggerus penerimaan negara, kondisi ini juga membuat upaya-upaya menemukan cadangan migas baru demi ketahanan energi masa depan terhambat. Penawaran delapan blok migas di akhir 2015 yang dilakukan pemerintah gagal mendapatkan pemenang. Tidak hanya itu, kegiatan di wilayah kerja eksplorasi yang sudah memiliki kontraktor pun banyak yang tidak berjalan. Selain mengancam ketersediaan energi migas di masa depan, menurunnya kegiatan kontraktor ini juga berdampak pada sektor lain yang selama ini ikut merasakan berkah dari kehadiran industri hulu migas.

"Banyak kontraktor migas melakukan efisiensi dan menghentikan kegiatan investasi, sehingga sektor industri penunjang migas juga mengalami kelesuan akibat tidak ada investasi," kata Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution saat membuka Pameran dan Konvensi Asosiasi Perusahaan Migas (Indonesian Petroleum Association/IPA) di Jakarta akhir Mei 2016 lalu.

Kondisi ini tentu memerlukan jalan keluar secepat mungkin. SKK Migas dan kontraktor telah melakukan beberapa upaya untuk tetap menjalankan operasi migas di tengah harga yang tidak ramah. Salah satu yang dilakukan adalah efisiensi penggunaan pengeluaran modal dan pengeluaran operasi. Selain itu, industri hulu migas juga melakukan negosiasi harga dengan penyedia barang dan jasa supaya kegiatan hulu migas masih dapat berlangsung dengan nilai ekonomi yang cukup memadai.

Solusi-solusi tersebut menjadi alternatif untuk tetap menjalankan industri hulu migas di tengah situasi yang sulit. Namun, pemerintah menyadari bahwa untuk menjaga industri ini dalam jangka panjang, perlu kebijakan-kebijakan yang dapat memperbaiki iklim investasi sektor strategis ini.

Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) IGN Wiratmaja Puja dalam berbagai kesempatan telah menyampaikan bahwa Indonesia perlu memberikan penawaran yang lebih menarik bagi investor. ""Lelang yang tidak laku menunjukkan Indonesia kurang atraktif bagi investor. Banyak (investor) yang sudah beralih ke tempat-tempat lain, seperti Vietnam. Kita harus membuka diri. Kita membuat (kebijakan) yang lebih atraktif supaya mereka balik lagi," ujarnya.

Termasuk kebijakan membuka diri tersebut antara lain dengan memberikan insentif bagi kegiatan usaha hulu migas melalui kebijakan fiskal, memperpanjang masa eksplorasi dan mempermudah perizinan. Dalam lelang wilayah kerja migas tahun 2016, pemerintah sudah mulai menawarkan konsep baru. Di antaranya adalah dengan memberikan kesempatan kepada investor untuk mengajukan penawaran bagi hasil yang atraktif buat mereka serta memenuhi keekonomian proyek yang diharapkan pemerintah. Selain itu, pemerintah saat ini juga sedang menggodok regulasi supaya proyek hulu migas di laut dalam dapat menjadi peluang investasi yang atraktif bagi investor.

"Kita lagi dalam proses mempersiapkan regulasi khusus untuk laut dalam supaya bisa atraktif dengan negara-negara lain," ujar Wirat.

Upaya-upaya seperti ini tentunya perlu diikuti langkah-langkah lain yang lebih serius dalam menata ulang dasar-dasar industri migas Indonesia. Ini selaras dengan pernyataan Menko Perekonomian Darmin Nasution yang mengatakan bahwa merosotnya investasi dalam dua tahun terakhir tidak semata-mata karena rendahnya harga minyak, tetapi juga karena disain kebijakan.

Menurutnya, produksi minyak bumi Indonesia yang sudah turun secara konsisten semenjak awal tahun 2000 menunjukkan bahwa, setelah krisis Asia di tahun 1998, sektor hulu migas belum selesai dibenahi. Saat ini pembenahan sektor ini sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi. "Penyederhanaan perizinan tidak cukup. Kita perlu masuk sampai ke disain dasar sektor ini," ujarnya seraya menambahkan bahwa perbaikan ini tidak hanya perlu dilakukan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tetapi berbagai pihak, baik dari Kementerian Keuangan, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Kementerian Agraria dan Badan Pertanahan, bahkan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Perekonomian dunia pada 2016 diperkirakan masih tetap belum akan pulih sepenuhnya. Harga minyak dunia pun masih belum dapat dipastikan terus naik ke posisi di atas US$50. Untuk itu, kebijakan nyata untuk meningkatkan investasi migas perlu segera diambil. Sesuai arahan Presiden Joko Widodo,dibandingkan meratapi kondisi yang ada, Indonesia harus dapat memetik manfaat dari rendahnya harga minyak mentah di pasar global.


Sumber: http://news.detik.com/

Selasa, 17 Mei 2016

Harga Minyak Naik Tinggi

Harga Minyak Naik Tinggi
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak menyentuh tingkat tertingginya dalam 6 bulan, pada perdagangan Senin. Didorong oleh pasokan yang terganggu, dan prediksi dari Goldman Sachs yang mengatakan, pasar minyak akan positif untuk ke depan.

Dilansir dari Reuters, Selasa (17/5/2016), harga kontrak berjangka minyak jenis Brent naik US$ 1,14 per barel (2,4%) ke US$ 48,97 per barel. Sempat menyentuh harga tertingginya di US$ 49,47 per barel, atau tertinggi sejak November 2015.

Untuk harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,51 per barel (3,3%) menjadi US$ 47,72 per barel, dan sempat menyentuh tingkat tertinggi di US$ 47,85 per barel.

Kenaikan harga minyak terjadi dalam 2 pekan terakhir, karena kombinasi gangguan pasokan di Nigeria, Venezuela, dan juga penurunan produksi di Amerika Serikat (AS) dan Kanada. Belum lagi ada prediksi soal membaiknya harga minyak dari Goldman Sachs.

Namun belum bisa diprediksi berapa besaran harga minyak yang akan kembali dicapai.


Sumber: http://finance.detik.com/

Kamis, 12 Mei 2016

Harga Minyak Lompat 4%

Harga Minyak Lompat 4%
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak dunia melonjak 4% lebih pada perdagangan Rabu di pasar New York. Dipicu oleh menurunnya stok minyak Amerika Serikat (AS), dan turunnya produksi dari Kanada dan Nigeria.

Energy Information Administration (EIA) di AS menyatakan, stok minyak pemerintah negara ini turun 3,4 juta barel pekan lalu. Sementara para analis memprediksi ada kenaikan 714.000 barel.

"Laporan dari EIA membuat harga langsung naik," kata Dominick Chirichella, senior partner dari Energy Management Institute di New York, seperti dilansir dari Reuters, Rabu (12/5/2016).

Harga kontrak berjangka minyak jenis Brent naik US$ 2,08 per barel (4,6%) menjadi US$ 47,6 per barel. Sementara harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,57 per barel (3,5%) ke US$ 46,23 per barel.

Dalam laporan terpisah, EIA memprediksi harga minyak Brent bakal mencapai US$ 76 per barel tahun depan, karena permintaan yang meningkat.

Kenaikan harga minyak mentah dalam beberapa waktu terakhir, telah membuat harga turunannya seperti bensin naik hingga 6% di AS.

Harga minyak sebelumnya telah naik, setelah Shell mengumumkan adanya penutupan sejumlah pipa minyak di Nigeria karena adanya serangan ke 2 kilang minyak. Kemudian produksi minyak di Kanada turun 1 juta barel per hari, karena salah satu kota penghasil minyaknya mengalami kebakaran hutan.


Sumber: http://finance.detik.com/

Senin, 09 Mei 2016

Harga Minyak Lompat 2%, Ini Penyebabnya

Harga Minyak Lompat 2%, Ini Penyebabnya
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak di pasar Asia pada awal pekan ini naik 2%. Penyebabnya adalah, kekhawatiran menurunnya pasokan dunia karena kebakaran hutan di Provinsi Alberta, Kanada.

Di Alberta terdapat kota Fort McMurray, yang merupakan penghasil minyak terbesar di Kanada. Kota ini disebut-sebut memiliki cadangan minyak terbesar ketiga di dunia.

Selain kebakaran hutan ini, pergantian Menteri Perminyakan di Arab Saudi juga menimbulkan spekulasi akan adanya perubahan kebijakan untuk menaikkan kembali harga minyak. Arab Saudi merupakan eksportir minyak terbesar dunia.

Pada hari ini, harga kontrak minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 1,05/barel (2,3%) menjadi US$ 45,71/barel.

Kemudian harga kontrak minyak jenis Brent naik 85 sen/barel (1,9%) menjadi US$ 46,22/barel.

"Saya pikir kebakaran hutan akan menghambat ekspor minyak Kanada ke Amerika Serikat (AS), yang biasanya sebanyak 3,5 juta barel per hari," kata Analis, Carl Larry, dilansir dari Reuters, Senin (9/5/2016).

"Saya tidak yakin harga minyak bisa kembali ke US$ 80/barel, namun bisa ke US$ 50 dan di atasnya," imbuh Larry.

Harga minyak di kuartal I-2016 ini sudah naik 75% setelah sempat menyentuh tingkat tertinggi dalam 12 tahun di sekitar US$ 27/barel.

Pasokan minyak dunia masih terus berlebih, jumlah kelebihan pasokan ini mencapai sekitar 1,5 juta barel per hari.


Sumber: http://finance.detik.com/

Selasa, 03 Mei 2016

Harga Minyak Anjlok 3%

Harga Minyak Anjlok 3%

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka -Setelah sempat naik ke tingkat tertingginya, harga minyak pada Senin awal pekan ini jatuh 3%. Ini akibat naiknya produksi minyak dari negara anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).

Aksi ambil untung atau profit taking juga jadi pemicu jatuhnya harga minyak.

Produksi minyak OPEC di April naik menjadi 32,64 juta barel per hari. Mendekati rekor tertingginya dalam sejarah. Ekspor minyak Irak dari lapangan di wilayah selatan juga meningkat,

Dilansir dari Reuters, Selasa (3/5/2016), di pasar New York semalam, harga kontrak berjangka minyak jenis Brent turun US$ 1,54/barel (3,3%) menjadi US$ 45,83/barel dan sempat menyentuh tingkat terendah di US$ 45,72/barel.

Harga kontrak berjangka minyak West Texas Intermediate (WTI) ditutup turun US$ 1,14/barel (2,5%) menjadi US$ 44,78/barel, dan sempat menyentuh tingkat terendah di US$ 45,72/barel.

Selanjutnya, data dari Energy Information Administration (EIA) pada Rabu ini soal produksi dan permintaan minyak, akan menentukan pergerakan harga.

Para spekulator memperkirakan, harga minyak Brent akan kembali menyentuh tingkat tertinggi.


Sumber: http://finance.detik.com/

Rabu, 27 April 2016

Harga Minyak Lompat ke Tingkat Tertinggi

Harga Minyak Lompat ke Tingkat Tertinggi
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak dunia lompat ke tingkat tertingginya di tahun ini, pada perdagangan di pasar New York malam tadi. Kenaikan ini terjadi setelah muncul data turunnya stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS).

Minyak jenis Brent dan West Texas Intermediate (WTI) harga kontrak berjangkanya naik 3%. American Petroleum Institute melaporkan stok minyak mentah AS turun 1,1 juta barel.

"Ada kemungkinan kita melihat harga terus naik karena data ini" kata Analis, John Kilduf, dilansir dari Reuters, Rabu (27/4/2016).

Harga kontrak berjangka minyak jenis Brent naik US$ 1,26 per barel menjadi US$ 45,74 per barel. Setelah sebelumnya sempat naik US$ 2,01 per barel menjadi US$ 46,49 per barel, atau tingkat tertinggi di 2016.

Untuk WTI, harga kontrak berjangkanya naik US$ 1,4 per barel menjadi US$ 44,04 per barel. Setelah sebelumnya sempat naik US$ 2,19 per barel ke tingkat tertinggi di tahun ini, yaitu US$ 44,83 per barel.

Sementara itu, di pasar Asia pada pagi ini, harga minyak juga naik.

Harga kontrak berjangka minyak jenis Brent diperdagangkan naik 52 sen (1,1%) menjadi US$ 46,26 per barel.

Untuk harga kontrak berjangka minyak jenis WTI naik 52 sen (1,2%) menjadi US$ 44,56 per barel.


Sumber: http://finance.detik.com/

Selasa, 29 September 2015

Minyak Mentah Anjlok Hampir 3%

\Minyak Mentah Anjlok Hampir 3%\
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak mentah turun hampir 3 persen, tertekan oleh jatuh ekuitas di Wall Street dan data ekonomi China yang lemah. Meski demikian, penurunan stok minyak mentah di penyimpanan Amerika Serikat (AS) berhasil membatasi kerugian.
Rencana kenaikan suku bunga AS setelah hampir satu dekade ditahan, telah memberikan volatilitas pada harga minyak, yang telah berayun hingga 8 persen dalam sehari bulan lalu.
"Minyak mulai mundur karena risk aversion kembali mengalami peningkatan. Ada atmosphere malapetaka dan kesuraman pada harga minyak," kata direktur riset komoditas di ClipperData, Matt Smith, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (29/9/2015).
Minyak mentah Brent, LCOc1, turun USD1,26 atau 2,6 persen menjadi USD47,34 per barel. Sementara minyak mentah patokan Amerika, West Texas Intermediate (WTI), CLc1, turun USD1,27 atau 2,8 persen pada USD44,43 per barel.
Kelebihan pasokan minyak terjadi karena permintaan energi di negara dengan perekonomian nomor dua terbesar di dunia, China, mengalami pelambatan. Selain itu, pasar Asia dan negara berkembang lainnya telah dibelah dua harga minyak mentah selama setahun terakhir.

Sumber: http://economy.okezone.com/

Jumat, 11 September 2015

Produksi AS Turun, Harga Minyak Mentah Naik

ilustrasi-SPBU-aji-140822-5
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak dunia naik pada Kamis (10/9/2015) waktu setempat (Jumat pagi WIB), karena investor fokus pada penurunan produksi minyak mentah Amerika Serikat (AS) meski terjadi lonjakan persediaan yang lebih besar dari perkiraan.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, naik 1,77 dollar AS, atau 4,0 persen, ditutup pada 45,92 dollar AS per barrel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, patokan Eropa, ditutup pada 48,89 dollar AS per barrel di perdagangan London, meningkat 1,31 dollar AS atau 2,8 persen dari penutupan Rabu.
Kedua kontrak berjangka bangkit kembali dari penurunan tajam Rabu, setelah para pedagang memperkirakan peningkatan lain dalam persediaan minyak mentah komersial AS.
Faktanya, laporan minyak mingguan Departemen Energi AS (DoE) yang dirilis pada Kamis menunjukkan terjadi penumpukan suplai yang jauh lebih besar dari perkirakan, sebesar 2,6 juta barrel menjadi 458,0 juta barrel dalam pekan yang berakhir 4 September.
Tetapi pasar menangkap lebih banyak aspek bullish dari laporan tersebut, yakni produksi minyak mentah AS jatuh untuk minggu kelima berturut-turut, merosot 83.000 barrel per hari menjadi 9,14 juta barrel per hari.
Meskipun masih tinggi, penurunan produksi AS dipandang sebagai berpotensi mengurangi kelebihan pasokan global yang telah melampaui permintaan dan mengirimkan harga jatuh lebih dari 50 persen sejak Juni 2014.
Persediaan AS di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk kontrak AS, turun 0,9 juta barrel menjadi 56,4 juta barrel. Sementara itu, permintaan AS untuk produk minyak bumi naik sekitar empat persen dari setahun lalu.
"Data ekonomi yang kuat, permintaan yang kuat untuk produk minyak, penurunan produksi minyak dan penurunan persediaan di Cushing, tampaknya memberikan dukungan untuk harga minyak sejauh ini, meskipun stok minyak mentah AS meningkat 2,57 juta barrel," kata Natixis seorang analis Abhishek Deshpande.

Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/

Kamis, 02 Juli 2015

Pasokan Melimpah, Harga Minyak Tergelincir

Pasokan Melimpah, Harga Minyak Tergelincir
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak mentah internasional tergelincir ke level terendah dalam dua bulan terakhir karena banyaknya pasokan dari Amerika Serikat (AS).
Mengutip CNBC, Kamis 2 Juli 2015, harga minyak mentah AS ditutup turun 4,2 persen, pada US$56,96 per barel-terendah sejak 22 April. Minyak mentah Brent crude futures diperdagangkan pada US$62 per barel turun US$1,60 atau 2,6 persen.
Reli dolar dan masalah default utang Yunani dan tanda-tanda produksi OPEC yang cukup tinggi dalam tiga tahun terakhir juga menekan pasar.
Sementara itu berdasarkan laporan Departemen Energi AS (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah naik 2,4 juta barel, sementara stok bensin turun 1,8 juta.
Kenaikkan tersebut karena para produsen minyak di AS menggenjot produksi pada April 2015 kemarin sehingga mencapai laju produksi tercepat sejak 1971.

Sumber: http://bisnis.news.viva.co.id/