AXA Tower Kuningan City

COMODITY

Sesuatu benda nyata yang relatif mudah di perdagangkan, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh Investor melalui bursa berjangka

PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 18 Kuningan Setia Budi, Jakarta 12940 Telp : (021)30056300, Fax : (021)30056200

Transaksi anda kami jamin aman dari virus, hacker atau gangguan sejenisnya. Karena trading platfoen kami telah terproteksi sangat baik

Tampilkan postingan dengan label Motor. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motor. Tampilkan semua postingan

Kamis, 24 Agustus 2017

Motor Dilarang Lewat Sudirman, Armada Trans Jakarta Harus Ditambah | PT Rifan Financindo


Jakarta, Rifan Financindo - Pengguna kendaraan roda dua atau sepeda motor sebentar lagi tak bisa melintas di jalan Sudirman. Aturan tersebut akan diterapkan pada pertengahan Oktober atau satu bulan setelah uji coba dan evaluasi.


Peneliti transportasi dari Institut Studi Transportasi (Instran), Deddy Herlambang mengatakan, agar masyarakat yang bekerja di sekitar jalan Sudirman tidak merasa dirugikan, ada sejumlah hal yang perlu dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.


"Yang paling penting adalah menambah jumlah armada Busway atau Trans Jakarta," sebut dia saat dihubungi detikFinance, Rabu (23/8/2017).



Dengan penambahan jumlah armada Trans Jakarta, sambung dia, maka headway alias jeda antar armada bisa lebih singkat. Ini sangat berpengaruh pada ketepatan waktu tiba para pekerja di kantornya masing-masing.


"Kalau sekarang, headway-nya itu bisa 15-30 menit sekali. Harusnya tiap 5 menit itu lewat. Jadi orang mau berangkat kerja enggak khawatir terlambat," jelas dia.
Selain tambah armada, sambung Deddy, perlu ada upaya juga untuk sterilisasi jalur Busway. "Jangan sampai itu jalur dipakai untuk kendaraan lain selain busway. Kan jadi percuma armada ditambah, tapi jalannya tersendat. Akhirnya yang kerja di sekitar Sudirman juga sulit sendiri. Ini kan merugikan masyarakat," sambung dia.\

Lihat juga: Industri PBK Tumbuh di Tengah Rendahnya Pemahaman Masyarakat | RifanFinancindo
Tak cukup sampai di situ. Perlu disadari bahwa transportasi umum tak bisa mengantar masyarakat sampai ke rumah. Sebagai konsekuensinya, masyarakat tetap akan menggunakan kendaraan pribadi sampai ke halte terdekat.

Lihat juga: Kenapa Investasi Bodong Menjamur dan Makan Banyak Korban? | RifanFinancindo
Lihat juga: Banyak Masyarakat Belum Paham PBK | PT Rifan Financindo
"Untuk itu, yang penting juga adalah penyediaan kantung-kantung parkir yang murah. Misalnya di Ragunan, Blok M dan Sudirman," tandasnya.



Jumat, 16 Juni 2017

Mudik Pakai Motor, Jangan Bawa Barang Tak Penting | PT Rifan Financindo

Jakarta, Rifan Financindo - Mudik menggunakan sepeda motor sebenarnya tidak dianjurkan. Tapi, masih banyak saja pemudik yang memanfaatkan sepeda motor. Banyak alasannya, entah karena lebih murah atau untuk mobilitas di kampung halaman.

Jika terpaksa menggunakan sepeda motor, Instruktur dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu memberikan beberapa tips. Pertama, pemudik bisa mengirim motor langsung ke tujuan menggunakan jasa pengiriman paket atau kapal dan menggunakan moda transportasi lain. Kedua, matangkan rencana perjalanan dengan memilih rute yang tidak favorit.

Selanjutnya, Jusri mengatakan, jangan membawa barang berlebihan. Barang yang tidak penting untuk perjalanan mudik jangan dibawa dengan sepeda motor.

"Atau barang yang hanya digunakan saat tiba di kamppung halaman, apakah itu oleh-oleh atau baju lebaran, sebaiknya dikirim melalui paket pengiriman barang," kata Jusri kepada detikOto, Kamis (15/6/2017).


Sebab, ketika membawa barang-barang berlebihan, maka akan memakan ruang di sepeda motor dan bobotnya berlebihan. Itu berpengaruh ke keseimbangan dan kendali motor.

"Kadang-kadang menyulitkan kontrol si bikers tadi," ujar Jusri.

Bawalah barang seperlunya yang hanya dipakai untuk keperluan ketika menggunakan sepeda motor. Minuman atau obat-obatan juga boleh dibawa jika perlu.

"Karena biaya kecelakaan jauh lebih mahal daripada biaya sebelum kecelakaan. Mungkin ada pikiran kirim barang-barang pakai paket itu mahal. Tapi barang-barang tadi akan menyulitkan dia dan bisa keluar biaya jauh lebih mahal ketika dia kecelakaan," kata Jusri. 



Senin, 09 November 2015

Motor Bermesin 125-150 cc Paling Banyak Dibeli, Ini Alasannya

Motor Bermesin 125-150 cc Paling Banyak Dibeli, Ini Alasannya
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Penjualan sepeda motor bermesin 125 – 150 cc sepanjang Januari hingga Oktober lalu telah mencapai 2.724.699 unit atau sekitar 48,65 persen dari total penjualan yang sebanyak 5.600.831 unit. Faktor kebutuhan untuk mendukung mobilitas ke tempat kerja menjadi salah satu pertimbangan utama.

“Hasil kajian internal kami menunjukan, permintaan motor dengan mesin berkapasitas sebesar itu paling banyak diminta oleh konsumen komuter. Motor digunakan sebagai sarana transportasi ke tempat kerja atau beraktivitas jarak jauh,” papar Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Sigit Kumala, saat dihubungi di Jakarta.

Menurut Sigit, banyaknya masyarakat yang menggunakan sepeda motor untuk menunjang kegiatan menuju tempat kerja atau kegiatan produktif lainnya dikarenakan mereka beranggapan transportasi massal belum memadai. Selain itu, motor dinilai lebih praktis karena fleksibel menembus kemacetan di jalan raya.

“Ongkosnya pun lebih murah. Nah, karena perjalanan dari tempat tinggal ke tempat kerja yang jaraknya lumayan, orang membutuhkan motor yang bertenaga lumayan besar dan akselerasi yang ringan. Ini ada di motor 125 – 150 cc,” ucapnya.

Selain itu, pilihan terhadap motor dengan kategori mesin sebesar itu, maka ongkos operasional lebih murah jika dibanding yang berkapasitas di atas 150 cc. “Ini secara teori ya, karena soal boros tidaknya konsumsi bahan bakar itu juga tergantung bagaimana cara berkendaranya. Tapi yang pasti, dari sisi harga motor ini kan di tengah-tengah ya. Itu alasan lainnya,” papar Sigit.

Kecenderungan pilihan masyarakat Indonesia terhadap motor bermesin 125 – 150 cc itu mirip dengan yang terjadi di Thailand. Alasannya pun hampir serupa. Tetapi ini berbeda dengan di Malaysia, yang menyukai motor dengan mesin di bawah 125 cc.

Sedangkan di Jepang, kata Sigit, masyarakat banyak yang memilih motor bermesin di bawah 100 cc dan di atas 250 cc ke atas. Pilihan pertama didasari kebutuhan untuk mobilitas jarak pendek, dan di atas 250 cc selain untuk hobi juga perjalanan jarak jauh.

“Karena di Jepang orang lebih memilih transportasi massal untuk pergi ke tempat kerja karena cepat, nyaman, dan murah. Tetapi yang tidak terjangkau transportasi massal karena jaraknya pendek mereka pakai motor bermesin kecil,” imbuh Sigit.

Data AISI menunjukan, penjualan motor bermesin dibawah 125cc sepanjang Januari hingga Oktober sebanyak 2.709.931 unit atau 48,38 persen dari total penjualan motor. Sedangkan yang bermesin lebih dari 150 cc sebanyak 166.201 unit atau sekitar 2,97 persen.

Sumber: http://oto.detik.com/

Selasa, 12 Mei 2015

Orang Lebih Pilih Beras, Penjualan Motor Anjlok

092019_motor
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Penjualan sepeda motor di Indonesia sepanjang April lalu kembali menurun dibanding bulan sebelumnya, sebanyak 23.441 unit. Kesenjangan penjualan semakin lebar jika dibanding dengan April 2014, yakni melorot hingga 190.535 unit, dengan faktor penyebab yang masih sama yakni lemahnya daya beli.
Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Seluruh Indonesia (AISI) yang diterima detikOto, Selasa (12/5/2015) menunjukkan, penjualan sepanjang Maret tahun ini mencapai 562.185 unit. Sedangkan pada April, penjualan sebanyak 538.744 unit.
“Kalau melihat realitas, penurunan penjualan sepanjang April lalu lebih parah dibanding bulan Maret. Apalagi jika dibanding April 2014. Penyebab utamanya daya beli yang masih lemah, atau bahkan bertambah melemah,” papar Ketua Bidang Komersial AISI, Sigit Kumala saat dihubungi di Jakarta, Selasa (12/5/2015).
Menurutnya, naiknya harga bahan kebutuhan pokok terutama beras telah memicu keengganan masyarakat untuk melirik dsepeda motor. Terlebih di daerah-daerah penghasil komoditas perkebunan, penurunan pembelian kendaraan roda dua itu sangat terasa.
Maklum, harga karet yang selama ini menjadi sumber pendapatan mereka harganya menurun. Bahkan sudah di bawah harga pasar. Begitu pun dengan sawit.
Sementara di sebagian wilayah lain, terutama Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, sepanjang April yang semestinya bulan panen, ternyata bergeser. Tanaman yang mereka harapkan belum bisa dipanen.
“Jadi dengan kondisi seperti itu, orang akan memilih memprioritaskan bahan kebutuhan pokok ketimbang motor,” kata dia.

Sumber: http://oto.detik.com/