AXA Tower Kuningan City

COMODITY

Sesuatu benda nyata yang relatif mudah di perdagangkan, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh Investor melalui bursa berjangka

PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 18 Kuningan Setia Budi, Jakarta 12940 Telp : (021)30056300, Fax : (021)30056200

Transaksi anda kami jamin aman dari virus, hacker atau gangguan sejenisnya. Karena trading platfoen kami telah terproteksi sangat baik

Tampilkan postingan dengan label Data Ekonomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Data Ekonomi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 15 Agustus 2017

Ekonomi RI Disebut Lesu, Bagaimana Penjualan Tiket Pesawat? | PT Rifan Financindo

Jakarta, Rifan Financindo - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2017 mencapai 5,01% atau sama dengan kuartal sebelumnya. Beberapa pihak pun ada yang pro dan juga ada yang kontra soal lesunya ekonomi Indonesia.

Terlepas dari perdebatan tersebut, penjualan tiket pesawat, khususnya maskapai pelat merah Garuda Indonesia mengalami pertumbuhan yang positif meskipun tipis.

"Kita kalau lihat di triwulan ke dua dan tiga bulan Juli sih cukup baik ya trennya. Kalau dibandingkan juga misalnya bulan Juli dibandingkan dengan bulan Juli tahun lalu peningkatan meski pun sedikit peningkatannya," ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury di sela Seminar dengan tema The Impact on the Digital Era on Business Strategy and Conducts di Pullman Hotel, Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (10/8/2017). 


Ditanya mengenai peningkatan penjualan tiket pesawat, Pahala enggan membeberkan lebih jauh. Namun baik Garuda Indonesia maupun anak usahanya, yaitu Citilink menunjukan penjualan tiket yang cukup positif dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Enggak bisa disampaikan karena kita belum publikasi laporan keuangan ya, tapi kalau kita lihat sampai sejauh ini baik itu di Garuda maupun itu di Citilink kelihatannya ada sedikit perbaikan meskipun enggak signifikan," ujar Pahala. 

Lebih jauh, Pahala menambahkan kenaikan penjualan tiket pesawat terjadi di kelas ekonomi. Pasalnya kursi kelas ekonomi memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan kursi kelas bisnis. Selain itu, pembelian tiket pesawat Garuda Indonesia untuk tujuan domestik dan internasional sama-sama mengalami pertumbuhan yang positif.

"Karena sebagian besar yang dijual itu adalah tiket kelas ekonomi tentunya di kelas ekonomi yang paling terasa," tutur Pahala.


Jumat, 04 Agustus 2017

Pengusaha Ritel Keluhkan Ekonomi Lesu | PT Rifan Financindo

Jakarta, Rifan Financindo - Beberapa pihak memandang ekonomi Indonesia sedang lesu. Hal itu terlihat dari beberapa roda sektor bisnis yang melambat, salah satunya sektor ritel.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Tutum Rahanta mengatakan memang saat ini industri ritel tanah air terasa melemah. Namun pelemahannya berbeda-beda dari masing-masing produk ritel.

"Produknya beda ya beda. Pemain makan minuman dan pakaian berbeda. Yang terasa paling besar di ritel pakaian berkisar 15%. Penurunannya itu year on year di puasa dan Lebaran kemarin," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Selasa (1/8/2017).

Tutum mengakui memang data-data makro ekonomi terlihat baik, seperti pertumbuhan ekonomi balik ke level 5% dan laju inflasi yang terjaga di kisaran 3%. Namun dia heran mengapa kondisi nyata di lapangan tidak terasa bagi pelaku industri ritel.

"Ini catatan penting bagi pemerintah. Data mereka sudah benar, tapi kita ingin menyampaikan, kenapa indikator makronya baik tapi kenapa ini enggak nyambung. Apa penyebabnya," imbuhnya.

Tutum menambahkan, ritel di sub sektor minimarket seharusnya yang paling merasakan daya beli masyarakat yang melemah. Sebab perusahaan minimarket bersentuhan langsung dengan masyarakat menengah ke bawah. Namun dirinya tidak memiliki data berapa penurunan penjualan di segmen minimarket.

"Yang berhubungan langsung dengan konsumen di bawah itu minimarket, seperti Indomaret dan Alfamart. Mereka yang merasakan langsung orang punya duit apa enggak," tambahnya.

Karena daya beli masyarakat yang dianggap yang menjadi penyebabnya, Tutum berharap pemerintah bisa mencarikan solusinya. Ada dua hal besar yang disarankannya, seperti menambah lapangan pekerjaan secara instan.

Kemudian menjaga harga komoditas yang menjadi bahan baku produk. Selain itu memberikan insentif serta menurunkan suku bunga agar produsen makanan dan minuman bisa menekan laju harga.

"Daya beli masyarakat itu dipengaruhi dari harga produknya. Jika produknya mahal lalu masyarakat uangnya sedikit ya daya belinya melemah. Kalau uang masyarakat sedikit tapi harga produk murah, daya beli tetap ada," tukasnya. 




Jumat, 03 Juni 2016

Dolar Australia Bergerak Datar Terkait Data Ekonomi Yang Bervariasi

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka- Pada 7:00 (AEST), Dolar Australia diperdagangkan pada US72.24 sen, tidak berubah dari kemarin.
BK Asset Management direktur strategi FX Kathy Lien mengatakan Aussie telah diperdagangkan dalam kisaran sempit karena pasar bereaksi terhadap variasi data domestik, yang dirilis kemarin.
Kepala strategi pasar Westpac Imre Speizer mengatakan suatu kejadian yang dapat menjadi risiko utama untuk Aussie hari ini adalah non-farm payrolls report AS untuk Mei “yang akan dikeluarkan nanti malam (AEST) - dan data sektor jasa China.
"Dolar Australia diperkirakan akan berkisar antara US72.00 sen dan US72.60 sen menjelang data payrolls AS malam ini," katanya.(mrv)


Sumber: http://www.rfbnews.com/

Rabu, 01 Juni 2016

Pound Jatuh terkait Kekhawatiran Brexit dan Data Ekonomi yang Lemah

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Pound jatuh untuk hari kedua terhadap dolar AS, memperpanjang penurunan terbesar dalam 10 minggu yang dipicu oleh jajak pendapat terbaru yang menunjukkan peningkatan dukungan bagi Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa pada hari Selasa.
Sterling melemah untuk hari ketiga terhadap euro seiring data ekonomi Inggris yang lemah dan kekhawatiran investor atas Brexit terus membebani mata uang negara beribukota London ini. Jajak pendapat YouGov terbaru dari Handelsblatt menunjukkan dukungan untuk kedua kubu masing-masing sebesar sekitar 40 persen, sehingga semakin sulit bagi pasar untuk bertaruh dengan yakni pada hasil akhir dari referendum 23 Juni nanti.
Rilis data hari ini dari Markit Economics 'Purchasing Managers Index menunjukkan bahwa manufaktur Inggris kembali tumbuh pada bulan Mei, meskipun dalam kecepatan yang masih lemah.
Jajak pendapat ICM yang dirilis Selasa oleh Guardian menunjukkan kubu 'Leave' memimpin poling, berbeda dengan jajak pendapat sebelumnya yang menunjukkan kubu pro-Uni Eropa lebih unggul.
Pound melemah 0,3 persen ke level $ 1,4446 pada pukul 10:39 waktu London, setelah meluncur 1,1 persen pada hari Selasa, yang tercatat sebagai penurunan terbesar sejak 22 Maret lalu. Mata uang negara berbentuk kerajaan ini turun 0,5 persen ke level 77,24 pence per euro, setelah terdepresiasi 1 persen sehari sebelumnya. Indeks  volatilitas satu bulan pound terhadap dolar naik menjadi 20 persen, yang merupakan posisi tertinggi sejak 2009.(Sdm)


Sumber: http://www.rfbnews.com/