AXA Tower Kuningan City

COMODITY

Sesuatu benda nyata yang relatif mudah di perdagangkan, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh Investor melalui bursa berjangka

PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 18 Kuningan Setia Budi, Jakarta 12940 Telp : (021)30056300, Fax : (021)30056200

Transaksi anda kami jamin aman dari virus, hacker atau gangguan sejenisnya. Karena trading platfoen kami telah terproteksi sangat baik

Tampilkan postingan dengan label minyak dunia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label minyak dunia. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Februari 2016

Seperti Minyak, Harga Batu Bara Juga Lesu

Seperti Minyak, Harga Batu Bara Juga Lesu
Jakarta -Sepanjang Januari 2015, harga batu bara masih terus turun, sama seperti harga minyak. Harga batu bara acuan (HBA) untuk penjualan langsung (spot) pada 1-31 Januari 2016 adalah US$ 53,2/ton. Turun US$ 0,31/ton atau 0,58% dibanding Desember 2015.

Harga tersebut adalah harga pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB vessel).

Bila dibandingkan dengan HBA bulan yang sama di Januari 2015 yang sebesar US$ 63,84/ton, maka HBA Januari 2016 turun signifikan sebesar US$ 10,64 atau turun 16,7%. Demikian data Kementerian ESDM, Senin (15/2/2016).

Nilai HBA adalah rata-rata dari 4 indeks harga batu bara yang umum digunakan dalam perdagangan batu bara yaitu: Indonesia Coal Index, Platts Index, New Castle Export Index, dan New Castle Global Coal Index.

HBA menjadi acuan harga batu bara pada kesetaraan nilai kalor batu bara 6.322 kkal/kg Gross As Received (GAR), kandungan air (total moisture) 8%, kandungan sulphur 0,8% as received (ar), dan kandungan abu (ash) 15% ar.

Berdasarkan HBA selanjutnya dihitung Harga Patokan Batu Bara (HPB) yang dipengaruhi kualitas batu bara yaitu: nilai kalor batu bara, kandungan air, kandungan sulphur, dan kandungan abu sesuai dengan merek dagang batubara yang disebut HPB Maker.

HPBMaker terdiri dari 8 merek dagang batu bara yang sudah umum dikenal dan diperdagangkan.HPBMarker Januari 2016 untuk 8 merek dagang utama dalam US$/Ton adalah sebagai berikut :
  • Gunung Bayan I: 56,82 (turun 0,6% dibandingkan HPB Desember 2015)
  • Prima Coal: 58,73 (turun 0,5% dibandingkan HPB Desember 2015)
  • Pinang 6150: 53,09 (turun 0,5% dibandingkan HPB Desember 2015)
  • Indominco IM_East: 43,77 (turun 0,6% dibandingkan HPB Desember 2015)
  • Melawan Coal: 43,88 (turun 0,5% dibandingkan HPB Desember 2015)
  • Enviro Coal: 42,16 (turun 0,5% dibandingkan HPB Desember 2015)
  • Jorong J-1: 33,91 (turun 0,5% dibandingkan HPB Desember 2015)
  • Ecocoal: 31,27 (turun 0,4% dibandingkan HPB Desember 2015)
Selain 8 merek dagang batu bara ini, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM setiap bulan menetapkan HPB untuk merek dagang batu bara lainnya antara lain: Trubaindo HCV_HS, Arutmin Senakin, TSA Coal, Mahoni B, dan IBP 4400. Daftar 67 HPB merek dagang batu bara lainnya secara lengkap dapat dilihat www.minerba.esdm.go.id.

Dalam hal penjualan batu bara dilakukan secara jangka tertentu (term) yaitu: penjualan batu bara untuk jangka waktu 12 bulan atau lebih maka harga batu bara mengacu pada rata-rata 3 Harga Patokan Batu Bara terakhir pada bulan di mana dilakukan kesepakatan harga batu bara dengan faktor pengali yaitu: faktor pengali 50% untuk Harga Patokan Batu Bara bulan terakhir, faktor pengali 30% untuk Harga Patokan Batu Bara satu bulan sebelumnya, dan faktor pengali 20% untuk Harga Patokan Batu Bara dua bulan sebelumnya.


Sumber: http://finance.detik.com/

Selasa, 12 Mei 2015

Pasokan Minyak AS Meningkat, Harga Minyak Turun

1450467shutterstock-92642941780x390
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak dunia turun karena kekhawatiran tentang kelebihan pasokan kembali ke permukaan setelah data AS menunjukkan pengeboran minyak meningkat di beberapa daerah.
Seperti dilansir AFP, Selasa (12/5/2015), patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni turun 14 sen menjadi berakhir pada 59,25 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni, turun 48 sen menjadi 64,91 dolar AS per barel di perdagangan London.
Commerzbank mengatakan melonjaknya harga minyak telah "terasa melambat" tren perusahaan-perusahaan minyak memotong kembali pada rig mereka karena kelebihan pasokan.
Hitungan rig minyak AS turun hanya 11 rig pada pekan lalu, penurunan terkecil sejak awal April, dan terjadi ketika beberapa cekungan minyak penting mengalami kenaikan pertama dalam jumlah rig mingguan sepanjang tahun ini, kata bank dalam sebuah catatan.
"Oleh karena itu patut dipertanyakan apakah saat ini tingkat harga minyak bisa dipertahankan," kata Commerzbank.
"Setelah semua, dengan taruhan bahwa produksi minyak AS akan jatuh, banyak spekulan memainkan peranan utama dalam mendorong harga minyak naik 50 persen dalam empat bulan lalu."
Tim Evans, analis di Citi Futures, mengatakan pasokan minyak mentah yang tinggi diimbangi berita tambahan stimulus moneter Tiongkok dan keputusan oleh raja Saudi untuk melewatkan pertemuan puncak dengan Presiden Barack Obama pekan ini.
Raja Salman dari Saudi menolak undangan untuk menghadiri pertemuan puncak yang diselenggarakan Presiden Barack Obama, di tengah kecemasan terkait negosiasi nuklir AS-Iran.
Obama telah mengundang enam raja, emir dan sultan Teluk ke tempat peristirahatan kepresidenan di Camp David, dalam upaya untuk meningkatkan kepercayaan yang sedang goyah saat Washington melakukan negosiasi dengan Teheran.
Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir, mengatakan Salman akan absen dari pertemuan itu "karena waktu pertemuan tersebut, jadwal gencatan senjata kemanusiaan di Yaman dan pembukaan Pusat Bantuan Kemanusian Raja Salman".
"Namun demikian, dalam hal gambaran fundamental yang lebih besar, kami terus melihat pasokan melampaui permintaan, dengan hasil peningkatan persediaan mempertahankan tekanan mendasar turun pada harga," kata Evans.

Sumber: http://economy.okezone.com/

Rabu, 18 Maret 2015

Kembali Turun, Harga Minyak Sentuh Level Terendah 6 Tahun Lagi

1450004shutterstock-92815276780x390
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak dunia turun pada Selasa (17/3/2015) waktu setempat (Rabu pagi WIB), karena para pedagang memperkirakan laporan stok utama AS akan menunjukkan peningkatan lagi ke rekor tertinggi baru.
 
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, turun 42 sen, menjadi ditutup pada 43,46 dollar AS per barel, tingkat terendah dalam enam tahun terakhir.
 
Patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei, turun 43 sen menjadi menetap di 53,51 dollar AS per barel di perdagangan London.
 
Pada pagi hari, WTI telah jatuh ke serendah 42,63 dollar AS, karena para pedagang bersiap untuk laporan persediaan minyak dari Departemen Energi AS pada Rabu.
 
Laporan ini diperkirakan menunjukkan stok minyak mentah AS meningkat 3,3 juta barel menjadi 452,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 13 Maret, menurut survei Bloomberg News. 
 
Persediaan AS telah meningkat selama sembilan minggu, mencapai rekor setelah rekor karena produksi minyak AS terus meningkat, menguji batas kapasitas penyimpanan.
 
"Meningkatnya kekhawatiran bahwa stok minyak mentah AS akan menambah tumpukannya pekan ini mendorong harga lebih rendah," kata analis Sucden Kash Kamal.
 
Harga minyak dunia telah jatuh sekitar 60 persen sejak Juni tahun lalu, akibat meningkatnya produksi AS dan pertumbuhan ekonomi global yang lemah.
 
"Harga minyak tetap dalam penurunan panjang yang dimulai musim panas lalu, dengan OPEC beralih ke kebijakan yang lebih kompetitif sebagai penggerak fundamental utama," kata Tim Evans dari Citi Futures.

Sementara Phil Flynn, dari Price Futures Group,  menyebutkan pasar minyak, seperti pasar ekuitas dan valuta asing, sedang menunggu hasil dari pertemuan dua hari Federal Reserve pada Rabu untuk petunjuk tentang seberapa cepat bank sentral akan menaikkan suku bunga.
 
"The Fed telah membuat minyak naik dengan QE 1 dan QE 2 serta QE 3," kata Flynn dalam catatan penelitiannya, mengacu pada tiga putaran stimulus pelonggaran kuantitatif.
 
"Sekarang Fed sedang membantu itu turun karena ancaman akan menaikkan suku bunga, sementara bank sentral dunia lainnya ke arah lain," sebutnya.
 
Tetapi, ia memperingatkan ada peluang untuk lonjakan permintaan yang bisa mengejar pasar secara mengejutkan.


Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/

Rabu, 25 Februari 2015

Harga Minyak Dunia Kembali Turun

Ilustrasi+Minyak+Turun


Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak dunia turun pada Selasa (24/2/2015) waktus setempat (Rabu pagi WIB), karena para pedagang memperkirakan laporan utama akan menunjukkan peningkatan pada persediaan minyak mentah AS yang sudah berada pada tingkat rekor, sehingga memperburuk kelebihan pasokan global.


Kontrak acuan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 17 sen, menjadi ditutup pada 49,28 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange.



Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan April, kontrak acuan global, ditutup pada 58,66 dollar AS per barel, turun 24 sen dari tingkat penutupan Senin.



Kedua kontrak berjangka telah turun tajam pada Senin dan Jumat karena para pedagang khawatir tentang melimpahnya pasokan global di tengah pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, dengan tidak ada tanda-tanda pelambatan dalam kenaikkan stok minyak mentah di Amerika Serikat.



Pada Rabu, Departemen Energi AS (DoE) akan menerbitkan laporan mingguan AS tentang stok minyak mentah dan produk-produknya.



"Kami mungkin akan memiliki tumpukan lain dalam persediaan AS yang akan menempatkan tekanan turun pada harga," kata James Williams dari WTRG Economics.



Para ahli yang disurvei oleh Bloomberg News, menyatakan persediaan proyek telah meningkat 3,75 juta barel pada pekan lalu, dari total 425,6 juta barel minggu sebelumnya.



Secara global, pasokan minyak mentah meningkat karena ladang minyak di Libya timur memulai kembali pemompaan ke pelabuhan Hariga setelah jaringan pipanya diperbaiki.



"Kembalinya sebagian pasokan dari Libya membebani harga Brent meskipun keberlanjutannya tak pasti," kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan kepada klien.



Harga minyak mentah telah jatuh lebih dari 50 persen sejak Juni. Harga telah meningkat dari posisi terendah Januari menyusul pelambatan dalam kegiatan pengeboran AS, tetapi para analis mengatakan volatilitas kemungkinan akan berlanjut untuk beberapa waktu.



"Sangat jelas mulai sekarang bahwa pengeboran minyak di AS akan melambat, pertumbuhan produksi global diperkirakan akan lebih rendah, dan permintaan, setidaknya di AS, bereaksi secara positif terhadap harga yang lebih rendah," kata bank Inggris Barclays dalam sebuah laporan.



"Singkatnya, pasar diperkirakan akan tetap kelebihan pasokan untuk sebagian besar tahun 2015, tetapi harapan di luar itu adalah fundamental yang lebih seimbang," tambahnya.


Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/

Kamis, 08 Januari 2015

Harga Minyak Akhirnya Naik Meski Masih di Bawah 50 Dollar AS

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak mentah dunia "rebound" atau berbalik naik pada Rabu (7/1/2015) waktu setempat (Kamis pagi WIB), karena para pedagang mulai membeli setelah penurunan tajam baru-baru ini.

Minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Februari naik 0,72 dollar AS menjadi menetap di 48,65 dlolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari naik lima sen menjadi ditutup pada 51,15 dollar AS per barel.

Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan pada Rabu bahwa stok minyak mentah AS turun 3,1 juta barel menjadi 382,4 juta barel pada pekan yang berakhir 2 Januari. Penurunan tak terduga ini mendukung harga minyak.

Produksi minyak mentah AS naik 11.000 barel per hari menjadi 9,13 juta barel pada pekan lalu, terbesa dalam data mingguan yang dimulai pada Januari 1983.

Harga minyak anjlok sekitar 10 persen dalam tiga hari perdagangan 2015, karena pasar memperkirakan pasokan global melampaui permintaan.

Tidak ada tanda-tanda bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan memangkas produksi mereka untuk menangani kemerosotan harga.

Juru bicara Kementerian Perminyakan Irak Asim Jihad, Minggu, mengatakan negaranya berencana untuk meningkatkan ekspor minyak mentah menjadi 3,3 juta barel per hari bulan ini. Negara itu mengekspor 2,94 juta barel per hari pada Desember, terbesar sejak tahun 1980-an.

Produksi OPEC turun sebesar 122.000 barel per hari dari November menjadi 30,24 juta barel pada bulan lalu, menurut  survei Bloomberg.

Harga minyak mentah telah jatuh lebih dari 50 persen dari puncak pada Juni 2014.


Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/

Rabu, 31 Desember 2014

Pemerintahan Jokowi Tentukan Harga Baru Bensin Premium Hari Ini


Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) tak lama lagi akan mengumumkan kebijakan baru terkait subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Pengumuman akan dilakukan hari ini.
"Besok (Rabu) ya. Jam 9 pagi di kantor saya," kata Sofyan saat ditemui di Istana Negara kemarin.
Menurut Sofyan, tidak menutup kemungkinan adanya penurunan harga BBM bersubsidi yang baru dinaikkan pada 18 November lalu. Penurunan harga BBM merespons harga minyak dunia yang masih dalam tren melemah.
"Sesuai dengan perkembangan harga minyak dunia, tentu ada juga penyesuaian supaya pemerintah fair terhadap masyarakat. Sebab kalau harga naik, kita juga meminta masyarakat berkorban lebih banyak. Dengan harga minyak dunia ini, tentu (harga BBM) akan disesuaikan," ungkap Sofyan.
Akhir pekan lalu Menteri ESDM Sudirman Said memberi bocoran bahwa bisa jadi subsidi terhadap bensin premium dicabut sehingga akan mengikuti harga keekonomian yang sekarang ini sudah rendah.
Ada opsi juga pemerintah memberi subsidi bensin pertamax dengan Ron 92 yang sekarang harganya sudah cukup rendah juga.


Sumber : http://finance.detik.com/

Selasa, 30 Desember 2014

Minyak Mendekati Level Terendah 5 Tahun


Rifan Financindo Berjangka, Minyak diperdagangkan mendekati level terendah dalam lebih dari lima tahun terhadap spekulasi bahwa anggota OPEC akan menahan diri dari berjuang memotong output untuk pasar saham dengan produsen asal AS di tengah berlimpahnya persediaan global.
West Texas Intermediate berjangka sedikit berubah di New York setelah turun 2,1% kemarin. Persediaan minyak di AS, konsumen terbesar di dunia, diproyeksikan untuk tetap tidak berubah pada level tertinggi dalam lebih dari enam bulan, menurut survei Bloomberg terhadap analis sebelum rilis data pemerintah besok. Dolar bertahan di dekat level tertinggi dua tahun terhadap euro, meredam daya tarik dari investasi komoditas.
Minyak mentah untuk pengiriman Februari naik 1 sen ke level $ 53,62 per barel di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange pada pukul 08:23 pagi di Singapura. Kontrak kehilangan $ 1,12 hingga $ 53,61 kemarin, penutupan terendah sejak Mei 2009. Volume semua kontrak berjangka yang diperdagangkan adalah sekitar 80% di bawah rata-rata 100-hari. Minyak mentah acuan AS diperdagangkan dengan diskon sebesar $ 4,24 untuk minyak Brent.
Brent untuk pengiriman Februari turun $ 1,57, atau 2,6%, ke $ 57,88 per barel di bursa ICE Futures Europe exchange kemarin. Minyak mentah acuan Eropa mengakhiri sesi dengan premi sebesar $ 4,27 terhadap WTI.


Sumber : Bloomberg

Jumat, 12 Desember 2014

Pertama Kali Sejak Juli 2009, Harga Minyak Jatuh di Bawah 60 Dollar AS


NEW YORK, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak AS jatuh di bawah 60 dollar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Juli 2009 pada perdagangan Kamis (11/12/2014) waktu setempat (Jumat pagi WIB). Harga emas hitam ini melorot 44 persen sejak Juni 2014 lalu.
Harga minyak sempat bertahan untuk hampir sepanjang perdagangan sebelum merosot lebih dari satu dollar AS dalam dua jam akhir perdagangan di New York Mercantile Exchange.
Pada penutupan, patokan AS minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, telah kehilangan 99 sen dari Rabu menjadi 59,95 dollar AS per barel.
Di London, minyak mentah Brent untuk Januari mengikuti pola yang sama, berakhir turun 56 sen menjadi 63,68 dollar AS per barel.
"Di bawah 60 dolar AS, kami melewati garis lain di sini," kata James Williams, analis energi di WTRG Economics menanggapi harga WTI.
Dia mengatakan bahwa laporan stok minyak AS pada Rabu, dengan kenaikan dalam tingkat penyimpanan minyak mentah dan produk olahan, hanya menambah tekanan jual pada pasar global yang kelebihan pasokan.
"Ada banyak pasokan, lebih dari banyak. Kilang-kilang sedang berjalan dengan produksi penuh, produksi meningkat, dan masih terjadi peningkatan dalam minyak mentah," " kata dia.
"Dapat dibayangkan, kita bisa melihat minyak mentah akan di bawah 50 dollar AS untuk periode waktu singkat," ucap dia.
"Pasar minyak mungkin oversold dari perspektif teknis, tetapi terus kekurangan dukungan fundamental untuk pembalikan berarti bagi kenaikan," kata Tim Evans dari Citi Futures.
Harga minyak AS juga jatuh setelah Kuwait memangkas harga jual minyak mentah untuk pelanggannya di Asia.
Kuwait, produsen terbesar ketiga OPEC, menurunkan harga minyak mentah Januari untuk pelanggan Asia pada Rabu, menjadi anggota OPEC ketiga yang menawarkan diskon setelah Arab Saudi dan Irak.
Para pedagang berpendapat persaingan harga dari produsen minyak mentah akan menyeret harga yang lebih rendah.
Selain itu, menteri minyak Arab mempertanyakan kebutuhan untuk memangkas produksi. "Mengapa saya harus memotong produksi?" Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali Al-Naimi mengatakan kepada wartawan, Rabu. "Ini adalah pasar dan saya jual di pasar. Mengapa saya harus memotong?" Dia mengatakan pasar akan mengoreksi dengan sendirinya.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi sepertiga dari minyak mentah dunia, mempertahankan pagu produksi kolektif 30 juta barel per hari pada pertemuan di Viena, 27 November 2014 lalu.
Kartel itu menyatakan, dalam laporan bulanan pada Rabu bahwa pada 2015, pasokan minyak non-OPEC diperkirakan akan meningkat sebesar 1,36 juta barel per hari menjadi rata-rata 57,31 juta barel per hari.
Badan Informasi Energi AS (EIA), melaporkan, produksi minyak mentah AS mencapai 9,12 juta barel per hari untuk pekan yang berakhir 5 Desember.
EIA pada Selasa memangkas proyeksi harga minyak mentah sebesar 15 dollar AS dalam menanggapi keputusan OPEC dan meningkatnya produksi AS. EIA memperkirakan bahwa minyak mentah AS dan Brent masing-masing akan mencapai rata-rata 62,75 dollar AS dan 68,08 dollar AS pada 2015.


Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/

Selasa, 09 Desember 2014

Sentuh 63 Dollar AS, Harga Minyak Mentah Jatuh ke Terendah 5 Tahun


NEW YORK, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak dunia anjlok lebih dari empat persen pada Senin (8/12/2014) waktu setempat (Selasa pagi WIB) ke posisi terendah baru dalam lima tahun terakhir, di tengah meningkatnya kekhawatiran kelebihan pasokan karena pertumbuhan ekonomi global melambat.
Kontrak berjangka utama AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, merosot 2,79 dollar AS menjadi 63,05 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Posisi ini  merupakan harga penutupan terendah sejak akhir Juli 2009.
Sementara patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari ditutup pada 66,19 dollar AS per barel di perdagangan London, yang merupakan penutupan terendah sejak September 2009, atau berkurang 2,88 dollar AS.
"Pasar minyak global memperpanjang tren penurunan harga mereka karena meluasnya pengakuan bahwa tidak akan ada penyesuaian kembali dengan cepat dari pasar fisik," kata Tim Evans dari Citi Futures.
Harga minyak telah turun drastis dari posisi tertingginya 2014 pada Juni karena perlambatan pertumbuhan di Tiongkok dan negara-negara berkembang, resesi di Jepang dan hampir terhentinya pertumbuhan ekonomi di zona euro. Keputusan OPEC baru-baru ini untuk mempertahankan produksi ikut membebani pasar.
Pada Senin, para pedagang tertekan data ekonomi dari Tiongkok (konsumen energi terbesar di dunia dan ekonomi terbesar kedua) serta Jepang, yang mengecewakan.
Pertumbuhan ekspor Tiongkok melambat tajam pada November dan impor secara mengejutkan mengalami kontraksi
"Data ekspor yang lemah memperkuat ekspektasi pasar untuk pelonggaran kebijakan oleh Beijing," kata analis Central China Securities Zhang Gang.
Resesi Jepang yang lebih dalam dari perkiraan sebelumnya, karena pemerintah merevisi kontraksi kuartal ketiga menjadi 0,5 persen dari 0,4 persen.
Analis Commerzbank dalam sebuah catatan pasar menyebutkan kelebihan pasokan minyak yang besar sulit dapat terserap dalam kuartal pertama dan kedua tahun depan.
Bank investasi Morgan Stanley, dalam sebuah catatan penelitian tentang prospek minyak mentahnya memproyeksikan bahwa situasi kelebihan pasokan pasar akan mencapai puncaknya pada kuartal kedua 2015 jika OPEC tidak melakukan intervensi untuk mengencangkan produksinya.
Morgan Stanley memprediksi harga emas hitam tersebut masih akan jatuh hingga paruh pertama tahun depan.


Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/

Kamis, 04 Desember 2014

WTI Dekati Level $ 68 Ditengah Persediaan Minyak AS Melemah


Rifan Financindo Berjangka, West Texas Intermediate diperdagangkan mendekati level $ 68 per barel karena investor mengkaji penurunan tak terduga dalam persediaan minyak mentah terhadap prospek pasokan minyak yang berkelanjutan dari OPEC.
Kontrak berjangka mencatatkan kenaikan sebesar 0,6 % di New York. Stok minyak mentah turun sebesar 3.690.000 barel pekan lalu, menurut Administrasi Informasi Energi. Minyak diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,75 juta. Sementara Irak, sebagai anggota terbesar kedua di OPEC, menandatangani kesepakatan dengan Pemerintah Daerah Kurdi yang dapat meningkatkan pasokan minyak dunia sekitar 300.000 barel per hari setelah kelompok tersebut memutuskan untuk mempertahankan tingkat produksinya pekan lalu.
Minyak melemah sebesar 18 % bulan lalu karena OPEC memilih untuk membiarkan harga tetap berada di level rendah sehingga memaksa perlambatan ke tingkat tertinggi terhadap output AS lebih dari tiga dekade terakhir. Sementara Menteri Perminyakan Kuwait mengatakan kelompok tersebut bertindak untuk melestarikan pangsa pasar di tengah banjir pasokan minyak global setelah menolak panggilan dari anggota OPEC termasuk Venezuela untuk mengurangi kuotanya pada pertemuan 27 November lalu di Wina.
WTI untuk pengiriman Januari naik sebesar 40 sen ke level $ 67,78 per barel pada perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange, sehingga berada di level $ 67,72 pukul 11:19 pagi di Sydney. Sementara itu kontrak tersebut mencatatkan kenaikan 50 sen, atau 0,8 %, ke level $ 67,38 per barel kemarin. Harga WTI telah turun sebesar 31 % tahun ini.
Brent untuk pengiriman Januari turun 62 sen, atau 0,9 %, ke level $ 69,92 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London kemarin, sehingga merupakan penutupan terendah sejak Mei 2010 lalu. Acuan minyak mentah patokan Eropa mengakhiri sesi lebih tinggi sebesar $ 2,54 dibandingkan WTI.


Sumber: Bloomberg

Selasa, 11 November 2014

Harga Minyak Dunia Kembali Turun

NEW YORK, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak dunia jatuh pada Senin (10/11/2014) waktu setempat (Selasa pagi WIB) setelah Kuwait mengesampingkan prospek penurunan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam menghadapi melimpahnya pasokan global.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Desember, turun 1,25, atau 1,6 persen, menjadi ditutup pada 77,40 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember ditutup di London pada 82,34 dollar AS per barel -- harga terendah sejak Oktober 2010 -- turun 1,05 dollar AS AS dari penutupan Jumat (7/11/2014).
"Pasar minyak terseret lebih rendah oleh komentar Kuwait yang menyatakan bahwa OPEC akan mengalami kesulitan untuk mencapai kesepakatan mengenai pemangkasan produksi," kata Michael Lynch dari Strategic Energy and Economic Research.
Menteri Perminyakan Kuwait Ali al-Omair mengatakan, OPEC tak mungkin memangkas produksi minyak mentah ketika mereka bertemu di Wina pada 27 November di tengah harapan pasar akan menyerap kelebihan persediaan.
"Saya tidak berharap OPEC akan memangkas produksinya. Keputusan seperti ini akan sangat sulit," kata Omair di Abu Dhabi, seperti dikutip oleh kantor berita KUNA.
Omair, yang sedang menghadiri sebuah konferensi minyak di ibukota Uni Emirat Arab (UAE), menyatakan berharap bahwa pasar minyak akan segera menyerap surplus produksi, menambahkan bahwa ukuran "surplus tidak diketahui".
KUNA mengutip Sekjen OPEC Abdullah el-Badri mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk panik di pasar sebagai akibat dari penurunan tajam dalam harga minyak karena situasi akan membaik.
Tampilan ketidakkompakan atau perpecahan di antara anggota OPEC, diperlihatkan oleh Venezuela dan Ekuador pekan lalu yang secara terbuka menyatakan dukungan bersama mereka untuk penurunan produksi.
Organisasi yang memproduksi sekitar sepertiga dari minyak mentah global, saat ini hanya memproduksi di bawah 31 juta barel per hari, sekitar satu juta barel lebih tinggi daripada pagu produksinya.


Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/

Jumat, 07 November 2014

Harga Minyak Kembali Turun ke Kisaran 77 Dollar AS


NEW YORK, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak dunia turun pada Kamis (6/11/2014) waktu setempat (Jumat pagi WIB), setelah Organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak mentah global.
Acuan kontrak berjangka AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Desember, ditutup turun 77 sen menjadi 77,91 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember turun sembilan sen menjadi 82,86 dollar AS per barel di perdagangan London.
OPEC, yang merupakan pemasok sepertiga minyak mentah dunia, memperkirakan dalam prospek tahunan global-nya bahwa permintaan dunia untuk minyak mentah OPEC akan turun dari di atas 30 juta barel per hari pada 2013 menjadi 28,2 juta barel per hari pada 2017, sebelum mulai naik kembali pada 2018.
OPEC menggarisbawahi bahwa Amerika Serikat dan Kanada adalah pendorong utama pertumbuhan produksi non-OPEC. Sebagian dari produksi minyak kedua negara itu berasal dari produksi minyak serpih.
Carl Larry, direktur minyak dan gas di Frost & Sullivan, menyebutkan, laporan OPEC terbaru itu menunjukkan ada lebih banyak perhatian tentang apa yang terjadi di AS.
Sementara itu, dollar menguat terhadap euro setelah Ketua Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi mengatakan pihaknya menyiapkan langkah-langkah stimulus moneter lebih lanjut jika diperlukan untuk melawan ancaman deflasi di 18 negara zona euro yang sakit.
"Minyak mentah (diperdagangkan) lebih rendah karena kombinasi pembicaraan Draghi, kenaikan dollar dan OPEC memotong proyeksinya untuk jumlah minyak mentahnya akibat kenaikan produksi minyak serpih," kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.
Dollar AS yang semakin kuat membuat komoditas yang dihargakan dalam dollar AS lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang yang lebih lemah, sehingga cenderung memukul permintaan dan harga.
Hansen menunjukkan bahwa perkiraan produksi OPEC 2017 sebesar 28,2 juta barel per hari akan menjadi yang terendah dalam 14-tahun.


Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/

Kamis, 16 Oktober 2014

Harga Minyak Dunia Tenggelam ke Level Terendah Sejak Juni 2012


NEW YORK, Rifan Axa Tower - Harga minyak dunia turun lagi pada Rabu (15/10/2014) waktu setempat (Kamis pagi WIB), karena meningkatnya kekhawatiran bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi akan menekan permintaan minyak dan selanjutnya membuat persediaan pasar kian berlimpah.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, turun enam sen menjadi 81,78 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, harga penutupan terendah sejak akhir Juni 2012.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman November turun 1,22 dollar AS menjadi menetap di 83,78 dollar AS per barel di perdagangan London.
Penurunan ini tidak terlalu besar dibandingkan dengan aksi jual pada Selasa (14/10/20140, ketika minyak WTI turun hampir lima persen setelah Badan Energi Internasional (IEA) memangkas proyeksinya untuk permintaan minyak global.
"Tetapi kerugian yang berlanjut menunjukkan sentimen paling tidak dikatakan masih bearish," kata Andy Lebow, wakil presiden senior derivatif energi pada Jefferies Bache.
Lebow mengatakan, tidak ada berita spesifik minyak bumi utama pada Rabu, tetapi pasar minyak mengambil isyarat dari pasar ekuitas, yang mengalami kerugian mendalam di tengah kekhawatiran tentang pertumbuhan global.
Harga minyak AS telah turun sekitar 24 persen sejak pertengahan Juni. Dalam beberapa hari terakhir, pasar minyak turun lebih lanjut karena prospek pertumbuhan Eropa dan Tiongkok suram dan Arab Saudi serta lain-lainnya di OPEC telah mengisyaratkan bahwa mereka akan mempertahankan produksi yang tinggi terlepas dari mundurnya harga.
"Pasar masih fokus pada prospek anggota kartel OPEC mengejar pangsa pasar dengan diskon, pada saat pasar mengharapkan mereka untuk mengendalikan produksi guna mendukung harga sebagai gantinya," kata Matt Smith, analis di Schneider Electric.
Harga minyak mentah memperpanjang kerugiannya di tengah data ekonomi yang negatif di seluruh dunia, setelah melihat penurunan harian terbesar dalam dua tahun.


Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/

Rabu, 15 Oktober 2014

Kembali Rontok, Harga Minyak Dunia Melorot Dekati 80 Dollar AS


JAKARTA, Rifan Financindo - Harga minyak mentah AS anjlok hampir lima persen pada Selasa (14/10/2014) waktu setempat, (Rabu pagi WIB), karena Badan Energi Internasional (IEA) memangkas perkiraan permintaan minyaknya mengingat perlambatan pertumbuhan ekonomi di Asia dan Eropa.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November jatuh 3,90 dollar AS menjadi ditutup pada 81,84 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange, sebuah penurunan sebesar 4,5 persen.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman November anjlok 3,85 dollar AS atau 4,3 persen, menjadi menetap di 85,04 dollar AS per barel, tingkat terendah sejak November 2010.
Sejak pertengahan Juni, WTI telah jatuh 24 persen dan Brent telah turun 27 persen.
IEA mengumumkan dalam laporan pasar Oktober pada Selasa bahwa mereka telah memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global untuk ketiga bulan berturut-turut.
Untuk tahun ini, mereka memperkirakan permintaan meningkat dengan hanya 700.000 barel per hari menjadi 92,4 juta barel per hari (mbpd), yang 200.000 barel per hari kurang dari perkiraan pertumbuhan sebelumnya.
Untuk 2015, lembaga memangkas estimasi permintaan global dari 93,8 juta barel per hari menjadi 93,5 juta barel per hari.
IEA juga menyebutkan "berlimpahnya" volume minyak mentah yang tersedia sebagai penyeret harga minyak turun, mengatakan September bisa berubah menjadi "permukaan air pasang" untuk pasokan.
Para pedagang minyak juga mendapat pengingat segar dari ekonomi Jerman yang kesulitan karena kementerian ekonomi Jerman mengungkapkan bahwa sekarang memperkirakan pertumbuhan ekonomi 1,2 persen pada 2014 dan 1,3 persen pada 2015, bukan perkiraan sebelumnya masing-masing 1,8 persen dan 2,0 persen.
Para analis juga mengaitkan kemerosotan minyak terhadap meningkatnya persaingan di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang anggotanya cenderung untuk berjuang bagi pangsa pasar daripada untuk mengurangi produksi.
"Minyak mentah terpukul keras karena pasar kemungkinan terdapat paradigma baru di pasar minyak dunia mengenai OPEC dikombinasi dengan laporan bulanan minyak yang lemah dari IEA dan pemangkasan prospek ekonomi oleh Jerman," kata Matt Smith, analis di Schneider Electric.


Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/

Selasa, 14 Oktober 2014

Kembali Turun, Harga Minyak Dunia Jatuh ke Level Terendah Empat Tahun


NEW YORK, Rifan Financindo - Harga minyak turun lagi pada Senin (13/10/2014) waktu setempat (Selasa pagi WIB), dengan Brent mencapai terendah empat tahun. Penurunan ini  di tengah meningkatnya kekhawatiran kelebihan pasokan setelah OPEC mengindikasikan bahwa para produsen tidak berniat untuk memangkas produksi.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, turun delapan sen, menjadi ditutup pada 85,74 dollar AS per barel, harga terendah sejak Desember 2012.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, patokan internasional, turun 1,32 dollar AS menjadi ditutup pada 88,89 dollar AS per barel di perdagangan London, tingkat terendah sejak akhir 2010.
Pasar mengambil situasi bearish (tren melemah) setelah komentar-komentar terakhir dari beberapa anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menunjukkan kepuasan dengan situasi kelebihan pasokan, kata Matt Smith dari Schneider Electric.
Anggota terkemuka OPEC, Arab Saudi, menunjukkan bahwa pihaknya merasa nyaman dengan harga sekitar 90 dollar AS.  Negeri padang pasir ini lebih memperhatikan pangsa pasar daripada harga.
Sementara itu, Irak menjadi anggota OPEC terbaru yang menurunkan harga jual,  setelah langkah serupa dilakukan oleh Arab Saudi dan Iran.
"OPEC tetap memberikan tidak ada indikasi bahwa pihaknya mungkin mengambil langkah-langkah untuk menopang harga," kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan penelitian.
"Irak sekarang menjadi anggota OPEC utama ketiga yang secara signifikan menurunkan harga jualnya dibandingkan dengan harga patokan internasional," tambah mereka.
Namun, Menteri Perminyakan Kuwait Ali al-Omair pada Minggu (12/10) mengatakan bahwa ia memperkirakan penurunan harga untuk memulihkan selama musim dingin di belahan bumi utara,tetapi OPEC tak mungkin untuk melawan penurunan harga dalam jangka pendek.
"Kami berharap (harga minyak) meningkat di musim dingin atau setidaknya mempertahankan tingkat saat ini," kata Omair, dikutip oleh kantor berita resmi KUNA.
Ia optimistis emas hitam ini tidak akan turun di bawah 76-77 dollar AS per barel, yang merupakan biaya produksi di Rusia dan Amerika Serikat.
Penurunan ini diperkirakan karena faktor geopolitik, kenaikan persediaan dan perkiraan negatif untuk pertumbuhan ekonomi global, menurut Omair.
Dia mengatakan, Kuwait belum menerima undangan untuk pertemuan keadaan darurat OPEC guna membahas harga tetapi akan hadir jika itu dijadwalkan.
Sementara Venezuela pada Jumat (10/10/2014) lalu, mengatakan, akan meminta pertemuan OPEC luar biasa tersebut.
"Kami akan meminta pertemuan OPEC yang luar biasa," kata Menteri Luar Negeri Rafael Ramirez, yang juga mantan menteri minyak negara itu dan mantan kepala perusahaan minyak milik negara PDVSA.
"Kami perlu mencoba untuk mengkoordinasikan semacam tindakan untuk menghentikan jatuhnya harga minyak," tambah dia.


Sumber : http://rfn-financindo.com/