AXA Tower Kuningan City

COMODITY

Sesuatu benda nyata yang relatif mudah di perdagangkan, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh Investor melalui bursa berjangka

PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 18 Kuningan Setia Budi, Jakarta 12940 Telp : (021)30056300, Fax : (021)30056200

Transaksi anda kami jamin aman dari virus, hacker atau gangguan sejenisnya. Karena trading platfoen kami telah terproteksi sangat baik

Tampilkan postingan dengan label Medical. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Medical. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 Maret 2017

Rasa Gatal Bisa Menular Karena Pengaruh Otak | PT Rifan Financindo


Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Tahukah Anda bahwa rasa gatal bisa menular pada seseorang bukan cuma karena ada penyakit saja tapi bisa karena pengaruh otak? Ketika orang lain menggaruk-garuk gatal, maka mereka yang menyaksikan bisa ikut merasa gatal karena otaknya sudah terprogram seperti itu.

Para peneliti dari Universitas Washington di St Louis dan Universitas Fourth Military Medical menyebut reaksi gatal yang menular tersebut sama seperti mengapa orang jadi ikut menguap saat melihat orang lain menguap.

Dipublikasi dalam jurnal Science, tes pada tikus menunjukkan ada bagian di dalam otak bernama suprachiasmatic nucleus (SCN) yang ketika melihat individu lain gatal melepaskan senyawa kimia bernama gastrin-releasing peptide (GRP). GRP sendiri diketahui merupakan sinyal penting pemicu rasa gatal antara kulit dan susunan saraf pusat.

Salah satu peneliti Dr Zhou-Feng Chen mengatakan hal tersebut terjadi kemungkinan karena sudah insting. Naluri yang sudah dimiliki suatu mahluk ketika lahir ke dunia sehingga tidak bisa dikontrol.


"Kadang-kadang menyebut gatal aja bisa membuat seseorang menggaruk-garuk," kata dr Chen seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (13/3/2017).

"Banyak orang mengiranya itu semua karena pengaruh pikiran saja. Tapi eksperimen kami menunjukkan bahwa perilaku tersebut merupakan sesuatu yang sudah dirancang dari sananya bukan suatu bentuk empati," lanjut dr Chen.

Di dalam eksperimen para peneliti menempatkan tikus-tikus di kandangnya berhadapan dengan layar komputer. Setelah itu diputarkan sebuah video tentang tikus yang menggaruk kegatalan sambil aktivitas otak mereka dipantau.

"Hanya dalam hitungan detik tikus-tikus yang ada di kandang juga mulai menggaruk-garuk," pungkas dr Chen.



Selasa, 18 Oktober 2016

Keringat Sering Berlebihan, Waspadai 4 Penyakit Ini | PT Rifan Financindo Berjangka


Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Mengeluarkan keringat merupakan hal yang normal dialami setiap manusia. Namun, jika sering mengeluarkan keringat terlalu banyak, padahal sedang tidak melakukan aktivitas fisik, bisa jadi merupakan tanda-tanda adanya suatu penyakit. 

Keringat berlebihan atau dikenal dengan hiperhidrosis juga mungkin terjadi karena terlalu aktifnya kelenjar keringat. Di samping itu, menurut National Institutes of Health, ada empat penyakit yang  dapat menyebabkan keringat berlebihan.

1. diabetes
Menurut Healthline, orang dengan neuropati otonom diabetik lebih mungkin mengalami gejala keringat berlebih. Namun, ini bukan gejala khas diabetes pada umumnya.

Keluarnya keringat pada orang dengan tipe diabetes ini juga berbeda dengan hiperhidrosis. Pada pasien diabetes ini, keringat berlebih umumnya terkonsentrasi di daerah wajah, kulit kepala, dan leher.

2. Serangan jantung
TIba-tiba berkeringat dan muncul rasa tidak nyaman di dada, lengan, leher, atau rahang bisa jadi salah satu tanda-tanda serangan jantung.

Sebuah studi tahun 2005 oleh University of Illinois di Chicago menyatakan, berkeringat secara tiba-tiba bahkan bisa menjadi variabel kunci sebagai tanda serangan jantung.

3. Menopause
Menurut laporan ABC News, sekitar 75 persen wanita pada masa menopause mengalami hot flashes atau rasa panas hingga berkeringat. Hot flashes bisa kapan saja terjadi mulai dari yang ringan hinga berat

4. Gangguan kecemasan
Berkeringat adalah gejala dari gangguan kecemasan sosial dan gangguan panik.  Menurut National Institute of Mental Health, gangguan ini umumnya diatasi dengan psikoterapi, obat-obatan, atau bisa dengan kombinasi keduanya.