AXA Tower Kuningan City

COMODITY

Sesuatu benda nyata yang relatif mudah di perdagangkan, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh Investor melalui bursa berjangka

PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 18 Kuningan Setia Budi, Jakarta 12940 Telp : (021)30056300, Fax : (021)30056200

Transaksi anda kami jamin aman dari virus, hacker atau gangguan sejenisnya. Karena trading platfoen kami telah terproteksi sangat baik

Tampilkan postingan dengan label ekonomi Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ekonomi Indonesia. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Mei 2018

Siap-siap Bunga Bank Naik | PT Rifan Financindo

Jakarta, Rifan Financindo - Bank Indonesia (BI) baru saja mengumumkan untuk kenaikan suku bunga acuan atau BI 7 day repo rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5%. 

Kemudian BI juga menaikkan bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%, berlaku efektif sejak 18 Mei 2018.

Bagaimana dengan bunga deposito dan kredit di perbankan? 

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menjelaskan kenaikan ini memang akan mempengaruhi suku bunga deposito dan bunga kredit perbankan.

"Mungkin bunga deposito perlu disesuaikan antara 25 bps atau 50 bps," kata Jahja saat dihubungi detikFinance, Jumat (18/5/2018).

Dia menjelaskan sedangkan untuk bunga kredit dirasa belum perlu dinaikkan. Dibutuhkan beberapa waktu ke depan. "Bunga kredit belum perlu naik dulu, harus diamati dalam satu hingga dua bulan kemudian," ujar dia.

Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahjarijadi menjelaskan kenaikan bunga acuan ini akan mempengaruhi bunga dana di bank. Namun jika dikendalikan dengan baik maka bank tak perlu menyesuaikan bunga kredit.

"Kalau bisa dikendalikan dengan baik maka bank tidak perlu menaikkan bunga kredit. Memang akan berbeda dampak di masing-masing bank tergantung kondisi dan kebijakannya. Bisa ada kenaikan dan bisa minim," imbuh dia.

Berdasarkan data BI rata-rata suku bunga deposito tercatat 5,84% dan bunga kredit 11,2%. Pertumbuhan kredit pada Maret 2018 tercatat sebesar 8,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,2% (yoy). RifanFinancindo


sumber: detik

Baca juga:

Rabu, 07 Februari 2018

Ekonomi RI Tumbuh 5,07% Sepanjang 2017 | PT RFB

Jakarta, Rifan FinancindoBadan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV-2017 sebesar 5,19% secara year on year (yoy). Namun, secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2017 tercatat 5,07%. Secara kuartalan pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah ke 1,70%.

Demikian disampaikan Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam konferensi persnya di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (5/1/2018).

"Dengan berbagai catatan peristiwa, BPS melakukan perhitungan dan ekonomi Indonesia pada kuartal IV itu tumbuh 5,19% secara yoy. Jikalau digabung kumulatifnya pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 tumbuh 5,07%," sebut Suhariyanto.

Ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tersebut juga didukung dari kondisi perekonomian dalam negeri, di mana inflasi tercatat 0,92% pada kuartal IV-2017 dibandingkan kuartal III-2017.

Pertumbuhan ekonomi juga terjadi di beberapa negara mitra dagang Indonesia, hanya Singapura yang melambat. 

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok di kuartal IV-2017 menguat 6,8% sama dengan kuartal sebelumnya. Ekonomi Inggris menguat dari 2,3% ke 2,5% di kuartal IV-2015. Jepang menguat dari 1,5% ke 2,0%. Sementara Singapura melambat dari 5,4% ke 3,1%. 


sumber: detik


Baca juga:

Selasa, 15 Agustus 2017

Ekonomi RI Disebut Lesu, Bagaimana Penjualan Tiket Pesawat? | PT Rifan Financindo

Jakarta, Rifan Financindo - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2017 mencapai 5,01% atau sama dengan kuartal sebelumnya. Beberapa pihak pun ada yang pro dan juga ada yang kontra soal lesunya ekonomi Indonesia.

Terlepas dari perdebatan tersebut, penjualan tiket pesawat, khususnya maskapai pelat merah Garuda Indonesia mengalami pertumbuhan yang positif meskipun tipis.

"Kita kalau lihat di triwulan ke dua dan tiga bulan Juli sih cukup baik ya trennya. Kalau dibandingkan juga misalnya bulan Juli dibandingkan dengan bulan Juli tahun lalu peningkatan meski pun sedikit peningkatannya," ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury di sela Seminar dengan tema The Impact on the Digital Era on Business Strategy and Conducts di Pullman Hotel, Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (10/8/2017). 


Ditanya mengenai peningkatan penjualan tiket pesawat, Pahala enggan membeberkan lebih jauh. Namun baik Garuda Indonesia maupun anak usahanya, yaitu Citilink menunjukan penjualan tiket yang cukup positif dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Enggak bisa disampaikan karena kita belum publikasi laporan keuangan ya, tapi kalau kita lihat sampai sejauh ini baik itu di Garuda maupun itu di Citilink kelihatannya ada sedikit perbaikan meskipun enggak signifikan," ujar Pahala. 

Lebih jauh, Pahala menambahkan kenaikan penjualan tiket pesawat terjadi di kelas ekonomi. Pasalnya kursi kelas ekonomi memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan kursi kelas bisnis. Selain itu, pembelian tiket pesawat Garuda Indonesia untuk tujuan domestik dan internasional sama-sama mengalami pertumbuhan yang positif.

"Karena sebagian besar yang dijual itu adalah tiket kelas ekonomi tentunya di kelas ekonomi yang paling terasa," tutur Pahala.


Jumat, 04 Agustus 2017

Pengusaha Ritel Keluhkan Ekonomi Lesu | PT Rifan Financindo

Jakarta, Rifan Financindo - Beberapa pihak memandang ekonomi Indonesia sedang lesu. Hal itu terlihat dari beberapa roda sektor bisnis yang melambat, salah satunya sektor ritel.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Tutum Rahanta mengatakan memang saat ini industri ritel tanah air terasa melemah. Namun pelemahannya berbeda-beda dari masing-masing produk ritel.

"Produknya beda ya beda. Pemain makan minuman dan pakaian berbeda. Yang terasa paling besar di ritel pakaian berkisar 15%. Penurunannya itu year on year di puasa dan Lebaran kemarin," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Selasa (1/8/2017).

Tutum mengakui memang data-data makro ekonomi terlihat baik, seperti pertumbuhan ekonomi balik ke level 5% dan laju inflasi yang terjaga di kisaran 3%. Namun dia heran mengapa kondisi nyata di lapangan tidak terasa bagi pelaku industri ritel.

"Ini catatan penting bagi pemerintah. Data mereka sudah benar, tapi kita ingin menyampaikan, kenapa indikator makronya baik tapi kenapa ini enggak nyambung. Apa penyebabnya," imbuhnya.

Tutum menambahkan, ritel di sub sektor minimarket seharusnya yang paling merasakan daya beli masyarakat yang melemah. Sebab perusahaan minimarket bersentuhan langsung dengan masyarakat menengah ke bawah. Namun dirinya tidak memiliki data berapa penurunan penjualan di segmen minimarket.

"Yang berhubungan langsung dengan konsumen di bawah itu minimarket, seperti Indomaret dan Alfamart. Mereka yang merasakan langsung orang punya duit apa enggak," tambahnya.

Karena daya beli masyarakat yang dianggap yang menjadi penyebabnya, Tutum berharap pemerintah bisa mencarikan solusinya. Ada dua hal besar yang disarankannya, seperti menambah lapangan pekerjaan secara instan.

Kemudian menjaga harga komoditas yang menjadi bahan baku produk. Selain itu memberikan insentif serta menurunkan suku bunga agar produsen makanan dan minuman bisa menekan laju harga.

"Daya beli masyarakat itu dipengaruhi dari harga produknya. Jika produknya mahal lalu masyarakat uangnya sedikit ya daya belinya melemah. Kalau uang masyarakat sedikit tapi harga produk murah, daya beli tetap ada," tukasnya. 




Rabu, 24 Mei 2017

Ini Alasan S&P Hadiahkan RI Status Investment Grade | PT Rifan Financindo

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Lembaga pemeringkat Internasional Standard and Poor's (S&P) akhirnya memberikan status investment grade atau kelayakan investasi.

Dalam keterangan dari S&P, Jumat (19/5/2017), peringkat utang Indonesia dari BB+ menjadi BBB- yang berarti sudah masuk investment grade.

Faktor penyebabnya adalah kredibilitas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang berhasil diciptakan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).


Di mana belanja negara dipangkas dengan sangat signifikan sejak pertengahan tahun lalu agar defisit bisa terjaga. Dari sisi lain ada program pengampunan pajak atau tax amnesty yang mendorong penerimaan negara.

Padahal sebelumnya pemerintah Indonesia diproyeksikan berada dalam posisi yang sulit. Akibat penerimaan pajak yang diperkirakan realisasinya jauh dari target.

Sisi lain, ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,02% dan inflasi stabil ke 3,02%. Fundamental ekonomi yang baik juga tergambar dari defisit transaksi berjalan pada kisaran 2% terhadap PDB.



Senin, 08 Mei 2017

Ekonomi RI Tumbuh 5,01%, Melebihi Prediksi Pelaku Pasar Saham | Rifan Financindo


Jakarta, Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup jeda siang ini dengan menguat 12,813 poin ke level 5.682. Penguatan tersebut disinyalir sebagai respon hasil data pertumbuhan ekomi kuartal I-2017 sebesar 5,01%.

Menurut Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan, penguatan IHSG hari ini memang merespons pengumuman data pertumbuhan ekonomi tersebut. Sebab pada pembukaan perdagangan tadi IHSG berada di jalur merah dengan melemah 2,716 poin atau 0,05% ke level 5.666.

"Target pemerintah 5,1% relatif cukup jauh, tapi kalau kita lihat pergerakan harga saham hari ini memang direspons positif angka 5,01%," tuturnya di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (5/5/2017).

Alfred mengatakan, kebayakan dari pelaku pasar memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2017 tidak sampai setinggi itu. Sehingga sentimennya cukup besar untuk menjadi penggerak IHSG hari ini.


"Karena memang kita lihat pasar mendapatkan informasi kisaran 4,9%-5% dan ini mampu tumbuh 5,01%. Kalau kita bandingkan dengan full year 2016 5,2% saya rasa ini langkah yang baik," imbuhnya.

Sejauh ini, kata Alfred rasa optimisme pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi RI masih besar. Pelaku pasar masih percaya target pertumbuhan ekonomi tahun ini 5,1% bisa tercapai asalkan belanja pemerintah masih digenjot

"Kita lihat juga saham di sektor konstruksi juga merespons positif di belanja pemerintah sedikit lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2016," tandasnya.




Rabu, 01 Juni 2016

Inflasi Mei 0,24%

Inflasi Mei 0,24%
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, laju inflasi sepanjang Mei 2016 mencapai 0,24%. Sepanjang Januari-Mei 2016, laju inflasi tercatat 0,4%.

Demikian disampaikan oleh Kepala BPS, Suryamin, dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Rabu (1/6/2016).

"Inflasi year on year adalah 3,33%, sedangkan laju inflasi inti 0,23% dan inflasi inti year on year adalah 3,41%," jelas Suryamin.

Dari 82 kota, tercatat ada 67 kota yang mengalami inflasi dan 15 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pontianak sebesar 1,67% dan terendah di Singaraja sebesar 0,02%.

Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar 0,92%.

Suryamin memaparkan, inflasi terjadi kepada semua kelompok barang. Pertama bahan makanan yang mengalami inflasi 0,3%. "Banyak kelompok pangan yang deflasi sehingga mendorong inflasi kecil. Misalnya beras, ikan segar, tomat segar, cabai yang biasanya bermasalah, sekarang malah deflasi," jelas Suryamin.

Kemudian kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami inflasi 0,57%. Ini karena kenaikan harga gula pasir.

Lalu kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya mengalami inflasi 0,02%.

Selain itu, BPS mencatat, kelompok sandang mengalami inflasi 0,44%, kesehatan inflasi 0,27%. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga inflasi 0,03%. Terakhir kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi 0,21%.



Sumber: http://finance.detik.com/

Jumat, 20 Mei 2016

Target Pertumbuhan Ekonomi Tahun Depan Masih di Bawah 6%

Target Pertumbuhan Ekonomi Tahun Depan Masih di Bawah 6%
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Tahun depan pemerintah memasang target pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,3-5,9%. Pertumbuhan ekonomi masih ditargetkan di bawah 6%, karena masih adanya sejumlah tantangan.

"Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi global masih emnunjukkan kinerja yang melambat, sebagai akibat dari proses pemulihan di negara-negara maju yang belum optimal, serta perlambatan ekonomi di beberapa negara berkembang," kata Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro.

Hal ini disampaikan Bambang, saat pidato di Sidang Paripurna DPR, membahas pokok-pokok pembicaraan pendahuluan RAPBN tahun anggaran 2017, Jumat (20/5/2016).

Berikut asumsi makro yang disampaikan pemerintah untuk pembahasan RAPBN 2017:
  • Pertumbuhan ekonomi 5,3-5,9%
  • Inflasi 4% plus minus 1%
  • Nilai tukar rupiah Rp 13.650-Rp 13.900/US$
  • Harga minyak US$ 35-45 per barel
  • Lifting minyak 740-760 ribu barel per hari
  • Lifting gas 1,05 juta-1,15 juta barel setara minyak per hari
Sidang paripurna dimulai pada pukul 10.20 WIB dan dipimpin oleh Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan serta dihadiri oleh 301 angggota dewan.

Sidang Paripurna ini juga dihadiri oleh Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara, Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi, Staf Ahli Makro Ekonomi Kementerian Keuangan Andin Hadiyanto.


Sumber: http://finance.detik.com/

Senin, 02 Mei 2016

Darmin: Ekonomi RI Tumbuh 7%, Orang Tak Perlu Lagi Jadi TKI

Darmin: Ekonomi RI Tumbuh 7%, Orang Tak Perlu Lagi Jadi TKI
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di awal periodenya menargetkan pertumbuhan ekonomi harus di atas 7%. Hanya dengan posisi tersebut, lapangan pekerjaan dapat diciptakan dan ke depan orang Indonesia tidak perlu lagi menjadi tenaga kerja di luar negeri, khususnya pembantu rumah tangga.

Menko Perekonomian Darmin Nasution menuturkan, rata-rata 2,5 juta orang Indonesia mencari pekerjaan setiap tahun. Sulit untuk mencukupi kebutuhan itu bila perekonomian Indonesia tumbuh dengan sangat lambat pada level yang rendah.

"Dilihat dengan tingkatkan ekonomi kita itu kita memerlukan pertumbuhan sebenarnya di atas 7% untuk menyerap tambahan angkatan kerja itu. Kalau bisa di atas 7% kita tidak perlu lagi mengharapkan TKI, yang saya maksud itu pembantu rumah tangga," kata Darmin di rumah dinasnya, Jalan Widya Chandra, Jakarta, Minggu (1/5/2016).

Darmin tidak melarang orang bekerja ke luar negeri. Akan tetapi diharapkan pekerjaan yang didapatkan tentu yang lebih mengandalkan sisi kualitas pekerjaan. Tentunya pendapatan bagi orang Indonesia akan lebih besar.

"TKI dirancang bagus, yang punya sertifikat, perawat, atau di supermarket atau apa," papar Darmin.

Darmin menjelaskan, untuk merealisasikan ekonomi bisa tumbuh sampai dengan 7% sangat sulit. Apalagi dengan posisi perekonomian dunia yang tengah melambat atau dengan kata lain abnormal, sebab banyak negara yang justru mengalami resesi. Indonesia pun masih beruntung dengan capaian 4,8% pada 2015.

"Kita harus keluar dari situasi abnormal dunia," tegasnya.

Konsumsi rumah tangga masih bisa terjaga pada level yang tinggi dan berkontribusi besar terhadap perekonomian domestik. Ekspor berada dalam posisi cukup besar, karena rendahnya harga komoditas dan industri manufaktur yang belum berkembang. Belanja pemerintah terbatas, meski sudah dilakukan reformasi pada subsidi energi.

Maka pilihan selanjutnya adalah investasi. Darmin menjelaskan, investasi yang dimungkinkan besar dapat ditarik adalah untuk pembangunan infrastruktur. Bukan manufaktur. Meskipun industri manufaktur juga penting untuk dikembangkan.

"Kalau kita tak berani mendorong perkembangan infrastruktur, kita sudah pasti ikut arus perlambatan," imbuhnya.

Pertimbangan investor ketika ingin masuk ke suatu negara untuk membangun infrastruktur adalah kondisi negara tersebut dalam kurun waktu 5-6 tahun lagi. Sekarang ekonomi Indonesia tumbuh masih relatif tinggi dibanding kebanyakan negara lain, jumlah penduduk 250 juta orang dan masih banyak infrastruktur yang belum tersedia.

Dengan kondisi tersebut, tidak ada alasan bagi perusahaan multinasional dari negara maju seperti Jepang, Eropa, Amerika Serikat (AS) bahkan China untuk berinvestasi di Indonesia.

"Investor asal punya gambaran Indonesia seperti apa, dia lebih berani," ujar Darmin.

Sementara untuk mengundang investor di bidang manufaktur lebih sulit. Sebab pertimbangan utamanya adalah kondisi perekonomian dunia. Bila ekonomi melambat maka permintaan terhadap produk yang dihasilkan tentunya terus berkurang.

"Kalau mengundang investor industri, itu pertimbangannya dunia bagaimana sekarang, permintaan global bagaimana, permintaan Indonesia bagaimana. Kalau dibaca situasi sekarang itu tidak abnormal," tandasnya.

Dampak pembangunan infrastruktur terhadap perekonomian memang bertahap. Tahap awal, pengaruhnya baru menyentuh sisi permintaan barang terhadap bahan baku. Seperti semen, besi, baja, dan yang lainnya. Secara penuh dampaknya baru terasa setelah selesai, yaitu sekitar 5-6 tahun lagi.

"Infrastruktur itu baru full dampaknya kalau dia selesai. Kemudian dari itu menarik kegiatan lain. Kalau jalan tol dilewati oleh produksi lain, truk, mobil, dan lainnya itu baru bekerja," pungkasnya.



Sumber: http://finance.detik.com/

Selasa, 16 Februari 2016

Titik Terburuk Ekonomi RI Sudah Lewat

Titik Terburuk Ekonomi RI Sudah Lewat
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Titik terburuk perekonomian Indonesia sudah terlewati, yakni pada 2015. Saat semua negara mengalami tekanan pada ekonomi, namun Indonesia masih berhasil tumbuh cukup meyakinkan.

"Saya setuju bahwa titik terburuk perekonomian Indonesia sudah terlewati di periode ini," ungkap Ekonom Universitas Gajah Mada, Tony Prasetiantono dalam acara ANZ Market Insight di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (16/2/2016).

Alasan yang pertama, kata Tony, adalah posisi nilai tukar rupiah yang kembali pada tren penguatan. Di mana sebelumnya dolar AS sempat menyentuh level Rp 14.700, sekarang berada di level sekitar Rp 13.400.

"Rupiah terburuk  14.700 itu sudah lewat," terangnya.

Kedua, perekonomian kuartal IV-2015 berhasil menembus 5%. Lebih tinggi dibandingkan tiga kuartal sebelumnya yang hanya bergerak di posisi 4,7%. Faktor pendorongnya berasal dari penyerapan belanja pemerintah yang cukup besar.

"Confident masyarakat itu sudah terlihat meningkat," tegas Tony.

Pada kuartal IV juga ada peningkatan konsumsi untuk produk-produk tertentu. Misalnya mobil yang tadinya diperkirakan hanya terjual 950 unit, ternyata bisa terealisasi sampai di atas 1 juta unit.

"Tadinya orang itu malas atau takut dan hati-hati membelanjakan uangnya. Mungkin ada trauma 1998 (krisis moneter 1998). Orang takut dengan angka rupiah segitu, tapi akhirnya lewat," paparnya.

Ketiga, dari sisi eksternal. Suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) sudah dinaikan 25 basis point. Setidaknya, Tony menilai langkah tersebut meredam spekulasi yang seringkali muncul di pasar keuangan menjelang FOMC (Federal Open Market Committee) meeting.

"Nah ini yang menurut saya kapal Titanic sudah menghantam dasar laut dan mulai membaik dan timbulconfident," pungkasnya

Ajay Mathur, Wakil Presiden Direktur ANZ Indonesia menambahkan, perekonomian Indonesia memang berada dalam situasi sulit pada tahun sebelumnya. Diharapkan ada perbaikan yang signifikan kedepannya.

"Pertumbuhan ekonomi yang menguat pada akhir tahun lalu memberikan sinyal bahwa perlambatan ekonomi Indonesia mulai pudar. Dengan komitmen pemerintah Indonesia terhadap pengembangan infrastruktur dan investasi, Indonesia tetap menjadi tujuan menarik bagi para investor," kata Mathur pada kesempatan yang sama.


Sumber: http://finance.detik.com

Senin, 15 Februari 2016

Data Ekonomi Indonesia Membaik, IHSG Dibuka Menguat Pagi Ini

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,55 persen atau 26,14 poin menjadi 4.740,53 pada pembukaan perdagangan bursa sesi I hari ini (15/02/2016).

Secara umum, 15 indeks saham di bursa hari ini dibuka positif. LQ45 dibuka positif, menguat 0,67 persen atau 5,56 poin menjadi 830,90. Indeks JII juga menguat 0,78 persen atau 4,92 poin menjadi 635,41.

Secara persentase, penguatan indeks terbesar ada pada IDX30, indeks acuan baru dari Bursa Efek Indonesia (BEI). IDX30 menguat 0,75 persen atau 3,27 poin menjadi 436,34.

Sebanyak sembilan dari 10 sektor industri juga mengalami sentimen positif. Satu-satunya sektor yang dibuka negatif pada perdagangan bursa sesi I adalah sektor infrastruktur.

Sektor infrastruktur dibuka negatif 0,14 persen atau turun 1,45 poin menjadi 1.000,74 dari level penutupan sebelumnya 1.002,19.

Sementara sektor agribisnis dibuka menguat dengan persentase paling tinggi pada pembukaan bursa sesi I. Sektor agribisnis dibuka menguat 1,36 persen atau 23,21 poin menjadi 1.728,02.

Sebelumnya, Valbury Asia Securities memprediksi IHSG pada hari ini masih menunjukkan tren melemah.

"Potret perekonomian Indonesia yang memperlihatkan posisi membaik, masih sulit untuk memberikan dukungan yang berarti bagi IHSG, mengingat kondisi global yang masih kuat di bayangi tekanan," tulis Valbury kepada KOMPAS.com, Senin (15/02/2016).

Tekanan dari sisi global yakni harapan akan adanya pemotongan produksi minyak oleh negara anggota OPEC yang masih belum pasti. Saat ini oversuplai minyak masih berlangsung.

Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/

Jumat, 05 Februari 2016

Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 5,04% di Kuartal IV-2015

Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 5,04% di Kuartal IV-2015
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV-2015 sebesar 5,04% secara year on year (yoy). Namun, secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2015 tercatat 4,79%. Secara kuartalan pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun 1,083%.

Demikian disampaikan Kepala BPS Suryamin dalam konferensi persnya di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Jumat (5/1/2016).

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV 5,04%. Kuartal ke kuartal (Q to Q) menurun 1,83%. Kumulatif selama 2015 4,79%," sebut Suryamin.

Suryamin menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tersebut juga didukung dari kondisi perekonomian dalam negeri, di mana inflasi tercatat 3,35%, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat 5,88% point to point pada kuartal IV-2015 dibandingkan kuartal III-2015. Belanja pemerintah mengalami peningkatan 6,37%.

Pelemahan ekonomi juga terjadi di beberapa negara mitra dagang Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok di kuartal IV-2015 melemah ke 6,8% dibandingkan kuartal sebelumya. Ekonomi Inggris melemah dari 2,1% ke 1,9% di kuartal IV-2015. AS melemah dari 2,1% ke 1,8%. Sementara Korea Selatan menguat dari 2,7% ke 3%, dan Singapura menguat dari 1,4% ke 2%.

"Kuartal IV masih terjadi pelemahan tapi kadarnya sudah mulai menurun," kata Suryamin.


Sumber: http://finance.detik.com/

Senin, 14 Desember 2015

Ekonomi Belum Stabil, Pasar Properti Tetap Tumbuh di 2016

Ekonomi Belum Stabil, Pasar Properti Tetap Tumbuh di 2016
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Kondisi ekonomi tahun depan diprediksi masih kurang begitu kondusif. Lembaga riset properti, Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) melihat, pasar properti di tahun 2016 akan mulai bangkit di tengah masih kurang kondusifnya kondisi ekonomi nasional.

Pasar properti menurut Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit, bahkan tidak akan terpengaruh dengan gonjang-ganjing ekonomi saat ini yang salah satunya diwarnai oleh kebijakan ekonomi Bank Sentral Amerika Serikat dengan rencana kenaikan suku bunga acuannya yakni Fed Rate.

"The fed menaikkan suku bunga, paling akan membuat rupiah misalnya menjadi Rp 14.000 per dolar AS, tapi tidak akan berdampak pada industri properti, terutama harga properti yang di bawah Rp 1 miliar," ujar dia dalam paparan risetnya yang dikutip detikFinance, Senin (14/12/2015).

Pertumbuhan ini bisa terjadi karena berbagai infrastruktur yang dibangun Pemerintah saat ini mulai bisa dirasakan hasilnya tahun depan. Selain itu, berbagai stimulus ekonomi tahun depan terkait industri properti pun bakal mulai bisa dirasakan dampaknya.

"Kebijakan pelonggaran kredit properti melalui LTV (Loan to Value) dari Bank Indonesia yang diumumkan pada Juli 2015, baru akan terasa di 2016," kata dia.

Pelonggaran LTV yang dimaksud berupa penurunan batas uang muka yang wajib dibayarkan konsumen dalam pengajuan kredit dalam hal ini Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Rencananya, untuk kepemilikan rumah pertama, besaran LTV dinaikkan dari 80% menjadi 90% sehingga besaran uang muka atau down payment (DP) yang harus ditanggung konsumen turun dari sebelumnya sekitar 20%-30% menjadi hanya 10% saja.

Serta masih banyak stimulus ekonomi lain yang diberikan Pemerintah untuk mendongkrak daya beli mesayarakat terhadap unit hunian.

Namun demikian menurutnya pertumbuhan tentu tidak terjadi di semua kelas harga properti yang ditawarkan. Ia mengatakan, pasar properti di tahun 2016 akan lebih banyak bergerak di segmen menengah bawah.

Hal ini mengingat kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah lebih banyak menyasar mereka yang secara kemampuan ekonomi masih terbatas namun benar-benar membutuhkan rumah tinggal.

"Pasar perumahan menengah bawah yang harganya kurang dari Rp 600 juta akan tumbuh 8-10%. Apartemen kelas menengah yang harganya kurang dari Rp 1 miliar akan tumbuh 10-12%. Sedangkan perumahan dan apartemen segmen atas masih akan stagnan," pungkas dia.

Sumber: finance.detik.com/

Selasa, 17 November 2015

Duh, Ekonomi Jepang Resesi Lagi

Duh, Ekonomi Jepang Resesi Lagi
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Ekonomi Indonesia masih tumbuh lambat hingga kuartal III-2015. Melambat memang, tapi setidaknya masih tumbuh 4,73%, tidak seperti negara mitra dagang kita.

Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang hanya tumbuh 0,8% di kuartal III. Ekonominya malah tumbuh lebih lambat di kuartal sebelumnya.

Gara-gara ini ekonomi Negeri Sakura bisa dibilang kembali masuk resesi (lagi). Ya, bukan satu kali ini saja Jepang jatuh dalam jurang resesi ekonomi.

Lemahnya pertumbuhan ekonomi ini menimbulkan tanda tanya atas kinerja Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe. Apalagi, Abe sudah meluncurkan program 'Abenomics' yang katanya bisa menggairahkan ekonomi Negeri Sakura.

Program tersebut termasuk pembelian obligasi dalam jumlah besar, reformasi ekonomi secara struktural, pemberian stimulus dari bank sentral, dan lain-lain. Semuanya dilakukan demi ekonomi yang tumbuh tinggi.

Setidaknya, program tersebut diharapkan bisa mengakhiri deflasi yang sudah terjadi di Jepang selama bertahun-tahun dengan target jangka panjang pertumbuhan ekonomi yang solid. Sayangnya, rencana tinggal rencana, dan sekarang pemerintahan Abe kena kritik dari berbagai pihak.

Kritiknya bukan asal sebut, tidak seperti para haters di dalam negeri. Tapi kritik membangun yang mendorong pemerintah Jepang untuk menambah stimulus supaya ekonomi menggeliat. Namun bank sentral Jepang seolah tidak menggubris kritikan dari para analis ini.

"Kami percaya Jepang akan butuh lebih banyak stimulus," kata Ekonom Capital Economics, Marcel Thieliant, dalam risetnya yang dikutip CNN, Selasa (16/11/2015).

Thieliant memprediksi Bank of Japan tidak akan mengeluarkan rencana penambahan stimulus dalam waktu dekat, setidaknya tidak sampai akhir 2015 ini.

Sumber: http://finance.detik.com/

Jumat, 06 November 2015

Ekonomi RI Tumbuh 4,73% dalam Sembilan Bulan

Ekonomi RI Tumbuh 4,73% dalam Sembilan Bulan
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh 4,73% di kuartal III-2015. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan kuartal II-2015 yang sebesar 4,67%.

Angka ini juga lebih bagus dari pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 yang sebesar 4,72%. Namun jika dilihat secara tahunan (year on year), pertumbuhan ekonomi ini masih sedikit lebih rendah.

Berikut selengkapnya disajikan dalam infografis, Jumat (6/11/2015).

Sumber: http://finance.detik.com/

Kamis, 05 November 2015

IHSG Melemah Jelang Pengumuman Pertumbuhan Ekonomi RI

IHSG Melemah Jelang Pengumuman Pertumbuhan Ekonomi RI
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah cukup dalam menjelang pengumuman pertumbuhan ekonomi RI. Aksi jual sudah ramai sejak pembukaan perdagangan.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pagi ini melemah . Dolar AS berada di Rp 13.546 dibandingkan posisi pada perdagangan sore kemarin di Rp 13.530.

Pada perdagangan preopening, IHSG melemah 11,922 poin (0,26%) ke level 4.600,643. Sedangkan Indeks LQ45 turun 3,132 poin (0,39%) ke level 791,509.

Membuka perdagangan, Kamis (5/11/2015), IHSG berkurang 15,102 poin (0,33%) ke level 4.597,463. Indeks LQ45 mundur 4,034 poin (0,51%) ke level 790,607.

Saham-saham yang kemarin naik tinggi langsung dilepas investor. Seluruh indeks sektoral di lantai bursa pun terkena koreksi.

Hingga pukul 9.05 waktu JATS, IHSG terpangkas 37,440 poin (0,81%) ke level 4.575,125. Sementara Indeks LQ45 terkoreksi 9,348 poin (1,18%) ke level 785,293.

Kemarin IHSG melesat tinggi bersama bursa-bursa Asia. Menguatnya saham-saham unggulan mendorong IHSG tumbuh 1,75%.

Wall Street melemah tipis pada perdagangan Rabu sejalan dengan aksi jual di saham-saham energi. Pernyataan Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen membuat investor berhati-hati.

Pasar saham Regional merespons pernyataan Yellen dengan mix. Pagi ini bursa Asia bergerak variatif.

Berikut situasi di bursa-bursa Asia pagi hari ini:
  • Indeks Nikkei 225 naik 95,86 poin (0,51%) ke level 19.022,77.
  • Indeks Hang Seng turun 28,26 poin (0,12%) ke level 23.025,31.
  • Indeks Komposit Shanghai menguat 13,42 poin (0,39%) ke level 3.473,06.
  • Indeks Straits Times melemah 18,68 poin (0,61%) ke level 3.021,80.

Sumber: http://finance.detik.com/

Kamis, 29 Oktober 2015

Ekonomi RI Lesu, Bagaimana Investasi Saham Tahun Depan?

Ekonomi RI Lesu, Bagaimana Investasi Saham Tahun Depan?
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Melemahnya perekonomian tahun ini sempat menyeret harga saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa waktu lalu. Selain itu, gejolak ekonomi dunia serta dampaknya pada laju pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi masih akan berlangsung tahun depan.

Kondisi ini jadi kekhawatiran sebagian orang untuk berinvestasi di pasar modal. Kepala Divisi Riset Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hotradero mengungkapkan, meski diprediksi ekonomi akan berlanjut lesu hingga tahun depan, investasi saham baik lewat pasar modal maupun reksa dana, masih sangat menjanjikan karena terbukti tetap tumbuh meski diterjang krisis.

“Indonesia selalu tumbuh 4,7%, ini bukti fundamental ekonomi kita kuat. Kalau diranking dari pertumbuhan ekonomi Indonesia di peringkat 7 di dunia, sayang sekali kalau pertumbuhan ekonomi masyarakat kita karena tak mau berinvestasi,” kata Poltak dalam diskusi berjudul Financial Clinic di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (28/10/2015).

Poltak mencontohkan, negara-negara lain seperti Brasil, Malaysia, dan Turki yang dianggap kekuatan baru ekonomi dunia justru mengalami dampak krisis lebih parah ketimbang Indonesia.

Apalagi, sambungnya, laju ekonomi Indonesia diprediksi lebih tinggi setelah proyek-proyek infrastruktur mulai digeber di tahun ini.

"Infrastruktur tidak dinikmati sekarang, tapi nanti. Coba bayangkan, sekarang saja investasi masih bisa tumbuh apalagi setelah infrastruktur baik," ujar Poltak.

Meski secara makro ekonomi Indonesia bisa dibilang aman, resiko pasar tetap besar jika masyarakat kurang mendapat cukup informasi pasar modal.

"Di balik saham ada perusahaan. Lihat produk yang dihasilkan perusahaan dan kinerja keuangannya dalam laporan keuangan," tandasnya. 

Sumber: http://finance.detik.com/

Kamis, 22 Oktober 2015

Ekonomi Lesu, PT Pos Tak Akan Turunkan Gaji Karyawan dan PHK

Ekonomi Lesu, PT Pos Tak Akan Turunkan Gaji Karyawan dan PHK
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Bisnis-bisnis jasa saat ini terkena dampak perlambatan ekonomi. Tak terkecuali PT Pos Indonesia (Persero), yang memiliki lini bisnis jasa logistik hingga pembayaran.

Meski terkena dampak perlambatan, PT Pos tidak akan melakukan pemotongan gaji atau pun Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

"Tidak ada rencana penurunan gaji. Kita juga tidak akan melakukan PHK," kata Direktur SDM dan Umum Pos Indonesia, Febriyanto, dalam acara BUMN Marketeers Club di Kantor Pusat Taspen, Jakarta, Kamis (22/10/2015).

Selain tidak ada PHK dan pemotongan gaji, PT Pos juga tidak melakukan pemotongan fasilitas Direksi, karena fasilitas Direksi telah diatur oleh Kementerian BUMN.

"Fasilitas sudah diatur dalam Permen (Peraturan Menteri) BUMN No. 4 tahun 2014 tentang Hak dan Kewajiban Direksi. Kalau ada perubahan, harus izin pemegang saham. Tidak bisa kita mengubah itu," ujarnya.

Meski demikian, PT Pos menantang karyawan untuk bekerja produkti dan efisien. Saat ini, PT Pos memiliki pekerja berstatus organik (pekerja tetap) 20.000 orang dan pekerja non organik (outsourcing) 10.500 orang.

"Kami naikkan produktivitas, kerja makin cerdas dan pekerjaan yang dilakukan 2 orang agar bisa dikerjakan 1 orang," jelasnya.

Langkah berikutnya, PT Pos akan meminimalkan perekrutan tenaga kerja baru untuk mengganti tenaga kerja yang pensiun. Caranya, tenaga kerja pensiun akan diberdayakan kembali sebagai pegawai kontrak, sehingga Pos Indonesia tidak perlu menambah pekerja.

"Kalau pegawai kontrak yang tidak bagus, tidak kami lanjutan. Ada pensiun 1.000-1.200 bukan diganti 1.000, kalau bisa diganti hanya 100," jelasnya.

Langkah ini dilakukan, karena biaya sumber daya manusia bekontribusi 56% terhadap total biaya kemudian disusul biaya operasi 30%.

Sumber: http://finance.detik.com/

Kamis, 17 September 2015

BI Rate Diyakini Tetap 7,5%

bi
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Bank Indonesia (BI) akan segera mengumumkan tingkat suku bunga acuannya (BI Rate) pada hari ini. Beberapa analis menilai, BI akan tetap mempertahankan BI rate pada angka 7,5 persen.
"BI Reference Rate 7,5 persen, BI Deposit Facility Rate 5,5 persen dan BI Lending Facility Rate 8 persen," ungkap Analis BCA David Sumual di Jakarta, Kamis (17/9/2015) malam.
Sementara itu, Analis Bahana Securities Adi Saputra juga mengatakan hal yang serupa. Dirinya memprediksi BI tetap mempertahankan BI Rate nya pada angka 7,5 persen.
Sebelumnya, pada 18 Agustus 2015, BI juga memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 7,5 persen dengan suku bunga deposit facility 5,50 persen dan lending facility pada level 8,00 persen.
Untuk diketahui, BI sudah cukup lama menahan BI Rate. Sebelumnya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 18 November 2014 BI memutuskan untuk menaikan suku bunga BI rate sebesar 25 bps menjadi 7,75 persen dan kembali menurunkan pada 17 Februari 2015 menjadi 7,5 persen.
Sumber: http://economy.okezone.com/

Selasa, 15 September 2015

Menanti Data Ekonomi RI, Rupiah Melemah Dekati Rp14.400

rupiah-sulit-bergerak-di-bawah-rp13-000-ouU1XgRZ4d
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka melemah sebelum pengumuman neraca perdagangan Indonesia siang ini. Pagi ini Rupiah bergerak dekati Rp14.400 per USD.
Melansir Bloomberg Dollar Index, Jakarta, Selasa (15/9/2015), Rupiah pada perdagangan non-delivery forward melemah 24 poin atau 0,17 persen ke Rp14.357 per USD dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp14.333 per USD. Pada pembukaannya Rupiah berada di level Rp14.351 per USD.
Dalam pergerakan pagi ini, Rupiah bergerak di kisaran Rp14.331-Rp14.368 per USD. Pada pergerakan 52 mingguannya, Rupiah di kisaran Rp11.851-Rp14.368 per USD.
Analis Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan, walaupun tekanan penguatan dolar mereda di Asia, Rupiah tetap tidak mampu menguat.
"Pesimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi sepertinya masih belum bisa terobati peluncuran paket kebijakan. Angka penjualan mobil dan motor yang membaik signifikan di Agustus seharusnya dapat memperbaiki prospek pertumbuhan," ujarnya dalam riset.
Tetapi lanjutnya, sepertinya konfirmasi dari pertumbuhan impor dan ekspor yang datang siang ini perlu ditunggu.Surplus neraca perdagangan diperkirakan menipis dengan perlambatan impor yang berkurang.
"Data perdagangan yang mengindikasikan pertumbuhan ekonomi berpeluang memperkuat rupiah," ujarnya.
Sementara itu yahoofinance mencatat, Rupiah melemah 102 poin atau 0,72 persen ke Rp14.368 per USD. Dengan pergerakan harian Rp14.231-Rp14.378 per USD.

Sumber: http://economy.okezone.com/