AXA Tower Kuningan City

COMODITY

Sesuatu benda nyata yang relatif mudah di perdagangkan, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh Investor melalui bursa berjangka

PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 18 Kuningan Setia Budi, Jakarta 12940 Telp : (021)30056300, Fax : (021)30056200

Transaksi anda kami jamin aman dari virus, hacker atau gangguan sejenisnya. Karena trading platfoen kami telah terproteksi sangat baik

Tampilkan postingan dengan label Properti. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Properti. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 Maret 2016

Harga Properti Naik Tiap Tahun, Ini Alasannya

Harga Properti Naik Tiap Tahun, Ini Alasannya
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Kenaikan harga properti akan terjadi setiap tahun. Tak banyak orang yang tahu apa penyebabnya, namun setiap properti dipastikan memiliki harga yang kian meningkat, sekalipun itu merupakan properti bekas pakai.

Kenaikan tersebut bisa berada pada kisaran 15-35 persen setiap tahunnya. Hal ini tentu memberatkan para end user, terutama jika mereka hanya memiliki penghasilan alakadarnya.

Meski begitu, tingkat kenaikan harga yang tinggi tidak menyurutkan permintaan properti itu sendiri. Properti dipastikan tidak pernah sepi dari pembeli dan selalu laku bahkan saat awal peluncurannya. Belum lagi saat ini dengan adanya kemudahan fasilitas berupa Rumah Subsidi dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang semakin memudahkan pembelian rumah.

Secara umum setidaknya ada dua hal yang membuat harga rumah kian meningkat setiap tahunnya. Berikut penjelasannya:

1. Terjadinya Inflasi

Inflasi adalah alasan paling umum yang sering dilontarkan developer terkait kenaikan harga properti. Inflasi yang tinggi membuat developer mau tak mau menaikkan harga dan tidak bertahan pada harga lama.

Inflasi membuat mata uang lemah dan daya beli masyarakat menurun. Sementara itu harga-harga material meningkat, biaya pegawai naik dan biaya hidup juga semakin mahal. Tak heran jika harga properti juga turut merangkak naik.

Para pencari properti harus lebih cermat dan tepat untuk memilih properti guna menyiasati kenaikan harga tersebut. Misalnya saja menggunakan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ataupun memilih developer yang menawarkan cara pembayaran dengan ringan.

2. Ketersediaan dan Permintaan

Kedua faktor ini juga menjadi alasan tersendiri bagi para developer untuk menaikkan harga properti. Lahan terbatas sementara itu permintaan akan hunian terus bertambah. Angka kelahiran yang juga terus meningkat menjadi penyebab permintaan tersebut. Itulah mengapa harga properti terus melonjak akibat ketersediaan dan permintaan yang tidak seimbang.

Namun kini pemerintah dan developer telah menemukan solusi tersebut dengan menciptakan bangunan vertikal seperti rumah susun dan apartemen dengan harga murah hingga mahal.

3. Lain-lain

Banyak faktor lainnya yang memberikan pengaruh terhadap kenaikan harga properti. Misalnya saja seperti perkembangan kawasan, branding, fasilitas yang tersedia di properti tersebut, maupun di lingkungan sekitarnya hingga material bangunan yang berkualitas. 


(Sumber: Rumahku.com)

Senin, 14 Desember 2015

Ekonomi Belum Stabil, Pasar Properti Tetap Tumbuh di 2016

Ekonomi Belum Stabil, Pasar Properti Tetap Tumbuh di 2016
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Kondisi ekonomi tahun depan diprediksi masih kurang begitu kondusif. Lembaga riset properti, Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) melihat, pasar properti di tahun 2016 akan mulai bangkit di tengah masih kurang kondusifnya kondisi ekonomi nasional.

Pasar properti menurut Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit, bahkan tidak akan terpengaruh dengan gonjang-ganjing ekonomi saat ini yang salah satunya diwarnai oleh kebijakan ekonomi Bank Sentral Amerika Serikat dengan rencana kenaikan suku bunga acuannya yakni Fed Rate.

"The fed menaikkan suku bunga, paling akan membuat rupiah misalnya menjadi Rp 14.000 per dolar AS, tapi tidak akan berdampak pada industri properti, terutama harga properti yang di bawah Rp 1 miliar," ujar dia dalam paparan risetnya yang dikutip detikFinance, Senin (14/12/2015).

Pertumbuhan ini bisa terjadi karena berbagai infrastruktur yang dibangun Pemerintah saat ini mulai bisa dirasakan hasilnya tahun depan. Selain itu, berbagai stimulus ekonomi tahun depan terkait industri properti pun bakal mulai bisa dirasakan dampaknya.

"Kebijakan pelonggaran kredit properti melalui LTV (Loan to Value) dari Bank Indonesia yang diumumkan pada Juli 2015, baru akan terasa di 2016," kata dia.

Pelonggaran LTV yang dimaksud berupa penurunan batas uang muka yang wajib dibayarkan konsumen dalam pengajuan kredit dalam hal ini Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Rencananya, untuk kepemilikan rumah pertama, besaran LTV dinaikkan dari 80% menjadi 90% sehingga besaran uang muka atau down payment (DP) yang harus ditanggung konsumen turun dari sebelumnya sekitar 20%-30% menjadi hanya 10% saja.

Serta masih banyak stimulus ekonomi lain yang diberikan Pemerintah untuk mendongkrak daya beli mesayarakat terhadap unit hunian.

Namun demikian menurutnya pertumbuhan tentu tidak terjadi di semua kelas harga properti yang ditawarkan. Ia mengatakan, pasar properti di tahun 2016 akan lebih banyak bergerak di segmen menengah bawah.

Hal ini mengingat kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah lebih banyak menyasar mereka yang secara kemampuan ekonomi masih terbatas namun benar-benar membutuhkan rumah tinggal.

"Pasar perumahan menengah bawah yang harganya kurang dari Rp 600 juta akan tumbuh 8-10%. Apartemen kelas menengah yang harganya kurang dari Rp 1 miliar akan tumbuh 10-12%. Sedangkan perumahan dan apartemen segmen atas masih akan stagnan," pungkas dia.

Sumber: finance.detik.com/