AXA Tower Kuningan City

COMODITY

Sesuatu benda nyata yang relatif mudah di perdagangkan, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh Investor melalui bursa berjangka

PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 18 Kuningan Setia Budi, Jakarta 12940 Telp : (021)30056300, Fax : (021)30056200

Transaksi anda kami jamin aman dari virus, hacker atau gangguan sejenisnya. Karena trading platfoen kami telah terproteksi sangat baik

Tampilkan postingan dengan label History. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label History. Tampilkan semua postingan

Senin, 21 Oktober 2013

Ini Dia Foto Manusia Pertama di Dunia


Jakarta - Sejarah fotografi ternyata sudah berlangsung cukup lama, mulai era 1800-an. Foto apa yang dianggap sebagai yang pertama di dunia?
Foto pertama yang menampakkan obyek manusia diyakini adalah Boulevard du Temple. Foto yang diambil oleh orang Perancis bernama Louis Daguerre ini dijepret pada tahun 1838.
Foto tersebut diambil menggunakan teknik fotografi awal yang dijuluki sebagai daguerreotype, sesuai dengan nama Louis Daguerre yang menjadi penemunya. Si foto menampakkan sebuah jalanan di Paris.
Sejatinya, jalanan tersebut lumayan ramai. Namun karena waktu exposure yang sangat lama, maka kurang begitu terlihat.
Yang terlihat cukup jelas adalah dua manusia di sudut jalanan. Tampaknya, mereka sedang melakukan semir sepatu dan berada di sana dalam waktu cukup lama, sehingga bisa terekam kamera.
Para ahli meyakini, inilah foto pertama di dunia yang menampakkan manusia di dalamnya. Demikian seperti dikutip detikINET dari Business Insider, Senin (21/10/2013).


Sumber :http://inet.detik.com/

Selasa, 17 September 2013

Seratus Tahun Lalu, "Sriwijaya" Dikira Nama Raja


KOMPAS.com — Saat ini kita mengetahui bahwa Sriwijaya adalah nama suatu kerajaan maritim besar. Namun, seratus tahun lalu, pada 1913, kata “Sriwijaya” dikira merupakan nama seorang raja. Sampai dengan saat itu, kata Sriwijaya tidak dikenal dalam dunia ilmu pengetahuan. Namanya terlupakan selama hampir satu milenium.
Adalah JHC Kern, ahli epigrafi di Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (lembaga pengkajian seni dan ilmu pengetahuan Kerajaan Belanda di Batavia), yang menerbitkan teori tersebut. Pada saat itu Kern sedang mengulas isi prasasti Kotakapur yang menyebutkan kata “Sriwijaya”. Prasasti tersebut ditemukan pada tahun 1892 di pesisir barat Pulau Bangka.
Lima tahun setelah dugaan Kern, pada 1918, barulah kata Sriwijaya berhasil diidentifikasi sebagai nama suatu kerajaan. Hal ini berkat kepandaian George Coedes yang saat itu merupakan Direktur National Library di Bangkok.
Penelitian tentang Sriwijaya terus berjalan. Sejauh ini para ahli umumnya sepakat bahwa kawasan Palembang merupakan pusat Sriwijaya. Setidak-tidaknya pada masa-masa awal kerajaan itu. Dasar pemikirannya adalah isi prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di kawasan Karanganyar, Palembang, pada tahun 1920.
Prasasti Kedukan Bukit menyebutkan tiga peristiwa pada tahun 682. Yang pertama, Dapunta Hyang melakukan siddhayatra (perjalanan suci atau ziarah keagamaan). Kedua, Dapunta berangkat bersama armadanya. Ketiga, pendirian permukiman.


Sumber :http://sains.kompas.com/

Selasa, 10 September 2013

Ditemukan Fosil Tulang Manusia Berusia 10 Ribu Tahun



LONDON - Ilmuwan melaporkan temuan baru di Journal of Quaternary Science, mengungkap fosil kaki manusia berusia 10 ribu tahun. Analisis fosil tulang yang ditemukan di wilayah utara Inggris ini menunjukkan manusia tertua yang pernah ada di daratan negeri Ratu Elizabeth.

Dilansir Softpedia, Minggu (8/9/2013), Para ilmuwan menjelaskan, sejak tulang itu ditemukan kembali pada 1990-an, mereka menduga bahwa fosil tersebut memiliki usia sangat tua. Butuh waktu bagi peneliti untuk melakukan analisis radiokarbon dan menentukan usia fosil tersebut..

Peneliti mengatakan, tulang kaki manusia ini ditemukan dalam Kents Bank Cavern di sisi utara dari Morecambe Bay. Para peneliti yang menemukannya juga menemukan fosil kuda dan sisa-sisa rusa.

Karena ditemukan di dalam gua , tulang dianggap sebagai bukti bahwa ribuan tahun lalu, orang yang tinggal di daerah-daerah utara mengikuti ritual ketika menguburkan jenazah mereka. 

Arkeolog Ian Smith di Liverpool John Moores University mengatakan, kuburan manusia gua tertua sebelumnya berada di selatan Inggris. Sementara semakin ke wilayah utara, maka usia fosil akan semakin tua.

"Namun, usia tulang paha manusia modern ini dengan tulang manusia  di awal post-glacial dari gua-gua di selatan, menunjukkan perilaku ritual serupa pada kedua gua Cumbrian dan Somerset pada waktu yang sama," jelas Smith.

Dengan demikian, peneliti meyakini bahwa fosil ini merupakan manusia tertua yang pernah ditemukan di daerah utara Inggris. Para ilmuwan menduga bahwa fosil ini milik orang dewasa yang tinggal di wilayah Inggris pada akhir Zaman Es.


Sumber

Kamis, 29 Agustus 2013

Museum Terpenting Untuk Umat Islam, Ada Jubah & Pedang Nabi Muhammad



Istanbul - Banyak tempat di dunia untuk melihat langsung kejayaan Islam. Topkapi Museum di Istanbul, Turki, punya salah satu buktinya. Jubah dan pedang Nabi Muhammad SAW disimpan apik di dalam sini.
Istana Topkapi berdiri megah di kawasan Kota Tua Istanbul, Turki. Berdiri di gerbangnya, tampak Selat Bosphorus dan Laut Marmara membentang luas. Benteng sepanjang 4 km mengelilingi istana, menambah kesan megah bahkan dari depannya.
Topkapi, dibangun tahun 1470, adalah istana terbesar di Istanbul. Istana ini dibangun pada masa Sultan Mehmet, salah satu pemimpin Dinasti Usmaniyah, dengan luas 700.000 meter persegi. Pada 1924, istana ini diubah fungsi menjadi museum atas permintaan tokoh kenamaan Turki yakni Mustafa Kemal Ataturk.
Ada beberapa gerbang masuk menuju Istana Topkapi. Imperial Gate misalnya, punya air mancur cantik lengkap dengan ornamen ala Turki. Gate of Salutation adalah gerbang utamanya.
Seluruh bagian Istana Topkapi bisa dimasuki wisatawan, kecuali The Harem. Ini adalah tempat yang dulu jadi tempat tinggal keluarga kerajaan. Ada 400 kamar yang tersebar mengelilingi taman.
Tapi selain itu, turis bebas masuk ke istana luas dan megah ini. Ada sebuah ruangan yang khusus menyimpan senjata, yang dulu pernah digunakan oleh para Sultan dan prajuritnya. Ada juga ribuan kostum Sultan buatan tangan peninggalan abad ke-15.
Salah satu ruangan menyimpan harta karun berupa perhiasan. Beragam batu mulia, emas, dan perhiasan dari Timur Tengah, India, dan Eropa dipajang di ruangan ini. Namun harta karun tak ternilai yang sangat penting bagi umat Islam berada di ruangan lainnya.
Di salah satu ruangan berkubah, terdapat pedang dan jubah Nabi Muhammad SAW. Jubah tersebut disimpan apik dalam kotak emas. Tak hanya itu, wisatawan juga bisa melihat potongan jenggot Nabi Muhammad SAW, jejak kakinya, dan sebuah surat kuno.
Di ruangan yang sama, traveler juga bisa melihat salah satu manuskrip Al-Qur'an tertua di dunia. Semuanya tersimpan baik dan masih terjaga keutuhannya sampai sekarang.


Sumber :Klik disini

Selasa, 20 Agustus 2013

Bungker Jepang Itu "Terselip" di Purworejo



KOMPAS.com - Antara tahun 1942-43, Jepang membangun bungker di perbukitan Kalimoro. Hingga kini, sisa-sisa peninggalan milter Jepang tersebut masih ada.
Terletak di Purworejo, Jawa Tengah, sekitar 40 kilometer sebelah barat kota Yogyakarta. Posisi bungker tepatnya di Dusun Bapangsar, Desa Krendetan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo. Jalan menuju lokasi berliku mengitari kontur Bukit Kalimoro.
Kondisi jalan sudah diaspal sehingga memudahkan akses menuju situs. Persawahan yang subur menjadi pintu gerbang Bukit Kalimoro. Selanjutnya, perjalanan menuju situs ditemani pohon-pohon jati yang menjadi sumber penghasilan bagi sebagian penduduk.
Saat ini baru ditemukan sedikitnya lima bungker sisa peninggalan Jepang di wilayah perbukitan tersebut dari perkiraan 20-an bungker yang ada.
Semua bungker dan pillbox menghadap ke Pantai Congot, mirip pertahanan Jepang di Gunung Suribachi dalam pertempuran Iwo Jima.
Selain bungker pertahanan, juga ditemukan kolam penampungan air beserta saluran air dan semacam ruang pengendalian air. Semua bangunan didirkan dengan konstruksi beton bertulang.
Dari pillbox di Kalimoro, tentara Jepang bisa memantau pantai selatan Purworejo. Garis pantai terlihat jelas, sehingga memudahkan identifikasi pasukan artileri dari kemungkinan aktivitas penyusupan musuh dari garis pantai.

Sumber :Klik disini

Rabu, 24 Juli 2013

Bung Karno Terlahir dengan Nama Kusno



Bung Karno terlahir dengan nama Kusno. Sejak kecil hingga usia belasan tahun, Kusno selalu sakit-sakitan. Yang terparah adalah saat ia berumur sebelas tahun. Sakit thypus menyerangnya dengan hebat. Bahkan kerabat dan handai taulan menyangka, Kusno berada di ambang pintu kematian.
Dalam kondisi seperti itu, ayahandanya, Sukemi Sosrodihardjo mendorong semangat Kusno untuk bertahan. Selama dua setengah bulan Kusno tak bangun dari tempat tidurnya. Dan…. selama itu pula, ayahnya setiap malam tidur di bawah tempat tidur Kusno. Ia berbaring di atas lantai semen yang lembab di alas tikar pandan yang tipis dan lusuh, tepat berada di bawah bilah-bilah bambu tempat tidur Kusno.
Memang, riwayat penyakit Kusno kecil berderat panjang. Ia tercatat pernah mengidap malaria, disentri… pokoknya semua penyakit dan setiap penyakit. Hingga akhirnya, Sukemi menyimpulkan, nama Kusno tidak cocok, karenanya harus diganti agar tidak sakit-sakitan. Dalam tradisi Jawa, mengganti nama seorang anak (terutama bila dianggap tidak cocok karena “terlalu berat” dan mengakibatkan si anak sakit-sakitan) adalah hal biasa.
Raden Sukemi, ayahanda Kusno adalah penggandrung Mahabharata, sebuah epik Hindu zaman dulu. Tak heran bila suatu hari Sukemi berkata kepada Kusno, “Kus, engkau akan kami beri nama Karna. Karna adalah salah seorang pahlawan terbesar dalam cerita Mahabharata.”
Kusno menyambut kegirangan, “Kalau begitu, tentu Karna seorang yang sangat kuat dan sangat besar…”
“Oh, ya nak,” jawab Sukemi setuju, “juga setia pada kawan-kawan dan keyakinannya, dengan tidak memperdulikan akibatnya. Tersohor karena keberanian dan kesaktiannya. Karna adalah pejuang bagi negaranya dan seorang patriot yang saleh.”
Dan… sambil memegang bahu, serta memandang jauh ke dalam mata Kusno, berkatalah sang ayah, “Aku selalu berdoa, agar engkau pun menjadi seorang patriot dan pahlawan besar dari rakyatnya. Semoga engkau menjadi Karna yang kedua.”
Nama Karna dan Karno sama saja. Dalam bahasa Jawa, huruf “A” menjadi “O”. Sedangkan awalan “Su” pada kebanyakan nama orang Jawa, berarti baik, paling baik. Jadi, Sukarno berarti pahlawan yang paling baik. Begitulah nama Kusno telah berganti menjadi Karno… Sukarno.
Namanya satu kata saja: SUKARNO. Maka, ketika ada wartawan asing menuliskan nama Ahmad di depan kata Sukarno, Bung Karno menyebut wartawan itu sebagai goblok.
Ia juga menjelaskan ihwal ejaan “OE”. Waktu ia sekolah di zaman Belanda, untuk kata “U” memang ditulis “OE”. Tak urung, tanda tangan Bung Karno pun menggunakan “OE”. Akan tetapi, setelah Indonesia merdeka, Bung Karno-lah sebagai Presiden yang menginstruksikan supaya segala ejaan “OE” kembali ke “U”.
Ejaan nama Soekarno pun menjadi Sukarno. “Tetapi, tidak mudah untuk mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun, jadi kalau aku sendiri menulis tanda tanganku, aku masih menulis S-O-E,” ujar Bung Karno, menjelaskan ihwal ejaan namanya yang benar adalah SUKARNO dengan tanda tangannya yang masih menggunakan ejaan SOEKARNO karena kebiasaan.
Bagian ini sangat valid, karena merupakan penuturan langsung Bung Karno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams: “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”.


sumber |  Klik disini

Selasa, 23 Juli 2013

Sejarah Tongkat Komando Bung Karno



Bung Karno sendiri memiliki tiga tongkat komando yang bentuknya sama, satu tongkat yang ia bawa ke luar negeri, satu tongkat untuk berhadapan dengan para Jenderalnya dan satu tongkat waktu ia berpidato. Namun kalau keadaan buru-buru dan harus pergi, yang kerap ia bawa adalah tongkat sewaktu ia berpidato.
Pernah suatu saat Presiden Kuba, Fidel Castro memegang tongkat Bung Karno dan bercanda “Apakah tongkat
ini sakti seperti tongkat kepala suku Indian?” Bung Karno tertawa saja, saat itu Castro meminta peci hitam Bung Karno dan Bung Karno pake pet hijau punya-nya Castro. “Pet ini saya pakai waktu saya serang Havana dan saya jatuhkan Batista” kata Castro mengenai Pet hijaunya itu.
Apakah tongkat Bung Karno itu memiliki kesaktian? seperti Keris Diponegoro ‘Kyai Salak’ atau keris Aryo Penangsang ‘Kyai Setan Kober’ wallahu’alam . Tapi Bung Karno sakti, itu sudah jelas. Peristiwa paling menggemparkan bagi publik Indonesia adalah saat Bung Karno ditembak dari jarak dekat pada sholat Idul Adha. Tembakan itu meleset dan ini yang jadi heboh, bagaimana bisa penembaknya adalah seorang jago perang terlatih, kenapa menembak dari hanya jarak 5 meter tidak kena. Di Radio-radio saat itu saat sidang pengadilan penembak Bung Karno, terungkap saat Bung Karno membelah dirinya menjadi lima. Penembak bingung ‘mana Bung Karno’ ?
Kesaktian Bung Karno sebenarnya adalah ‘kesaktian’ tiban, ‘tiban’ adalah suatu istilah Jawa bahwa kesaktian itu tidak dipelajari. Waktu lahir Sukarno bernama Kusno, ia sakit keras kemudian diganti nama Sukarno. Setelah sehat, datanglah kakek Sukarno, Hardjodikromo datang dari Tulungagung untuk berjumpa dengan Sukarno kecil saat itu, sang Kakek melihat ada sesuatu yang lain di anak ini. Kakek Sukarno sendiri adalah seorang sakti, ia bisa menjilati bara api pada sebuah besi yang menyala. – Rupanya di lidah Sukarno ada kemampuan lebih yaitu mengobati orang, Sukarno dicoba untuk mengobati bagian yang sakit dengan menjilat-.
Kakek Sukarno, tau bahwa ini kesaktian, tapi harus diubah asal cucunya jangan hanya jadi dukun, tapi jadi seorang yang amat berguna untuk bangsanya. Hardjodikromo adalah seorang pelarian dari Jawa Tengah yang menolak sistem tanam paksa Cultuurstelsel Van Den Bosch, ia ke Tulungagung dan memulai usaha sebagai saudagar batik. Leluhur Bung Karno dari pihak Bapaknya adalah Perwira Perang Diponegoro untuk wilayah Solo. Nama leluhur Bung Karno itu Raden Mangundiwiryo yang berperang melawan Belanda, Mangundiwiryo ini adalah orang kepercayaan Raden Mas Prawirodigdoyo salah seorang Panglima Diponegoro yang membangun benteng-benteng perlawanan antara Boyolali sampai Merbabu. Setelah selesainya Perang Diponegoro, Raden Mangundiwiryo diburu oleh intel Belanda dan ia menyamar jadi rakyat biasa di sekitar Purwodadi, mungkin akar inilah yang membuat ikatan batin antara Jawa Tengah dan Bung Karno. – Seperti diketahui Jawa Tengah adalah basis utama Sukarnois terbesar di Indonesia-.
Mangundiwiryo memiliki kesaktian yaitu ‘Ucapannya bisa jadi kenyataan’ istilahnya ‘idu geni’. Rupanya ini menurun pada Bung Karno. Melihat kemampuan ‘idu geni’ Bung Karno itu, Kakeknya Hardjodikromo berpuasa siang malam agar cucunya bisa memiliki kekuatan batin, pada suatu saat Hardjodikromo bermimpi rumahnya kedatangan seorang yang amat misterius, berpakaian bangsawan Keraton Mataram dan mengatakan dengan amat pelan ‘bahwa cucumu adalah seorang Raja bukan saja di Tanah Jawa, tapi di seluruh Nusantara’. Kelak Hardjodikromo mengira bahwa itu adalah perwujudan dari Ki Juru Martani, seorang bangsawan Mataram paling cerdas.
Sejak mimpi itu, kemampuan Bung Karno menjilat dan menyembuhkan langsung hilang berganti dengan ‘kemampuan berbicara yang luar biasa hebat’.
Bung Karno sendiri -menurut buku Giebbels, salah seorang Sejarawan Belanda- sudah diramalkan akan terbunuh dengan benda-benda tajam. Untuk itulah ia amat takut dengan jarum suntik, Bung Karno sendiri agak paranoid terhadap benda-benda tajam, ketika penyakit ginjalnya amat parah, ia menolak untuk berobat ke Swiss karena disana ia pasti akan dibedah dengan pisau tajam. Ia memilih obat-obatan herbal dari Cina.
Kembali ke tongkat tadi, tongkat Bung Karno itu dibuat dari bahan kayu Pucang Kalak, Pohon Pucang itu banyak, tapi Pucang Kalak itu hanya ada di Ponorogo, pohon Pucang. Tongkat Komando Bung Karno sendiri dipakai sejak 1952, setelah peristiwa 17 Oktober 1952. -Suatu malam Bung Karno didatangi orang dengan membawa sebalok kayu Pohon Pucang Kalak yang ia potong dengan tangannya, balok itu diserahkan pada Bung Karno. ”Untuk menghadapi Para Jenderal” kata orang itu. Lalu Bung Karno menyuruh salah seorang seniman Yogyakarta untuk membuat kayu itu menjadi tongkat komando.
Sebagai tambahan dalam khasanah politik Indonesia, ‘ageman’ atau pegangan itu soal biasa. Misalnya Jenderal Sumitro, tokoh utama dalam rivaalitas dengan Ali Moertopo pada peristiwa Malari 1974, sebelum meletusnya Malari kedatangan seorang anak muda dengan pakaian dekil dan menyerahkan sebilah keris “Untuk menang Pak” kata anak muda itu.
Pak Harto sendiri punya ageman banyak yang bilang pusat kekuatan Pak Harto itu ada di Bu Tien Suharto, banyak yang bilang juga di ‘konde’ bu Tien. Tapi yang jelas Pak Harto adalah seorang pertapa, seorang ahli kebatinan tinggi, ia senang tapa kungkum di tempuran (tempuran = pertemuan dua arus kali) di Jakarta ia sering sekali bertapa di dekat Ancol tengah malam, saat tarik ulur dengan Bung Karno antara tahun 1965-1967.

Sumber