AXA Tower Kuningan City

COMODITY

Sesuatu benda nyata yang relatif mudah di perdagangkan, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh Investor melalui bursa berjangka

PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 18 Kuningan Setia Budi, Jakarta 12940 Telp : (021)30056300, Fax : (021)30056200

Transaksi anda kami jamin aman dari virus, hacker atau gangguan sejenisnya. Karena trading platfoen kami telah terproteksi sangat baik

Tampilkan postingan dengan label China. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label China. Tampilkan semua postingan

Rabu, 11 Oktober 2017

Selain WhatsApp, China Juga Blokir Sewa Boneka Seks Online | PT Rifan Financindo

Jakarta, RifanFinancindoWhatsApp mungkin bukan satu-satunya korban ketegasan pemerintah di China. Penyedia jasa sewa 'pacar' online yang satu ini pun tak luput dari pengawasan otoritas di China.

Tapi, tunggu dulu. Sewa pacar yang dimaksud di sini bukan pacar dalam wujud manusia beneran, melainkan dalam bentuk boneka seks. Ya, dewasa ini bisnis penyewaan dan sharing memang sedang naik daun.

Tak cuma kendaraan, para pemilik startup ini rupanya putar otak untuk mencari inovasi baru yang disesuaikan dengan konsep sharing tersebut. Nah, salah satunya adalah boneka seks.

Menamakan dirinya Taqu yang dalam bahasa Indonesia berarti sentuh, perusahaan asal China ini mencoba untuk mengisi ceruk pasar yang ada. 

Mereka pun merilis aplikasi online bernama Shared Girlfriend, dimana memungkinkan penggunanya untuk menyewa boneka seks silikon dengan harga 298 Yuan atau sekitar Rp 600 ribuan per hari dan 1.298 Yuan atau Rp 2,6 juta per minggu.

Tak butuh lama untuk menjadikan layanan ini viral hingga terdengar sampai ke telinga pemerintah China. Tak pandang bulu, dua hari setelah dirilis di Beijing, pemerintah langsung menutup layanan secara paksa setelah menuai kontroversi di media.

Menurut pemilik layanan, perusahaan berusaha untuk membuat layanan mahal menjadi lebih terjangkau dengan menyodorkan sistem berbagai boneka seks. Upaya ini juga diklaim untuk membantu 50 juta pria single yang ada di negaranya.

Mereka menyebut bahwa rasio pria yang lebih tinggi dari perempuan membuat mereka kesulitan untuk mencari cinta. Layanan ini diklaim menjadi cara untuk mendapat kebahagiaan, demikian dikutip detikINET dari Rocket News 24, Selasa (26/9/2017).


sumber: detik


Baca juga:

Rabu, 04 Januari 2017

Data Industri Manufaktur China Pengaruhi Gerak Rupiah | RFB


Jakarta, - Rupiah pagi ini dibuka di angka Rp 13.465 di mana Rp 13.525 masih menjadi level resisten untuk rupiah hari ini. Secara harian, rupiah terlihat masih sideways dengan range pergerakan Rp 13.450 hingga Rp 13.500.

Sentimen Global terutama data industri manufaktur China masih menjadi salah satu hal yang mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Kepemilikan surat utang Indonesia oleh pihak asing ditutup stabil di akhir tahun 2016 di angka Rp 665,808 triliun.

Demikian disampaikan Analis Global Market Bank Mega, James Evan Tumbuan dalam risetnya seperti dikutip detikFinance, Rabu (4/1/2017).

Mengawali tahun 2017, Wall Street dibuka positif 0,8%, kenaikan pada S&P 500 serta NASDAQ. Saham sektor energi menjadi top 3 yang mendukung penguatan bursa saham AS.

Data fundamental ISM manufacturing PMI (Survey terhadap 300 perusahaan manufaktur US) bulan Desember ditutup positif di level 54,7. Yield US Treasury 30 Y -3bps menjadi 3,05% sedangkan untuk benchmark 2 Y dan 5Y mengalami peningkatan yield sebanyak 3,5 bps. Preferensi market masih tertuju pada dolar AS, di mana US$ menguat terhadap GBP, EUR serta JPY.

Di regional, data industri manufaktur China atau Caixin PMI Desember 2016 ditutup positif di angka 51,9. Hal ini membuat bursa saham secara global menguat seiring juga dengan optimisme market mengenai pertumbuhan ekonomi secara Global.

FTSE 100 +0,49%, Nikkei +1,41% au 273.12 poin. Aussie mencoba titik resisten 0.7245 untuk chart harian di mana grafik menunjukkan potensi Aussie melemah ke level 0.7175 secara long term. Euro menyentuh level terendah semenjak 14 tahun terakhir sedangkan untuk chart harian pergerakan Euro akan berkisar di angka 1.0350-1.0450.


RifanFinancindo

Rabu, 28 Desember 2016

China Produksi Mobil Listrik Karma | PT Rifan Financindo


Jakarta, Rifan Financindo - Setelah 3 tahun memasok komponen dan akhirnya resmi mengakuisisi mobil listrik Fisker, Wanxiang Group kini memastikan akan ikut memproduksi Fisker Karma di China.

Dikutip Reuters, Rabu (28/12/2016), berdasarkan situs resmi National Development and Reform Commission (NDRC), produsen asal China ini siap memproduksi mobil listrik Fisker Karma hingga 50.000 unit per tahun.

Ini merupakan langkah kedua Wanxiang, setelah langkah pertama mengakuisisi produsen mobil listrik asal California ini.

Sebagai catatan Wanxiang, merupakan sebuah perusahaan yang berbasis di Hangzhou. Wanxiang juga telah mengakuisisi perubahan baterai lithium-ion A123 asal Amerika Serikat pada 2012. Dan Wanxiang juga menjadi perusahaan keenam yang mengantongi izin untuk bisa memproduksi motor listrik di China.

Sehingga wajar, jika Wanxiang ikut memproduksi Fisker Karma di China.



Kamis, 16 Juni 2016

Bursa Hong Kong Ditutup Naik, Didorong Rebound di Ekuitas China (review)


Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Bursa saham Hong Kong naik pada hari Rabu, menggambarkan optimisme dari reboundnya pasar China daratan, seiring para investor mengabaikan keputusan MSCI untuk tidak menambah saham di China daratan ke salah satu indeks acuan utamanya.

Tetapi, pasar saham Hong Kong tetap di bawah tekanan, dengan investor khawatir tentang pertumbuhan global dan prospek pemungutan suara di Inggris pada pekan depan untuk meninggalkan Uni Eropa.

Indeks Hang Seng naik 0,4 %, ke level 20,467.52, sedangkan Indeks China Enterprises menguat 0,3 %, ke level 8,609.59 poin.

Penyedia jasa di Indeks MSCI Inc mengatakan pada hari Selasa bahwa Beijing memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di liberalisasi pasar modal sebelum bisa menambah saham China untuk indeks pasar negara berkembang, yang dilacak senilai $ 1.5 triliun dari aset yang dikelola. (knc)



Sumber : Reuters

Rabu, 08 Juni 2016

Ekspor China Turun 4,1 %, Melebihi dari Perkiraan

Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Ekspor China di bulan Mei turun melebihi dari yang diperkirakan sebesar 4,1 % dari tahun sebelumnya, sedangkan sektor impor merosot 0,4 %, jauh lebih sedikit dari yang diharapkan.
Yang meninggalkan negara dengan surplus perdagangan sebesar $ 49.98 miliar pada bulan tersebut, menurut laporan dari Administrasi Umum Bea Cukai, Rabu.
Analis yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan sektor ekspor turun sebesar 3,6 %, dan impor diperkirakan akan anjlok sebesar 6,0 %. (knc)


Sumber: http://www.rfbnews.com/

Kamis, 07 Januari 2016

Harga Minyak Turun Tajam ke Bawah US$ 35/Barel

Harga Minyak Turun Tajam ke Bawah US$ 35/Barel
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak mentah turun tajam hingga 6% pada perdagangan Rabu, dan terjun ke bawah US$ 35 per barel untuk pertama kalinya sejak 2004. Kondisi ini didorong oleh melimpahnya pasokan minyak dunia.

Di awal tahun ini, minyak jenis Brent sudah turun 8% lebih. Pelemahan ekonomi China, selaku konsumen minyak terbesar kedua dunia, memicu penurunan harga minyak. Karena konsumsi dari China diperkirakan menurun, sementara pasokan melimpah.

Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (7/1/2016), harga kontrak berjangka minyak jenis Brent turun US$ 2,19 per barel ke US$ 34,23 per barel. Harga Brent sempat menyentuh US$ 34,13, atau terendah sejak Juli 2004.

Lalu harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) produksi AS, turun US$ 2 per barel ke US$ 33,97 per barel, atau tingkat terendah sejak Februari 2009.

Para pelaku pasar mengkhawatirkan soal kondisi geopolitik dunia, seperti uji coba nuklir oleh Korea Utara. Sementara ketegangan hubungan Arab Saudi dan Iran diperkirakan hanya berpengaruh sedikit kepada arus distribusi minyak dunia.

"Saya pikir yang akan muncul adalah perang harga minyak, Agar produsen tetap menjaga pangsa pasarnya. Harga bisa makin rendah dan bisa menyentuh US$ 32 per barel," kata Analis, Tariq Zahir.


Sumber: http://finance.detik.com/

Senin, 23 November 2015

Demi China, Google Rela Sensor Play Store

Demi China, Google Rela Sensor Play Store
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Google akan kembali membuka Play Store di China setelah lima tahun menutupnya. Ya, toko aplikasi Android itu sempat ditarik peredarannya dari negeri Tiongkok itu pada 2010 lalu karena bermasalah dengan hukum setempat.

Meski nantinya akan muncul kembali di Negeri Tirai Bambu itu pada tahun 2016., Google kabarnya akan menyensor habis-habisan Play Store di China agar sesuai dengan hukum di negara tersebut. Demikian seperti dikutip detikINET dari Reuters, Senin (23/11/2015).

Bahkan, ada juga yang menyebut bahwa Play Store di China akan terpisah dengan Play Store untuk negara-negara lain di seluruh dunia. Masuk akal memang, mungkin hal ini dilakukan agar lebih mudah untuk melakukan penyensoran.

Sensor yang dimaksud adalah memblokir aplikasi-aplikasi yang dilarang beredar oleh pemerintah China. Selain itu, partai komunis di negeri tersebut juga mewajibkan Google untuk menyimpan data Play Store-nya di di China dan hal ini akan lebih mudah dilakukan dengan memisahkan Play Store.

Hal ini tentu akan mengganggu pengalaman menggunakan Android di China, namun tampaknya Google mau mengorbankan hal itu agar tetap bisa beroperasi di negara tersebut. Ketika dimintai konfirmasi, pihak Google masih menutup mulutnya rapat-rapat soal hal ini.

Lima tahun lalu Google menarik layanannya di China setelah menolak menyensor layanannya itu. Memang Google sampai saat ini masih beroperasi di China, namun terbatas pada layanan-layanan tertentu dan Play Store bukan satu di antaranya.

Pasar yang sangat besar di China memang terlalu sulit untuk ditolak oleh siapapun, termasuk perusahaan sebesar Google. Sebagai perbandingan, tahun lalu Apple bisa menghasilkan pendapatan sebanyak USD 58,7 milliar di China, setelah mereka bisa 'berdamai' dengan pemerintah setempat.

Sumber: http://inet.detik.com/

Selasa, 10 November 2015

Terimbas Data Perdagangan China, Wall Street Negatif

Terimbas Data Perdagangan China, Wall Street Negatif
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Pasar saham Wall Street berakhir negatif setelah terimbas data perdagangan China. Investor juga bersiap-siap menanti naiknya suku bunga Amerika Serikat (AS) bulan depan.

Sembilan dari 10 indeks sektoral di S&P berakhir di zona merah, dipimpin oleh saham-saham konsumer dan energi. Hal serupa terjadi di Indeks Dow Jones, di mana hanya dua sektor yang menguat.

Emiten di negeri Paman Sam terancam kena bunga kredit tinggi jika The Federal Reserve (The Fed) akhirnya memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan yang selama in nyaris nol.

"Ada kekhawatiran jangka pendek akan naiknya suku bunga The Fed," kata Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, seperti dikutip Reuters, Selasa (10/9/2015).

Investor juga fokus kepada perlambatan ekonomi China. Negeri Tirai Bambu selama ini punya peran kunci dalam target pasar perusahaan-perusahaan internasional.

Pada penutupan perdagangan Senin waktu setempat, Indeks Dow Jones turun 1% ke level 17.730,48 dan Indeks S&P 500 kehilangan 0,98% ke level 2.078,58. Indeks Komposit Nasdaq jatuh 1,01% ke level

Sumber: finance.detik.com

Jumat, 23 Oktober 2015

Apple Ingin Lebih Hijau

Apple Ingin Lebih Hijau
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Apple berupaya agar perusahaannya menjadi lebih hijau di China, dengan mengurangi polusi udara dari pabrik perakitan dan pemasok produknya.

Dilansir Reuters, Jumat (23/10/2015), pembesut iPhone ini bekerja sama dengan sejumlah pabrik yang bekerjasama dengannya demi menghasilkan total 2,2 gigawatt daya dari matahari dan sumber energi terbarukan lainnya.

"Perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar era sekarang, dan sekarang saatnya melakukan aksi. Transisi ke ekonomi hijau memerlukan inovasi, ambisi dan tujuan," kata CEO Apple Tim Cook.

Apple memperkirakan, upayanya ini bisa mengurangi setidaknya 20 juta ton polusi gas efek rumah kaca. Angka tersebut setara dengan emisi yang dihasilkan dari empat juta mobil.

Dalam rencananya, Apple akan menempatkan panel surya yang bisa menghasilkan sekitar 200 megawat tenaga matahari di wilayah utara, selatan dan timur China. Di lokasi-lokasi ini, banyak perusahaan pemasok komponen beroperasi.

Tak hanya dari matahari, Apple juga berupaya memenuhi kebutuhan energi dari sumber ramah lingkungan selain matahari, yakni dengan memanfaatkan tenaga angin dan hidro elektrik atau air. Foxconn yang menjadi pemasok terbesar Apple, akan berkontribusi menyediakan 400 megawatt energi matahari.

Sumber: http://inet.detik.com/

Senin, 14 September 2015

Oppo R7 Gilas iPhone 6 di China

oppor7ilustrasi








Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Lain ladang lain belalang, lain negara lain selera. Hal itu yang dirasakan Oppo jika melihat perbedaan hasil penjualan terbanyak ponselnya di Indonesia dan di negara asalnya, China.

Seperti detikINET kutip dari situs Toutiao, Senin (14/9/2015), Mirror 5 jadi seri VIP Line Up dengan penjualan terbanyak di Indonesia. Sementara di China, yang jadi primadonanya ternyata bukan itu.

Di negeri tirai bambu, yang menjadi primadona Oppo ternyata seri R7. Dari data yang dilansir situs itu, penjualan R7 bahkan berhasil menyalip iPhone 6. R7 juga diklaim menjadi smartphone terlaris di China.

Seperti diketahui, pada bagan di atas Oppo R7t merupakan versi China dari Oppo R7 internasional yang berkode R7f. Data yang dilansir Toutiao merupakan data penjualan pada Agustus 2015.

R7 yang hadir dengan ukuran 5 inch ini cukup diminati. Dengan desain premium, ponsel ini mendadak popular di China sejak Oppo menggandeng aktor muda Li Yifeng untuk promosinya.

Di Indonesia, seri R7 mulai diperkenalkan sejak 27 Mei 2015 lalu. Oppo mengklaim respons pasar Indonesia terhadap ponsel ini sangat baik terhitung dari beberapa proses pre-order yang dilakukan Oppo selalu habis oleh pembeli.

Oppo sendiri menargetkan R7 series dan VIP Line Up yang belum lama diperkenalkan ini dapat menguasai 50% dari total penjualan smartphone keluarannya di Indonesia.

Sumber: http://inet.detik.com

Rabu, 02 September 2015

Wall Street Anjlok Hampir 3% Terhantam Ekonomi China


Traders work on the floor of the NYSE in New YorkJakarta, Rifan Financindo Berjangka - Bursa saham di Amerika Serikat (AS) kembali bergejolak dengan adanya kekhawatiran perekonomian China. Indeks saham di Wall Street hampir 3 persen karena adanya aksi jual.
Indeks S&P 500 turun lebih rendah karena perlambatan ekonomi global dan rencana kenaikan suku bunga. S&P 500 mencatat penurunan terburuk sejak 24 Agustus dengan penurunan 3,94 persen.
"Faktanya kami lihat ada penurunan selama Agustus, dan ini terjadi lagi. Ketidakpastian soal China berlanjut," kata managing director Beam Capital Management LLC, Mohannad Aama, dilansir dari Reuters, Rabu (2/9/2015).
Sektor manufaktur di China turun sepanjang Agustus. Data lain juga memperlihatkan adanya perlambatnya dari sektor manufaktur di AS.
Kekhawatiran bertambah, karena Managing Director International Monetary Fund (IMF), Christine Lagarde mengatakan, pertumbuhan ekonomi dunia akan makin melambat dari yang diperkirakan beberapa bulan lalu.
Indeks Dow Jones turun 2,84 persen menjadi 16.058,35. Indeks S&P 500 turun 2,96 persen menjadi 1.913,85. Sementara indeks Nasdaq turun 2,94 persen menjadi 4.636,11.
Sumber: http://economy.okezone.com/

Kamis, 09 Juli 2015

China Masih Akan Tekan Pasar Saham Nasional

\China Masih Akan Tekan Pasar Saham Nasional\
Jakarta, Rifan Financindo Berjangka - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan koreksinya. Kisaran level support IHSG hari ini ada di 4.839 dengan ressistance 4.921.
Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang mengungkapkan, sentimen negatif datang dari ketakutan kejatuhan tajam Bursa China lebih dari 30 persen dalam waktu tiga minggu. Kemudian secara serius akan berdampak kepada ekonomi China, terlihat dari kapitalisasi pasar China berkurang hingga USD3,25 triliun (Rp42.250 triliun) dalam satu bulan terakhir. Dibandingkan kapitalisasi bursa Indonesia yang hanya Rp5.008 triliun
"Kombinasi kejatuhan tajam Dow Jones, serta bursa China dan komoditas di tengah reboundnya harga nikel jadi faktor penggerak IHSG diprediksi turun," jelas Edwin kepada Okezone di Jakarta, Kamis (9/7/2015).
Sementara itu, World Bank dalam laporan kuartalan terbaru memotong secara drastis perkiraan GDP Indonesia tahun 2015 menjadi 4,7 persen. Dari sebelumnya 5,2 persen memunculkan spekulasi bahwa pemerintah Indonesia nampaknya tidak dapat berbuat banyak hingga akhir tahun 2015.
"Jika GDP Indonesia hanya tumbuh 4,7 persen seperti perkiraan World Bank. Maka diperkirakan skenario pesimis yang berpeluang terjadi atas IHSG yakni diakhir tahun 2015 berpotensi ditutup dilevel 4.540," tandasnya.

Sumber: http://economy.okezone.com/