AXA Tower Kuningan City

COMODITY

Sesuatu benda nyata yang relatif mudah di perdagangkan, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh Investor melalui bursa berjangka

PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA

Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 18 Kuningan Setia Budi, Jakarta 12940 Telp : (021)30056300, Fax : (021)30056200

Transaksi anda kami jamin aman dari virus, hacker atau gangguan sejenisnya. Karena trading platfoen kami telah terproteksi sangat baik

Tampilkan postingan dengan label Super Blue Blood Moon. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Super Blue Blood Moon. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Februari 2018

Ratusan Orang Padati Gedung Sabuga Saksikan Gerhana Bulan Total | PT RFB

Jakarta, PT Rifan FinancindoRatusan orang memadati Gedung Sasana Budaya Ganesa, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Rabu (31/1/2018) sore. Mereka datang untuk menyaksikan fenomena gerhana bulan total yang berlangsung malam ini.

Institut Teknologi Bandung (ITB) memang sengaja melakukan pengamatan fenomena gerhana total atau yang disebut super blue blood moon. Fenomena langka ini menarik perhatian masyarakat.

Berdasarkan pantauan detikcom di lokasi, ratusan orang berbondong-bondong memadati Gedung Sabuga. Mereka berasal dari berbagai usia mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua.

Salah seorang pengunjung asal Padalarang, Yuni (36) mengaku memboyong keluarganya untuk menyaksikan fenomena gerhana total ini. Ia sudah sejak sore hari berada di Gedung Sabuga Bandung.


"Saya sengaja datang sama anak-anak saya. Datang dari sore soalnya lumayan jauh," kata Yuni kepada detikcom di lokasi.

Ia mengaku penasaran dengan fenomena super blue blood moon tersebut. Apalagi, sambung dia, menurut peneliti, fenomena gerhana total ini hanya terjadi dalam kurun waktu 100 tahunan sekali.

"Katanya ini gerhana langka, jadi penasaran juga pengen lihat. Sekalian ngasih edukasi ke anak," tutur dia.

Pengunjung lainnya, Atin mengatakan sengaja datang dari Majalaya untuk menyaksikan fenomena istimewa tersebut. Ia cukup penasaran dengan wujud gerhana total yang disebut-sebut jarang terjadi.

"Penasaran dan deg-degan juga pengen liat kayak apa gerhananya. Katanya langka juga," kata Atin.


Pengamatan akan dilakukan di lantai 2 Gedung Sabuga. Sebelum melakukan pengamatan, pengunjung diajak melakukan salat gerhana dan mengikuti pengarahan dari penyelenggara. 



sumber; detik


Baca juga:

Selasa, 30 Januari 2018

Fenomena Langka Gerhana Bulan Biru Kemerahan dan Mitos Gempa Bumi | PT RFB

Jakarta, Rifan FinancindoSebuah fenomena kosmik yang tidak terlihat dalam 36 tahun - "Super Blue Blood Moon" yang langka - mungkin akan terlihat sekilas pada 31 Januari 2018 di bagian barat Amerika Utara, Asia, Timur Tengah, Rusia dan Australia.
Kejadian ini menimbulkan keramaian karena gerhana tersebut menggabungkan tiga peristiwa bulan yang tidak biasa, yaitu supermoon ekstra besar, bulan biru dan gerhana bulan total. Selain itu banyak rumor yang beredar mengaitkan fenomena gerhana bulan dengan gempa bumi.

Gerhana bulan dan gempa bumi

Sudah lama gerhana bulan dikait-kaitkan dengan terjadinya gempa. Apalagi gempa dan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 juga terjadi 2 pekan sebelum supermoon 10 Januari 2005. Pun dengan gempa 9 SR di Jepang pada 11 Maret 2011.

Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Danny Hilman Natawidjaja menegaskan, tidak ada kaitan antara kedua fenomena alam tersebut. "Tidak ada kaitannya. Itu suatu perkiraan orang dihubung-hubungkan orang," ujar Danny.

Senada, Kepala Bagian Humas BMKG, Hary Tirto Djatmiko, menegaskan kedua hal tersebut terlalu jauh untuk dikaitkan. "Sejauh ini tidak ada kaitannya. Yang satu fenomena astronomi yang satu fenomena terkait geologi. Jadi dua hal yang berbeda," kata Hary kepada Liputan6.com.

Tiga peristiwa lunar sekaligus

"Ini trifekta astronomis," kata Kelly Beatty, editor senior majalah Sky and Telescope. Bulan biru terjadi saat ada bulan purnama kedua dalam satu bulan. Biasanya bulan biru terjadi setiap dua tahun delapan bulan.

Bulan purnama ini juga yang ketiga dalam rangkaian "supermoon" yang terjadi saat bulan dalam posisi terdekat dengan Bumi di orbitnya. Titik ini disebut titik lintasan dan membuat bulan terlihat 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang.

Selama gerhana, bulan akan masuk melalui bayangan Bumi, dan secara perlahan mengubah cahaya putih menjadi oranye atau merah. "Cahaya merah yang Anda lihat adalah sinar matahari yang melewati dan dipantulkan atmosfer Bumi ke ruang angkasa sampai bulan," kata Alan MacRobert dari majalah Sky and Telescope.

"Dengan kata lain, sinar ini berasal dari sinar matahari pagi dan sore yang saat itu menyoroti bumi," terangnya.

Sejajarnya matahari, bulan, dan Bumi akan berlangsung selama satu jam 16 menit dan akan terlihat sebelum matahari terbit di seluruh Amerika Serikat bagian barat dan Kanada.

Negara-negara yang menyaksikan gerhana

Negara-negara yang berada di Timur Tengah, Asia, Rusia bagian timur, Australia, dan Selandia Baru dapat melihatnya pada malam hari, saat bulan muncul. Di Indonesia sendiri, secara keseluruhan, peristiwa gerhana dari fase awal hingga akhir akan terjadi selama sekitar enam jam pada 31 Januari 2018 mulai pukul 17.00 WIB sampai 23.00 WIB.

Pada fase purnama sekitar pukul 20.30 WIB, gerhana bulan total akan berada pada fase puncak. Peristiwa tersebut akan berlangsung kurang lebih 77 menit, di mana masyarakat di seluruh wilayah Indonesia akan melihat bulan berubah warna menjadi merah.

Tidak seperti gerhana matahari, gerhana bulan ini bebas dilihat mata manusia tanpa menggunakan pelindung. 


sumber: detik


Baca juga: