PT Rifan Financindo Berjangka - Ketegangan tarif antara Amerika Serikat dan Uni Eropa kembali meningkat, menciptakan gelombang kekhawatiran di pasar global. Washington dan Brussels saling mempertimbangkan langkah-langkah tarif baru atas produk industri dan pertanian, yang memicu kecemasan di kalangan investor terhadap perlambatan ekonomi global dan fragmentasi rantai pasok internasional. Langkah proteksionis ini berisiko memicu ketidakpastian lanjutan di pasar saham, mata uang, dan komoditas, terutama emas, perak, dan minyak mentah, yang menjadi barometer utama sentimen risiko global.
Ketidakpastian geopolitik dan ketegangan perdagangan mendorong lonjakan permintaan terhadap aset lindung nilai seperti emas. Harga emas spot mengalami kenaikan signifikan, melampaui level psikologis $2.450 per ons troy di tengah kekhawatiran investor akan pelemahan pertumbuhan global dan tingginya tekanan inflasi.
Faktor Pendorong Kenaikan Emas:
- Ketegangan tarif AS-UE: Meningkatnya eskalasi kebijakan proteksionis memicu ketakutan investor terhadap stagnasi ekonomi global.
- Dovish Fed: Harapan terhadap penurunan suku bunga oleh Federal Reserve memperkuat harga emas.
- Ketidakstabilan geopolitik: Ketegangan di Timur Tengah dan konflik di Ukraina juga meningkatkan permintaan safe haven.
Prediksi Jangka Pendek: Harga emas diperkirakan bergerak dalam kisaran $2.430–$2.480 per ons selama sentimen risiko tetap tinggi dan dolar AS tetap lemah.
Tidak seperti emas, harga perak cenderung stabil di tengah dinamika pasar yang kompleks. Sebagai logam industri dan investasi, perak dipengaruhi oleh faktor ganda: permintaan manufaktur dan sentimen pasar global.
Sentimen yang Memengaruhi Pergerakan Perak:
- Stabilitas sektor manufaktur Tiongkok dan Eropa: Perak banyak digunakan dalam panel surya, semikonduktor, dan kendaraan listrik.
- Kurangnya katalis baru: Investor menanti data PMI global dan arah kebijakan moneter dari bank sentral utama.
- Spread emas-perak: Rasio harga emas terhadap perak tetap tinggi, menunjukkan dominasi aset safe haven dibandingkan logam industri.
Minyak Melemah Akibat Risiko Permintaan dan Pasokan Global
Harga minyak mentah dunia menunjukkan pelemahan moderat karena pasar menimbang dampak potensial dari perang tarif terhadap permintaan energi global. Brent dan WTI masing-masing turun menuju $81 dan $77 per barel, seiring meningkatnya kekhawatiran atas konsumsi energi yang melambat di Eropa dan Asia.
Faktor Tekanan terhadap Harga Minyak:
- Ketakutan atas resesi global: Eskalasi tarif memperbesar risiko perlambatan ekonomi yang berdampak pada konsumsi minyak.
- Data stok minyak AS: Laporan terbaru menunjukkan peningkatan stok komersial, menandakan melemahnya permintaan domestik.
- Peningkatan produksi non-OPEC: Amerika Serikat dan Brasil terus meningkatkan produksi, menambah tekanan terhadap harga.
Reaksi Pasar Global dan Prospek Kebijakan
Ketegangan tarif ini mencerminkan pergeseran struktur perdagangan global yang semakin terpolarisasi. Uni Eropa mempertimbangkan penerapan bea masuk atas barang-barang teknologi tinggi dari AS, sementara Washington berencana menargetkan industri baja, otomotif, dan pertanian Eropa. Bank sentral seperti ECB dan The Fed berada dalam posisi sulit. Di satu sisi, mereka perlu menjaga stabilitas harga. Di sisi lain, mereka harus melindungi pertumbuhan ekonomi dari tekanan eksternal.
Potensi Dampak:
- Sektor ekspor global melemah, terutama yang bergantung pada supply chain lintas negara.
- Kenaikan inflasi akibat bea masuk, mempersulit misi bank sentral dalam menurunkan suku bunga.
- Volatilitas mata uang meningkat, terutama Euro, Dolar AS, dan Yuan Tiongkok.
PT Rifan Financindo Berjangka - Glh
- Sumber : News Maker 23 - Indonesia News Portal for Traders