Senin, 31 Juli 2017

Ajarkan Bumi Datar & Konspirasi? Ini Kata SMAN 3 & SMAN 9 Semarang | PT Rifan Financindo

Jakarta, Rifan Financindo - Pihak orang tua murid dan sekolah sudah dipertemukan terkait dugaan pelajaran Bumi Datar dan konspirasi Jokowi. Informasi yang tidak utuh menjadi kesalahpahaman.

Salah satu orang tua murid meramaikan Facebook karena posting-annya. Dia menyebutkan SMAN 9 mengajarkan Teori Bumi Datar dan SMAN 3 mengajarkan konspirasi terkait Jokowi-Ahok dan pemindahan Ibu Kota.

Untunglah semua pihak sudah dipertemukan untuk bertabayun. Kepala SMAN 9 Siswanto mengatakan status dalam akun Mama Rani itu merupakan kesalahpahaman. Guru sejarah kelas X, Udin, bukan meminta para siswa mempelajari Flat Earth Theory.

"Itu salah paham ketika mendengar cerita anaknya," kata Siswanto.

Pak Guru Udin, saat menyenggol Teori Bumi Datar itu, sedang masuk materi asal-usul kepulauan Nusantara. Siswanto menjelaskan materi diawali oleh terbentuknya bumi yang bulat. Sang guru kemudian memberi tahu saat ini sedang ramai Teori Bumi Datar atau Flat Earth yang bisa dilihat di YouTube.


"Membahas terbentuknya bumi yang bulat. Untuk mendukung penguatan karakter, kekritisan, dan literasi, guru menjelaskan saat ini ada Teori Flat Earth yang ramai dan bisa dilihat di YouTube. Kemudian kembali ke masalah materi. Jadi bukan tugas," ucap Udin.

Pada Rabu (26/7) kemarin, Rani sudah datang ke SMAN 9 Semarang untuk meminta maaf dan memberikan penjelasan. Dalam pertemuan itu, hadir Rani, putranya, Guru Udin, dan siswa sebagai saksi karena berada di kelas saat pelajaran.

"Kemarin sudah datang. Gurunya kemudian cerita, ada saksi dan anaknya. Anaknya sendiri juga bilang kalau gurunya tidak bicara demikian (seperti dalam status Facebook)," tutur Siswanto.

Pihak SMAN 9 Semarang kini sudah tidak mempemasalahkannya meski sempat terkejut atas viralnya status tersebut, terutama pada kalimat terakhir yang seolah menjelekkan kualitas guru.

"Yang jadi masalah kalimat terakhirnya, tapi ini sudah selesai, sudah minta maaf," katanya.

Hal senada diungkapkan Kepala SMAN 3 Semarang, Wiharto, yang guru agamanya disebut mengajarkan konspirasi terkait Jokowi-Ahok. Ia mengatakan Rani juga sudah meminta maaf atas posting-an tersebut. Kini Wiharto justru khawatir terhadap anak Rani yang duduk di kelas XI karena dampak status yang viral itu.

"Sudah minta maaf, tapi sekarang anaknya kasihan," kata Wiharto.

Wiharto menjelaskan guru agama Islam, Khoiri, sebenarnya menerangkan tentang iman kepada kitab suci yang harus diyakini. Kemudian juga termasuk mengecek kebenaran isu-isu yang banyak dibahas.

"Guru bertanya, yang sedang ramai apa? Jawaban anak-anak kan bermacam-macam. Ada yang soal pemindahan Ibu Kota," ujar Wiharto.

Jawaban-jawaban pun muncul, termasuk sentilan soal kemungkinan pemindahan Ibu Kota agar Ahok menjadi gubernur lagi. Tapi itu merupakan contoh yang harus dicek kebenarannya. Hal itulah yang diunggah Rani dalam statusnya.

"Itu pas pelajaran mau selesai. Sama sekali tidak menyebut Presiden Jokowi. Itu hanya perbincangan biasa. Anaknya dan teman-teman kelasnya juga bingung kenapa di medsos jadi seperti itu," ujar Wiharto.

Siswanto dan Wiharto menganggap Rani terlalu terburu-buru menyebarkan sesuatu tanpa mengetahui kebenarannya. Hal itu sangat disayangkan karena ternyata menjadi viral.

Dalam posting-an akun Twitter @pdkjateng, diketahui Rani juga meminta maaf lewat status Facebook. Pada posting-an @pdkjateng, screenshoot status Rani disensor pada bagian nama belakang dan foto. Meski demikian, pesan yang disampaikan Rani masih cukup jelas, berikut ini tulisannya:

"Saya sudah bertemu dan mengklarifikasi masalah dengan pihak SMAN 3 dan SMAN 9. Pihak sekolah sudah memanggil saya dan Alhamdulillah semua sudah terselesaikan dengan baik dan kekeluargaan...

Saya ucapkan terima kasih yang sebesar2nya pada pihak SMA 3 dan SMA 9 yang sangat membantu. Pihak SMA 3 juga selali akan membina guru2nya dan pihak SMA 9 menjelaskan teori2 sbg wacana pembangkit kekritisan siswa saja..." 



0 komentar:

Posting Komentar