Selasa, 24 Oktober 2023

PT Rifan - Selain Sentimen Pendaftaran Capres-Cawapres, The Fed hingga Rupiah Bayangi Pasar Modal



PT Rifan Financindo Berjangka - Proses pemilihan umum (Pemilu) 2024 di Indonesia mulai berlangsung. Hal itu tercermin dari dimulainya pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang berlangsung 19-25 Oktober 2023. Bahkan, hingga saat ini sudah ada nama-nama pasangan capres dan cawapres yang akan maju di pilpres 2024.


Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian menilai secara umum dampak pengumuman pasangan capres dan cawapres netral terhadap kondisi pasar modal. 


BACA JUGA : INDEX NEWS UPDATE - Harga Emas Pada Hari Ini Selasa 24 Oktober 2023


"Meskipun market dalam beberapa hari terakhir mengalami penurunan signifikan, namun hal tersebut lebih disebabkan oleh sentimen global berupa kenaikan yield obligasi AS 10 tahun yang menyentuh rekor baru," ujar dia kepada Liputan6.com, Selasa (24/10/2023). 


Menurut ia, sentimen yang akan membayangi pasar ke depan adalah efek pemilu yang seharusnya berdampak positif ke pasar saham. Namun, sentimen dari global berupa potensi kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat serta pelemahan nilai tukar Rupiah masih membayangi. 


Dengan begitu, ia mencermati arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejauh ini sedang dalam fase penurunan alias downtrend. 


Sementara itu, Head of Institutional Equities RHB Sekuritas Michael Wilson Setjoadi meyakini percepatan pemilihan calon pasangan capres dan cawapres berdampak positif bagi pasar modal. 


"Tetapi perlu diingat market tidak suka changes. Jadi kandidat siapa pun yang menang dan market view tidak terlalu banyak perubahan agenda, itu yang bagus untuk market," kata Michael.


Rekomendasi Saham


Sedangkan, Founder WH Project, William Hartanto mengatakan, ketiga pasangan capres dan cawapres yang ada saat ini tidak memiliki kesan apapun yang bisa menjadi pendorong IHSG. Kemungkinan respons pasar akan berubah ketika debat capres kemudian hari. 


Dia mencermati pasar modal Indonesia akan dibayangi oleh kebijakan suku bunga the Fed, nilai tukar Rupiah, kelanjutan Ibu Kota Nusantara (IKN), dan kebijakan presiden baru. 


"Setelah pengumuman ini malah terlihat menurun, estimasi pelemahan IHSG terbatas pada level 6.725," kata dia. 


Bagi para investor, ia merekomendasikan buy on weakness saham TLKM, BBNI, SSIA, BSDE, BBCA untuk dapat dipertimbangkan. 


Penutupan IHSG pada 23 Oktober 2023


Sebelumnya diberitakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tersungkur hingga meninggalkan posisi 6.800 pada perdagangan saham Senin (23/10/2023). Koreksi IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang tertekan dan transaksi harian saham di bawah Rp 10 triliun.


Dikutip dari data RTI, IHSG anjlok 1,57 persen ke posisi 6.741. Indeks LQ45 merosot 1,41 persen ke posisi 899,01. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.


Pada awal pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.853,44 dan terendah 6.730,87. Sebanyak 430 saham melemah sehingga menekan IHSG. 148 saham menguat dan 175 saham diam di tempat.


Total frekuensi perdagangan 1.366.876 kali dengan volume perdagangan 26,5 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 8,7 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.852.


Mayoritas sektor saham tertekan kecuali sektor saham teknologi naik 0,49 persen. Sementara itu, sektor saham infrastruktur terpangkas 3,27 persen dan pimpin koreksi. Sektor saham energi melemah 2,63 persen, sektor saham basic susut 2,03 persen, sektor saham industri turun 1,33 persen.


Selain itu, sektor saham nonsiklikal merosot 0,86 persen, sektor saham siklikal tergelincir 0,35 persen, sektor saham kesehatan terpangkas 0,43 persen, sektor saham keuangan turun 0,94 persen.


Selanjutnya sektor saham properti melemah 1,68 persen, dan sektor saham transportasi turun 2,16 persen.


Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing melakukan aksi jual saham Rp 592,73 miliar. Sepanjang 2023, investor asing melakukan aksi jual Rp 9,08 triliun.


Imbas Pelemahan Rupiah


Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, koreksi dari IHSG sejalan dengan pergerakan indeks global yang cenderung koreksi. Hal ini seiring sentimen imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat bertenor 10 tahun yang mencapai 4,9 persen.


“Kemudian kekhawatiran pasar akan ketegangan geopolitik global di Timur Tengah yang dapat menciptakan uncertainty dan ekspektasi hawkish pasar akan kebijakan suku bunga the Fed yang masih berada di level tinggi,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.


Ia menambahkan, di sisi lain, pelemahan rupiah yang menyentuh level psikologis Rp 16.000 juga membebani indeks.


“Secara teknikal kami mencermati pergerakan rupiah akan menguji area 16.124-16.150. Ya dampaknya ke barang impor, di mana harga akan naik dan akan terjadi inflasi,” tutur dia.


Herditya menuturkan, pelemahan rupiah didorong dari faktor eksternal. Indeks dolar AS naik karena the Federal Reserve (the Fed) memberikan sinyal hawkish untuk menurunkan inflasi ke angka 2 persen.


Herditya menuturkan, saat ini belum ada sentimen positif yang angkat rupiah. Namun, Bank Indonesia akan intervensi atasi pelemahan rupiah.





PT Rifan Financindo Berjangka - Gfr

0 komentar:

Posting Komentar