Rabu, 30 Juli 2025

Bank of Japan Bertahan dengan Kebijakan Ultra-Longgar

 


PT Rifan Financindo Berjangka - Dolar Amerika Serikat (USD) kembali menunjukkan dominasinya terhadap mata uang utama lainnya, termasuk Yen Jepang (JPY), didorong oleh ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari perkiraan sebelumnya. Data ekonomi yang kuat dari AS, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal kedua dan laporan ketenagakerjaan yang solid, menjadi katalis utama penguatan dolar.

Kondisi ini menekan Yen Jepang, yang kini diperdagangkan mendekati level terendah dalam beberapa dekade terakhir. Pasar melihat adanya kesenjangan kebijakan moneter yang semakin lebar antara Bank of Japan (BoJ) dan The Fed sebagai penyebab utama depresiasi JPY.


Sementara bank sentral global lainnya mulai atau terus menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi, BoJ tetap mempertahankan pendekatan dovish. Gubernur BoJ Kazuo Ueda menegaskan bahwa kebijakan suku bunga negatif tetap diperlukan untuk mendorong inflasi ke target 2% secara berkelanjutan.

Keengganan BoJ menaikkan suku bunga telah membuat Yen semakin rentan terhadap tekanan jual. Dengan imbal hasil obligasi Jepang yang rendah dan imbal hasil obligasi AS yang terus naik, investor global lebih memilih memegang aset berbasis dolar.

Imbal Hasil Obligasi AS Dorong Permintaan Dolar

Yield Treasury AS tenor 10 tahun telah naik di atas 4,2%, mencerminkan ekspektasi bahwa inflasi belum cukup jinak untuk memberi ruang bagi The Fed melonggarkan kebijakan dalam waktu dekat. Ini memberikan dukungan kuat terhadap dolar dan sekaligus menekan permintaan terhadap mata uang berimbal hasil rendah seperti Yen.

Ketika yield AS meningkat, carry trade—strategi di mana investor meminjam Yen dengan bunga rendah untuk membeli aset berimbal hasil tinggi—semakin populer. Hal ini turut memperlemah Yen lebih lanjut di pasar valuta asing.

Volatilitas Yen dan Risiko Intervensi Pemerintah Jepang

Pelemahan Yen yang terlalu dalam memicu kekhawatiran intervensi dari Kementerian Keuangan Jepang. Pemerintah telah beberapa kali menyatakan siap bertindak jika pergerakan mata uang menjadi terlalu spekulatif. Pada tahun 2022, Jepang bahkan melakukan intervensi langsung pertama sejak 1998 untuk mendukung Yen.

Namun, pasar tampaknya belum melihat sinyal yang cukup kuat bahwa intervensi akan segera terjadi, mengingat saat ini penurunan Yen masih dianggap terukur dan didorong oleh faktor fundamental.


Prospek Jangka Pendek: USD/JPY Masih Berisiko Naik

Dalam jangka pendek, pasangan mata uang USD/JPY berpotensi menembus level psikologis 160 jika tren saat ini berlanjut. Pelaku pasar mengamati dengan cermat data inflasi dan pernyataan pejabat The Fed untuk mengantisipasi arah kebijakan berikutnya.

Sementara itu, Yen belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan signifikan karena BoJ tetap bersikap hati-hati terhadap perubahan kebijakan. Dalam kondisi ini, selisih suku bunga akan terus menjadi penggerak utama nilai tukar USD/JPY.

Kesimpulan: Dolar Kuat, Yen Rentan

  • Kebijakan moneter The Fed yang hawkish mendorong penguatan dolar AS.
  • BoJ tetap dovish, mempertahankan kebijakan ultra-longgar.
  • Yield obligasi AS tinggi memperkuat minat terhadap USD.
  • Yen tertekan, meski risiko intervensi tetap membayangi.
  • Prospek jangka pendek menunjukkan kemungkinan penguatan lebih lanjut pasangan USD/JPY.

Kondisi ini menciptakan tantangan tersendiri bagi otoritas Jepang dalam menjaga stabilitas nilai tukar tanpa mengganggu pemulihan ekonomi domestik yang masih rapuh.

PT Rifan Financindo Berjangka - Glh

Sumber : NewsMaker

0 komentar:

Posting Komentar