Senin, 04 Agustus 2025

Franc Swiss Melemah: Safe Haven Kehilangan Daya Tarik

 


PT Rifan Financindo Berjangka - Pasar saham Asia mengalami tekanan signifikan pada awal Agustus 2025, seiring meningkatnya kekhawatiran investor terhadap potensi eskalasi perang dagang global. Pemerintah Amerika Serikat kembali mempertimbangkan penerapan tarif impor baru terhadap produk dari negara mitra dagangnya, termasuk China dan Eropa. Hal ini memicu kekhawatiran akan dampak negatif terhadap rantai pasok global dan pertumbuhan ekonomi kawasan Asia-Pasifik.

Indeks-indeks utama mencatat pelemahan:

  • Nikkei 225 (Jepang) turun 1,6%
  • Hang Seng (Hong Kong) merosot 2,1%
  • Kospi (Korea Selatan) melemah 1,3%
  • Shanghai Composite (Tiongkok) turun 0,9%

Pelemahan tajam ini dipicu oleh:

  • Ancaman tarif baru dari AS terhadap produk teknologi dan otomotif dari Asia.
  • Kekhawatiran investor akan terjadinya pelambatan ekspor negara-negara berkembang.
  • Penguatan dolar AS yang menekan mata uang emerging market.


Mata uang franc Swiss, yang biasa dipandang sebagai aset aman (safe haven), justru mengalami penurunan terhadap dolar AS. Kejatuhan franc sebesar 0,6% dalam satu sesi perdagangan menunjukkan adanya rotasi modal ke aset berisiko rendah seperti obligasi Treasury AS.

Beberapa faktor utama penyebab pelemahan franc Swiss:

  • Spekulasi bahwa Bank Sentral Swiss (SNB) akan mempertahankan kebijakan suku bunga rendah lebih lama untuk menjaga daya saing ekspor.
  • Berkurangnya minat pasar terhadap aset defensif di tengah ekspektasi bahwa ketegangan dagang hanya bersifat sementara.
  • Kinerja ekonomi Swiss yang stagnan pada kuartal kedua 2025, dengan pertumbuhan hanya 0,2% secara kuartalan.

Reaksi Pasar Komoditas: Minyak dan Emas Bergerak Variatif

Ketegangan geopolitik turut memengaruhi pasar komoditas. Harga emas spot naik 0,8% ke level USD 2.045 per ons, mencerminkan minat investor terhadap aset lindung nilai. Sementara itu, harga minyak mentah Brent justru terkoreksi 1,2% ke USD 83,40 per barel akibat kekhawatiran akan melemahnya permintaan global.

Kondisi ini menciptakan sinyal campuran bagi para pelaku pasar, antara risiko geopolitik dan perlambatan pertumbuhan.

Bank Sentral Dunia Siaga, Pasar Obligasi Merespons Positif

Bank sentral utama seperti The Fed, ECB, dan BOJ sedang memantau ketat perkembangan situasi perdagangan internasional. Investor berspekulasi bahwa The Fed mungkin menunda pengetatan lebih lanjut untuk menjaga stabilitas pasar.

Pasar obligasi merespons dengan penguatan:

  • Imbal hasil Treasury 10 tahun AS turun ke 4,05%
  • Bund Jerman mengalami penurunan yield menjadi 2,38%
  • Obligasi pemerintah Jepang (JGB) tetap stabil di 0,68%

Diagram berikut menggambarkan aliran modal antar aset global selama gejolak pasar:


Prospek Ke Depan: Ketidakpastian Masih Membayangi

Para analis memperkirakan volatilitas akan tetap tinggi dalam beberapa pekan ke depan, terutama jika negosiasi dagang antara AS dan mitra dagangnya tidak menunjukkan kemajuan berarti. Data ekonomi yang akan dirilis seperti PMI manufaktur, neraca perdagangan, dan laporan tenaga kerja menjadi perhatian utama pasar.

Poin-poin Kunci yang Harus Diperhatikan:

  • Langkah The Fed: Apakah akan mempertahankan suku bunga atau menyesuaikannya di tengah tekanan eksternal?
  • Respon Tiongkok: Kemungkinan Beijing akan menerapkan stimulus fiskal tambahan untuk meredam dampak ekspor.
  • Kinerja Emiten Asia: Potensi penurunan laba perusahaan yang bergantung pada ekspor teknologi dan otomotif.
  • Gerak investor institusi: Rotasi dari pasar saham ke pasar obligasi dan emas akan terus memengaruhi sentimen risiko.

PT Rifan Financindo Berjangka - Glh

Sumber : NewsMaker

0 komentar:

Posting Komentar