PT. Rifan Financindo Berjangka – Lonjakan harga bahan
bakar baru-baru ini di seluruh Afrika Timur, yang terjadi dalam sebulan
terakhir, telah memunculkan kekhawatiran baru tentang kemungkinan gelombang
inflasi baru dan meningkatnya biaya pinjaman. Bank sentral di wilayah ini kini
berjuang mengendalikan harga barang dan jasa melalui potensi kenaikan suku
bunga.
Para
ekonom menghubungkan lonjakan harga bahan bakar yang tinggi ini pada kombinasi
faktor domestik dan internasional, yang secara efektif membuka jalan bagi yang
mereka sebut sebagai “inflasi transportasi.”
Baca juga : 6 Tips Memasak Telur Agar Kandungan Gizinya Tidak Hilang
Menurut
Oxford Economics Africa, lonjakan harga minyak global melewati angka $90 per
barel, ditambah dengan fenomena El Niño yang mengintai, menimbulkan risiko
inflasi yang signifikan yang tidak boleh diabaikan.
Di
Kenya, kendaraan umum telah menaikkan tarif sebesar 20 persen sebagai tanggapan
terhadap pengumuman oleh Otoritas Regulasi Minyak dan Energi Kenya (EPRA)
tentang kenaikan 13 persen dalam harga bensin, solar, dan kerosin. Hal ini
mengakibatkan lonjakan tajam dalam biaya bahan bakar, dengan harga bensin super
di Nairobi melonjak sebesar Ksh16,96 ($0,11) per liter menjadi Ksh211,64
($1,43), solar naik sebesar Ksh21,32 ($0,14) per liter menjadi Ksh200,99
($1,36), dan kerosin meningkat sebesar Ksh33,13 ($0,22) per liter menjadi
Ksh202,61 ($1,37).
Pihak
berwenang Kenya mengaitkan lonjakan ini dengan kombinasi faktor, termasuk
percepatan harga minyak mentah Brent akibat pemotongan produksi OPEC,
depresiasi nilai shilling terhadap dolar AS, dan penggandaan PPN atas bahan
bakar menjadi 16 persen.
Di
Tanzania, Otoritas Regulasi Energi dan Utilitas Air juga meningkatkan harga
bahan bakar untuk bulan September. Satu liter bensin naik menjadi Tsh3.213
($1,278) dari Tsh3.199 ($1,272), dan solar naik menjadi Tsh2.943 ($1,17) dari
Tsh2.668 ($1,06). Tanzania telah mengalami peningkatan stabil dalam harga bahan
bakar sejak Januari, menyusul penghapusan subsidi yang sebelumnya melindungi
warga dari dampak kenaikan harga bahan bakar. Pihak berwenang di Tanzania
menghubungkan kenaikan harga dengan tren global, biaya transportasi, dan
penurunan nilai shilling terhadap dolar AS.
Di
Uganda, harga bahan bakar di Kampala telah mencapai level tertinggi sejak
November 2022, dan pemerintah telah memperingatkan bahwa harga kemungkinan akan
naik lebih tinggi lagi akibat kelangkaan pasokan global yang berlanjut. Saat
ini, satu liter bensin di Uganda dijual sekitar Ush5.430 ($1,44), sedangkan
solar dihargai Ush5.200 ($1,38) per liter.
PT. Rifan Financindo Berjangka – Glh
0 komentar:
Posting Komentar